Memutuskan Hal Terpenting dalam Hidup
Hal tersulit apa yang pernah kamu lakukan dalam hidupmu? Aku pernah berani membuat keputusan penting. MENINGGALKAN ZONA NYAMAN.
Aku begitu berani mengambil segala risiko atas keputusanku dimana aku hanya memiliki sangat sedikit gambaran akan apa yang akan aku temui di depan setelah keputusan itu aku ambil.
Sepanjang aku hidup, mungkin itulah hal paling membanggakan dari diriku. Memutus segala kenyamanan dan memulai kehidupan baru di tempat baru di kota baru.
Sejak lama aku kerap mendengar bahwa orang-orang penting yang kini berhasil dalam hidupnya ialah orang-orang yang berani mengambil risiko dan keluar dari zona nyamannya. Aku juga seringkali mendengar bahwa zona nyaman itu tempat yang mematikan seperti sebuah kutipan "Your comfort zone will kill you".
Tibalah saatnya aku harus memutuskan. Aku telah bekerja sebagai wartawan di Suara NTB, sebuah koran lokal yang merupakan anak perusahaan Bali Post Group selama 6,5 tahun. Aku mulai bekerja sejak 7 Februari 2011.
Di sana aku belajar banyak hal. Dari aku yang tak bisa menulis sampai paham bagaimana menulis berita yang baik. Pengetahuan, wawasan dan pengalamanku bertambah setelah bekerja sebagai wartawan. Di tempat itu aku menemukan keluarga baru dan aku anggap sebagai rumah keduaku karena aku betah banget di situ tiap hari dan kadang nongkrong sampai malam.
Lima tahun bekerja, aku diangkat sebagai redaktur untuk portal berita daring suarantb.com dan masih tetap sebagai wartawan. Bagiku ini membanggakan karena tentunya kinerjaku dinilai baik.
Sekitar Agustus 2017, aku terpikir untuk menjajal pengalaman baru. Aku ingin pindah dan bekerja di Jakarta. Aku ingin merasakan bagaimana rasanya liputan di ibukota, mengkover peristiwa-peristiwa nasional. Kemudian aku melamar di salah satu media daring yang cukup terkenal.
Saat itu aku tak berharap banyak bisa diterima karena tentunya harus bersaing dengan anak-anak ibukota. Aku berpikir jika pun setelah tes dan wawancara aku tak diterima, tak masalah. Aku bisa tahu sejauh mana kemampuanku jika bersaing dengan anak-anak ibukota. Aku bisa mengukur kemampuanku.
Tak disangka, aku terpilih dari ribuan orang yang mendaftar. Tiba saatnya galau segalau-galaunya karena harus memilih dan memutuskan. Itulah hal tersulit yang kualami. Tidurku jadi tak nyenyak. Aku terus berdoa kepada Allah agar diberikan petunjuk. Aku juga tak lupa meminta pendapat ibuku tersayang.
Jelang libur Idul Adha pada akhir Agustus, aku pun memutuskan resign dari Suara NTB. Saat itu tak ada yang menyangka aku bakal keluar secepat itu. Memang sangat mendadak karena tanggal 4 September 2017 aku sudah harus di Jakarta dan mulai bekerja di tempat baru.
Aku berharap keputusanku Allah ridhoi dan ibuku merestui sehingga terus lapang jalanku ke depan. Hidup tak selalu mudah dan mulus apalagi di kota besar seperti Jakarta ini. Tapi aku tak pernah takut dan khawatir karena aku menyerahkan semuanya pada Allah.
Aku bangga pada diriku sendiri karena telah berani mengambil keputusan penting dalam hidupku. It is one of my pride.
Citayam, 9 November 2017
Comments
Post a Comment