Tahun Kelima Tanpa Bapak

Taken from quotesgram

Sore ini, dimana aku menulis catatan ini, tepat lima tahun bapak pergi. Peristiwa yang bagaikan juga nyawaku tercabut setengahnya ketika kusaksikan sendiri bapak pergi dengan cepat, tanpa tanda dan firasat apapun, kecuali tanda bahagia yang berhasil aku tangkap dari wajah bapak sejak beberapa hari sebelum bapak pergi. Wajahnya begitu berseri-seri, seakan kematian adalah kebahagiaan baginya. Tapi aku baru menyadari ini setelah beberapa hari bapak meninggalkanku.

Bapak pergi membawa separuh jiwaku, dan aku tahu itu tak akan pernah kembali lagi. Aku sangat menyayangi laki-laki terbaik dalam hidupku itu, meski aku belum bisa sempurna membuktikan cintaku pada beliau. Sebagai anak, masih banyak kekuranganku, belum bisa menjadi anak yang baik, dan belum bisa menjadi apa yang seperti dicita-citakan bapak.

Bapak memang telah pergi, tapi ia tetap hidup dalam semestaku, hidup dalam doa-doaku, hidup dalam segenap hatiku. Tiap saat aku berdoa, aku tak pernah lupa menitip pesan melalui Allah agar salamku disampaikan kepada bapak. Aku selalu menitip salam cinta, salam hormat, dan salam kerinduanku yang tak terperi melalui Allah. Tak lupa aku juga menitip salam permohohan maafku karena aku belum bisa jadi anak yang baik, anak yang berguna, anak yang berhasil. Aku yakin, Allah pasti menyampaikannya.

Hari kepergian bapak begitu spesial bagiku, bukan karena aku merayakan kehilangan dan kematian separuh jiwaku itu, tapi hanya sebagai pengingat bahwa apa yang kita miliki di dunia tidak benar-benar abadi. Semua akan kembali pada waktunya karena keabadian hanyalah milik Allah.

Aku ingin mengirimkan semiliar terima kasih kepada bapak atas segala cinta, pengorbanan, keringat, kenangan, kebahagiaan, airmata, dan hal-hal yang tak terhitung yang pernah dilakukan untukku. Semoga Allah membalasnya dengan syurga, dengan kebahagiaan dan kegembiraan abadi untuk bapak. Al-Fatihah.

I love you the moon, to the stars, to the sun and back dear bapak...