Resensi Buku "Cinta Tak Pernah Mati" - Persembahan Cinta Sastrawan Dunia








Judul                           : Cinta Tak Pernah Mati
Penyusun                   : Anton Kurnia
Penerjemah               : Atta Verin dan Anton Kurnia
Tebal                           : 227 Halaman
Penerbit                      : Serambi Ilmu Semesta, Cetakan I, Juni 2011


“Cinta” selalu menjadi tema menarik yang tak pernah habis untuk dibahas dan menjadi inspirasi dalam berbagai karya. Cinta dalam berbagai bentuk dan turunannya. Cinta yang universal. Tak hanya cinta yang mendasari hubungan dua anak manusia, tetap juga ikatan cinta antara ayah dan anak, cinta antara sesama manusia, cinta antara manusia dengan Sang Pencipta, dan berbagai versi kisah cinta lainnya.
Dalam buku antologi cerita pendek Cinta Tak Pernah Mati, kita bisa mendapatkan berbagai kisah cinta hasil ramuan para sastrawan dunia yang nama-nama mereka telah melegenda dalam panggung kesusastraan dunia. Makna cinta disuguhkan para sastrawan dunia dalam kisah-kisah yang inspiratif dan tema yang variatif. Ada misteri dan kisah lucu namun bernuansa cinta.

Dalam buku yang bersampul gambar kuntum bunga mawar merah ini, pembaca disuguhkan 17 cerita pendek karya para sastrawan dunia. Diantaranya; Suatu Hari Di Surga (Ryunosuke Akutagawa), Cinta Tak Pernah Mati (Honoré de Balzac), Ayah dan Anak (Bjornstjerne Bjornson), Varka Hanya Ingin Tidur (Anton Chekov), Maling Yang Jujur (Fyodor Dostoevsky), Kebajikan (John Galsworthy), Tamu Pernikahan (O. Henry), Ibunda (James Joyce), Hantu Mantan Kekasih (Rudyard Kipling), Bekas Luka (W. Somerset Maugham), Senyum Schopenhauer (Guy de Maupassant), Kucing Hitam (Edgar Allan Poe), Perkawinan (August Strindberg), Kesetiaan (Rabindranath Tagore), Kebahagiaan (Leo Tolstoy), Keberuntungan (Mark Twain), dan Sepatu Bot (Émile Zola).

Empat sastrawan di antara para penulis cerpen di buku ini adalah peraih Nobel Sastra yaitu sastrawan asal Norwegia Bjornstjerne Bjornson (1903), sastrawan asal Inggris Rudyard Kipling (1907), sastrawan asal India Rabindranath Tagore (1913), dan sastrawan asal Inggris John Galsworthy (1932).

Dalam setiap kisah di buku ini, pembaca bisa memetik pesan dan makna sesungguhnya tentang cinta yang diterjemahkan penulisnya dengan cara yang berbeda. Ada cerita yang memang kita sulit menangkap pesannya, tapi ada pula pesan dalam cerpen yang dinyatakan penulisnya secara gamblang. Buku ini pantas untuk dikoleksi bagi para penikmat karya sastra.

Comments

Popular Posts