Resensi Buku "Everybody Lies"
Judul : Everybody Lies; Big Data dan Apa yang Diungkapkan Internet tentang Siapa Kita Sesungguhnya
Penulis : Seth Stephens-Davidowitz
Penerjemah : Alex Tri Kantjono Widodo
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Data yang disuguhkan buku ini sungguh mengejutkan. Ternyata pencarian yang kita tulis di mesin pencarian Google dan apa yang kita tulis atau lihat di newsfeed media sosial seperti Facebook bisa mengungkap rahasia diri kita, yang kita sembunyikan rapat-rapat.
Buku ini merupakan hasil penelitian penulis berdasarkan data di mesin pencarian Google dan juga newsfeed Facebook. Memang ini sumber datanya di wilayah Amerika, tapi tidak menutup kemungkinan di belahan dunia lain hal yang sama juga bisa terungkap jika diteliti lebih lanjut.
Hal-hal yang terungkap dalam penelitian penulis ini termasuk bagaimana laki-laki ternyata lebih banyak mencari tahu tentang alat kelamin mereka di Google daripada organ tubuh lain. Salah satunya bagaimana cara memperbesar penis di mana pertanyaan ini lebih banyak diajukan daripada bagaimana cara menyetel senar gitar, membuat omelet, atau mengganti ban mobil. Saya berkesimpulan banyak laki-laki insecure dengan ukuran penisnya haha
Dibandingkan perempuan, laki-laki 170 kali lebih banyak melakukan pencarian tentang penis mereka daripada perempuan yang melakukan pencairan tentang penis pasangan mereka. Sebaliknya, perempuan justru mengeluhkan ukuran penis pasangan mereka yang terlalu besar atau sebanyak 40 persen perempuan yang mengeluhkan hal ini di Google. Selain soal ukuran jenis kelamin, laki-laki juga banyak melakukan pencarian tentang bagaimana agar durasi hubungan seksual mereka bertahan lama.
Penulis juga mengungkapkan, selama ini warga Amerika dikenal mulai melakukan gerakan anti rasisme, tapi data menunjukkan masih banyak orang Amerika yang melakukan pencarian di Google menggunakan kata "nigger", menunjukkan adanya rasisme tersembunyi. Setiap tahun, ada 7 juta pencarian menggunakan kata tersebut. Pencarian ini paling umum dilakukan setiap kali ada warga Amerika keturunan Afrika yang masuk pemberitaan. Pencarian seperti ini juga melonjak ketika Barack Obama ikut pemilihan umum presiden. Ahli menilai hal ini karena warga Amerika memiliki prasangka tersirat di bawah sadar mereka terkait warga kulit hitam.
Warga Amerika juga terungkap mereka ingin anak laki-laki mereka itu pintar dan menonjol dalam hal prestasi akademik. Hal ini berdasarkan banyaknya pencarian tentang "is my son behind" atau "stupid", dibandingkan pertanyaan yang sama tentang anak perempuan. Sementara orang tua di sana lebih mengkhawatirkan penampilan anak perempuan mereka dengan banyaknya pencarian mengenai "is my daughter overweight?"
Penulis mengungkapkan, orangtua juga satu setengah kali lebih mungkin bertanya tentang apakah putri mereka cantik daripada apakah putra mereka tampan. Mereka juga hampir tiga kali lebih mungkin bertanya tentang apakah putri mereka buruk daripada apakah putra mereka buruk. Sangat miris karena di negara yang dianggap modern seperti Amerika, objektifikasi perempuan seperti ini masih terjadi dan semakin mengejutkan hal itu juga ada di dalam keluarga sendiri.
Data yang dikumpulkan penulis juga menunjukkan banyaknya kasus kekerasan anak. Sejumlah anak melakukan pencarian yang tergolong tragis dan memilukan, dengan kata kunci "my mom beat me" atau "my dad hit me". Pencarian ini melonjak selama masa Resesi Besar, seiring dengan meningkatnya angka perekonomian. Ternyata kesejahteraan keluarga berpengaruh besar terhadap keamanan keluarga. Jangankan di Amerika, di Indonesia juga kita temukan banyak kasus KDRT yang pemicunya kerap masalah ekonomi.
Ketika Anda meminjamkan uang kepada seseorang, Anda bisa mengetahui apakah orang tersebut gampang membayar hutangnya atau sulit dengan melihat kata-kata yang sering dikeluarkan saat meminjam utang. Seperti diungkapkan buku ini, orang yang memohon-mohon dengan penuh belas kasihan dan banyak menyebut atau bersumpah atas nama Tuhan, biasanya orang yang sulit bayar utang atau bahkan tidak mau melunasi utangnya hahahaha. Temuan yang lucu tapi ada benarnya juga karena saya pernah mengalami bertemu dengan orang seperti itu.
"Anda mungkin berpikir - atau setidaknya berharap - orang yang sopan dan terlihat religius ketika menyampaikan permohonan akan termasuk kelompok yang paling mungkin melunasi utang. Akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Tipe orang ini, menurut data, memiliki kemungkinan di bawah rata-rata untuk membereskan utang mereka."
Awalnya aku pikir buku ini tuh penuh data-data berupa angka yang membosankan, tapi ternyata enggak dan bahasa yang digunakan pun cukup asyik, bukan istilah-istilah ribet, sehingga sangat mudah dipahami.
Jangan lupa baca buku, pals!


Comments
Post a Comment