Kehilangan Selamanya
Kamis, 25 November 2010
Selasa, 25 November 2014
Empat tahun lalu. Tepat di waktu Ashar, tak ada
mendung, tiba-tiba petir menggelegar dan membakar duniaku. Seketika setengah
jiwaku pergi, menghilang, tanpa suara, tanpa izin, apalagi ucapan perpisahan.
Bapak pergi dengan sangat tenang, tapi merapuhkan hidupku. Bapak pergi dengan
seulum senyum, tapi meninggalkan jejak duka selamanya di hatiku.
Empat tahun sudah bapak pergi, meninggalkanku dan semua
kenangan indah menjelang detik-detik malaikat maut datang menjemput. Kepergian itu
adalah kehilangan selamanya bagiku. Kehilangan ini begitu jeri, begitu luka,
begitu sakit. Sampai detik ini. Tapi siapa yang patut dipersalahkan? Allah
telah menulis takdir bahkan sebelum aku ditunjuk menjadi anaknya. Karena
itulah kucoba ikhlas, karena aku tak berhak, Allah yang lebih berhak atas hidup
dan mati seseorang.
Tapi walaupun tak bisa lagi mencium tangan bapak, bercerita bersama, nonton berita bersama, ngemil bareng, mendengar omelan dan
gerutu bapak, dan melihat bapak duduk di kursi kesayangan, bapak tetap ada, tetap
hidup selamanya dalam hidupku, di sampingku. Menguatkanku ketika rapuh,
menghapus airmataku saat sedih, dan mendoakanku selalu. Kita hanya terpisah
dimensi ruang, yang aku percayai membuatku semakin dekat dengan bapak.
Selamat jalan bapak. Selamat berbahagia. Kutaburkan
mawar-mawar doa untukmu, pahlawan hidupku. Aku mencintaimu selalu, dan akan aku
lunasi mimpi-mimpi itu.
Anakmu
yang selalu merindukanmu
Y
Assalamu'alaikum dear Mustika.. Thank you for comment.. Yours is very attractive, cool !. Yes, we have to follow each other.. :)
ReplyDeletedalem
ReplyDeleteSedalam apa? :D
Delete