Di Tempat yang Lebih Jauh
Kemampuanku hanya mencintai, bukan
memburumu. Perkataan itu kutera dulu, saat aku tak bisa lagi berbuat bagaimana
meyakinkanmu bahwa hanya akulah yang mencintaimu di dunia ini. Bahwa tak ada
yang benar-benar mencintaimu sebagaimana aku. Kutekankan sekali lagi, itu dulu.
Kini tidak.
Kini, cukup sampai di waktu ini. Tepat
di mana kini aku berpijak. Kuputuskan lepas dari segala rasa yang sempat
menyandera malam-malamku. Jika engkau pikir cintaku hanya sesaat, baiklah
kaupikirkan saja. Tidak ada perihal yang benar-benar abadi, begitu pula
cintaku. Kini tak ada yang lebih kucintai daripada segala dera, juga luka, yang
pernah kucipta sendiri yang hidup di tubuhku. Tak ada luka yang benar-benar
kering, dan kuputuskan untuk berdamai dengannya.
Kemudian sampailah aku pada kebangkitanku.
Ketika kuputuskan berdamai dengan luka, dengan dera, dengan duka, dengan segala
kegagalan, dan kepergian yang tidak pernah kuinginkan.
Tak ada yang pernah benar-benar
kalah, pun tak ada yang benar-benar menang dalam kehidupan ini. Maka di sinilah
aku. Bangkit berdiri. Meninggalkanmu jauh di belakangku. Dan ketika kausadari,
tak ada lagi aku yang mengejarmu. Aku telah melampauimu, di bebukitan yang
lebih tinggi, di tempat yang lebih jauh.
2016-2017
Comments
Post a Comment