Perayaan Lebaran Topat Dinilai Mengalami Pergeseran Makna
Seminggu pascaperayaan Idul Fitri, masyarakat Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat mempunyai tradisi
merayakan lebaran topat yang dilaksanakan pada tanggal 8 bulan Syawal kalender
Hijriyah. Tujuan perayaan lebaran topat adalah hari lebaran bagi umat Muslim
yang melaksanakan puasa Syawal selama seminggu setelah Idul Fitri. Dalam
perayaan lebaran topat, masyarakat akan berkumpul bersama untuk menyantap
ketupat atau topat dalam bahasa Sasak yang disertai dengan menu masakan khas
lainnya seperti opor, urap-urap, dan panganan tradisional.
Namun belakangan ini, perayaan lebaran topat dinilai mengarah pada
pergeseran makna. "Kalau tiang (saya)
lihat sudah sedikit bergeser. Artinya nuansa pariwisata sudah menonjol sekali
dibanding nuansa budaya dan agamanya," terang pemerhati budaya Sasak, Drs.
H. Lalu Anggawa Nuraksi kepada Suara NTB,
Kamis (15/8) kemarin.
Anggawa menjelaskan ada tiga aspek dalam perayaan lebaran topat
yaitu aspek agama, budaya, dan pariwisata. Perayaan lebaran topat puluhan tahun
lalu lebih mengedepankan aspek agama dan budaya. Sekarang ini perayaan lebaran
topat lebih mengarah ke aspek pariwisata.
Ia menambahkan di zaman dulu orang yang merayakan lebaran topat
adalah orang-orang yang telah melakukan puasa Syawal. "Tapi sekarang orang
tidak pernah puasa Syawal ikut merayakan lebaran topat. Malah lebih semangat
daripada orang yang puasa Syawal," terangnya. Maknanya pun tidak lagi
bermakna sakral, tapi mulai bergeser ke makna rekreasi.
Pergeseran makna ini terjadi menurutnya karena penghayatan dan
pemahaman makna lebaran topat yang sesungguhnya belum dipahami masyarakat
sekarang ini. "Selain itu momen ini juga dimanfaatkan untuk menarik
wisatawan oleh para pelaku wisata. Tarikan pelaku wisata lebih kuat daripada tarikan
hakekat lebaran topat itu sendiri," ujarnya. Meskipun demikian ia
berharap, lebaran topat yang dijadikan produk wisata tidak keluar dari roh
agama Islam dan budaya Sasak.
Kegiatan lebaran topat yang menjadi event tahunan
pemerintah seperti yang dilakukan pemerintah Kota Mataram, pemerintah Kabupaten
Lombok Barat dan Lombok Tengah dinilai positif dalam rangka melestarikan
tradisi.
Filosofi Lebaran Topat
Tak sekadar selebrasi semata, tradisi lebaran topat mempunyai filosofi terkait asal muasal kehidupan manusia di dunia. Esensi perayaan lebaran topat pun sangat
mulia yaitu untuk menumbuh suburkan syiar agama.
Tetapi
seiring perjalanan waktu, esensi perayaan lebaran topat sudah mulai terkikis
dan menyimpang, tidak lagi sesuai dengan tuntunan agama dan tradisi.
Anggawa menjelaskan lebaran topat merupakan salah satu
indikator Islam berjati diri Sasak. Selain untuk mendapatkan pahala, juga untuk
menunjukkan rasa syukur kepada Allah SWT (Neneq
Kaji Saq Kuasa). Dijadikannya ketupat sebagai simbol konon pada waktu para
wali sebagai penyebar agama Islam berdakwah di Lombok, mereka selalu berbekal
dengan ketupat (topat).
