Goodbye, 2020!
Rata-rata bagi semua orang, 2020 adalah tahun yang berat. Banyak orang kehilangan pekerjaan, kehilangan orang-orang terkasih, berbagai rencana gagal atau harus ditunda, usaha-usaha banyak yang tutup, banyaaaak.
Pandemi
mengubah hidup kita dan kita harus terbiasa dengan normal baru dan sejumlah
pembatasan. Memang sangat ribet, tapi demi keselamatan dan kesehatan bersama,
mau enggak mau kita harus patuh.
Saya
kembali mengingat akhir tahun 2019, ketika akan memasuki 2020. Waktu itu saya
begitu optimis 2020 akan going well, safe and sound. Tapi dua bulan berselang,
wabah virus corona masuk ke Indonesia.
Pada
Desember 2019, saya setiap hari menulis artikel soal perkembangan wabah virus
corona yang pertama kali di Wuhan. Saya pikir dampaknya tak akan sejauh ini
tapi ternyata, wabah itu meluas menjadi pandemi dan bahkan sampai detik ini
kita belum berhasil mengalahkan virus itu.
Sekitar
akhir Februari, if I am not mistaken, pemerintah mengumumkan kasus virus corona
pertama di Jakarta. Waktu itu saya sedang di kantor dan semua pada heboh dan
mulai khawatir. Tak lama berselang, Jakarta memberlakukan PSBB dan kami mulai
kerja dari rumah.
Walaupun
WFH, seminggu sekali saya pergi ke kantor saat jadwal piket karena saya tidak
punya laptop. Suasana Jakarta sangat berbeda. Sepi. Tanpa keriuhan dan
kemacetan. WFH terus diperpanjang menjadi berbulan-bulan sampai saat ini.
Pada
awal puasa 2020, salah satu teman kosku berstatus PDP atau pasien dengan
pengawasan. Dia suspect Covid-19 dan dirawat di Wisma Atlet, pusat perawatan
pasien virus corona. Kosku kemudian di-lockdown. Penghuni tak diizinkan keluar
sampai hasil swab teman itu keluar. Selama dua hari, makan untuk sahur dan buka
puasa penghuni kos ditanggung warga. Kami dikirimi nasi bungkus yang diletakkan
di gerbang, untuk mengurangi interaksi dengan warga. Tapi alhamdulillah kami
dikarantina enggak sampai seminggu karena teman itu negatif Covid. Momen itu
sangat draining, melelahkan, menguras emosi.
Idul
Fitri saya rayakan di kosan. Salat sendiri karena masjid masih ditutup untuk
menahan penyebaran virus corona. Keinginan pulang saat itu sangat menggebu-gebu
tapi waktu itu pemerintah mengimbau agar warga pendatang tak mudik, akhirnya
rindu keluarga pun terpaksa ditahan.
Setelah
PSBB dilonggarkan, bandara dibuka, keinginan untuk pulang kampung makin
menggebu. Tapi kendalanya lagi, syarat naik pesawat harus rapid test, sementara
saya takut disuntik. Dilema. Tapi karena tiap hari tiap malam saya kek orang
gila di kamar kos teriak pengen pulang kampong, saya memutuskan mudik pada 25
Juli 2020. Alhamdulillah sampai sekarang masih di rumah.
Blessing
in disguise. Virus corona membuat saya bisa tinggal lama di rumah. Bertahun-tahun
saya merantau dan tinggal di rumah hanya saat libur saja, tapi kali ini
alhamdulillah bisa berbulan-bulan. Bisa punya waktu lebih lama dengan ibu, bisa
jalan-jalan bersama keluarga, dan ketemu sahabat-sahabatku.
Hal
yang juga saya syukuri di 2020 adalah melihat kakekku, my maternal grandfather
masih bernafas dan kondisinya membaik setelah sakit awal 2020.
Januari
2020, ada satu peristiwa yang mendorong saya harus segera pulang ke Lombok saat
mendengar kakek sakit. Sebelum pulang, saya menangis tiap malam di kos ingat
kakek. Waktu itu saya juga dapat kabar bibi saya juga sedang sakit dan saya
pikir bibi tak separah kakek saya. Dalam pikiran saya waktu itu, saya harus
pulang lihat kakek biar nanti enggak menyesal.
Akhir
Januari saya memutuskan pulang. Baru saja mendarat, saya dapat kabar bibi saya
meninggal dunia. Saya enggak menyangka akan secepat itu. Awal tahun ini saya
dihantam kabar duka bertubi-tubi. Melihat bibi meninggal dan kakek yang sangat
lemah terbaring sakit. Diam-diam saya selalu menangis.
Memang
selalu ada hal yang harus diikhlaskan, disyukuri, dilepaskan.
Dari
segala banyak karunia, berkat, rezeki yang harus saya syukuri di 2020, ada satu
peristiwa yang juga ingin saya tulis, tapi saya akan membuat tulisan khusus
untuk itu.
Selamat
tinggal, 2020. Terima kasih atas segala pelajaran hidup. Atas apapun yang
terjadi sepanjang tahun itu, saya bersyukur dan berterima kasih. Alhamdulillah
million times.
Selamat
datang, 2021. Semoga berlimpah kebahagiaan, keberkahan, dan karunia serta
rezeki. Aamiin.
Comments
Post a Comment