Anggawa memaparkan esensi dari tujuan
perayaan lebaran topat ada tiga hal yaitu untuk mendapatkan pahala puasa di
bulan Syawal seperti yang dijanjikan oleh Allah SWT bahwa berpuasa selama
seminggu di awal bulan Syawal pahalanya sama dengan berpuasa setahun. Esensi
kedua adalah kesempatan bagi kaum wanita untuk mengganti puasa Ramadhannya yang
batal akibat menstruasi dan sebab lainnya, ketiga adalah untuk menumbuh
suburkan syiar agama. “Titik beratnya adalah untuk menumbuh suburkan syiar
agama. Kalau puasanya itu sendiri untuk mendapatkan pahala, lebaran topat
sendiri untuk menumbuh suburkan syiar agama karena dalam ajaran Sasak, tradisi
itu untuk menumbuh suburkan syiar agama, agama itu untuk menyempurnakan tradisi.
Ini hanya berlaku di Lombok,” jelasnya.
Namun ia menilai sejauh ini perayaan
lebaran topat banyak yang menyimpang, tidak sesuai dengan esensi dan tujuan
awalnya. “Sudah banyak menyimpang. Lebaran topat tidak dijadikan sarana untuk
bersyukur kepada Tuhan tapi dipakai untuk hura-hura oleh anak muda sekarang.
Pergi ke pantai, berpacaran, dan bertingkah laku tidak sesuai dengan tuntunan
agama. Itu yang saya lihat,” tambahnya.
Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia
(Pepadi) NTB ini menyatakan seharusnya perayaan lebaran topat disemarakkan
dengan hal-hal atau nilai-nilai baik. Misalnya dengan mengunjungi makam-makam
para tokoh agama dan penyebar agama Islam di Lombok. “Kalau dulu saya waktu
masa kecil lebaran topat saya diajak pergi ke makam-makam para wali, tokoh
penyebar agama Islam. Ke makam Bintaro, makam Nyatuq, makam Selaparang dan
lainnya,” kenangnya. Berziarah ke makam bertujuan untuk merenung dan
mengingatkan akan siapa diri kita sesungguhnya untuk menambah kekhusyukan di
dalam kita beragama. “Untuk mengingat mati juga,” tambahnya.
Khususnya bagi anak-anak muda, ia melihat
perayaan lebaran topat jauh dari nilai-nilai agama. Maknanya tak lagi untuk
menunjukkan rasa syukur dan mengingat jasa para wali dan tokoh agama. Namun
lebaran topat dimaknakan sebagai saat untuk berpesta pora di luar kampung dengan
mengunjungi objek-objek wisata. Menurutnya tradisi lebaran topat yang
mengandung nilai adiluhung harus diperbaiki bersama-sama.
Anggawa mengatakan generasi muda saat ini
perlu diberikan penyadaran. Dalam hal ini diperlukan peran para tuan guru atau
tokoh agama untuk memberikan penjelasan mengenai makna dan hakikat perayaan
lebaran topat bagi orang Sasak. “Padahal tradisi yang kita ditinggalkan oleh
para sesepuh dan orang tua kita merupakan pewarisan nilai. Jadi orang Sasak
bukan saja mewarisi harta sebagai kewajiban orang tuanya, juga pewarisan nilai.
Nilai-nilai yang ada pada lebaran topat harus kita junjung tinggi. Jangan
dikotori dengan perbuatan atau perilaku yang tidak senonoh,” terang Kepala
Bappeda Kota Mataram ini.
Nilai-nilai adiluhung yang diwariskan
oleh leluhur bisa berlaku universal dan bisa dikembangkan sehingga masyarakat
Sasak bisa menjadi masyarakat yang
bermartabat. “Lebaran topat bisa mengangkat harkat dan martabat orang Sasak
kalau dilaksanakan sesuai dengan tuntunan agama dan tradisi yang kita miliki,”
demikian Lalu Anggawa Nuraksi.
Tidak hanya makam yang dijadikan tujuan berlebaran topat, objek-objek wisata biasanya dipenuhi masyarakat merayakan lebaran topat. |
keren blognya... :)
ReplyDeletethank you mbak... :)
Delete