Kumpulan Puisi-Puisiku
After the rain |
Puisi-puisi ini aku tulis beberapa tahun lalu, sekitar rentang waktu 2010 sampai 2011. Sekarang aku jarang, bahkan nggak pernah lagi nulis puisi. Entahlah. Padahal menurutku puisi adalah salah satu media ekspresi yang paling jujur. Penuh makna. Dan menulisnya pun membuat kita belajar mengasah hati dan perasaan serta dapat melembutkan hati. Mungkin aku harus lebih banyak lagi membaca dan menulis puisi-puisi. Beberapa puisi ini juga pernah aku posting sebagai catatan di Facebook. Dan ada salah satu puisiku “Luka” yang dikomentari oleh Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri. Bangga banget rasanya. Hehehe.
Ini dia puisi-puisiku, enjoy:
1. Luka
:untuk lelaki yang dinamai suci
Dengan puisi aku bernyanyi
begitu kata penyair yang aku kagumi*
namun dengan puisi pula
aku membalut lara terpatri
disekujur hati
kata-kata yang bernyanyi
sendu dan lirih dalam puisi
mengkristalkan air pada mata bertelaga
menghentikan tetes darah luka
puisi yang bersimfoni
ajakku menari
bertayub dengan selendang sunyi
agar beranjak segera luka ini pergi
mari kita tandaskan malam ini
jangan hentikan orkestra itu mengalun tinggi
biar telinganya pekak
mendengarku teriak
mengaduh luka yang retak
*mengutip
puisi Taufik Ismail baris pertama
dengan
judul "Dengan Puisi, Aku"
2. Aku Hanya Ingin Berpuisi
aku hanya ingin berpuisi
bersanding senyap malam
melepas kelopak-kelopak pilu
yang tak lagi mekar
dirundung wangi dendam
KDI,
28 Oktober 2010
3. Menggelepar Rindu
Rindu menggelayut manja
dalam gaung sendu cinta melagu
pilu lama meregang
gugur melebur
tertinggal aku
menggelepar dalam
jingga rindu
29
Oktober 2010
4. Rindu Membiru
merindumu dalam jerat malam
pekatnya kisah silam
tak kunjung mengurai otak
kuhanya tersentak
membiru dalam renggutan cerita
31
Oktober 2010
5. Dunia Kata-Kata
Kurangkai hidupku dengan kata
meliuk-liuk dihamparan kertas
menjelma puisi sajak
aaahhh...
aku baru tersadar
Itulah duniaku
dunia kata-kata
2
November 2010
6. Karena Kesunyian Selalu Membuatku
Tergila-Gila
Karena kesunyian selalu membuatku tergila-gila
Tetaplah denganku. . .
Tampar aku dengan
lantunan gelap syahdu
mencicit bagai kalong
yang menancapkan birahi di dada malam.
Kesunyian kujatuh rindu
datanglah kala manusia
mengusirmu enyah.
Kusedia menampungmu
dalam dadaku yang bergelayut rindu.
23
November 2010
7. Satu dan Sama
Pun aku tak berhak mengepak sayap
Jauh hari
sayapsayapku telah kau tuntas tandaskan
Lebih baik bagimu
Aku tertatih
dan kau berkubang bahagia?
Adilkah?
Tidak mengapa aku punah
Bagai burung yang tak lagi mengecap manis sepoi
Bukankah aku bisa meminjam
Karena malaikat masih punya jutaan lembar sayap?
Tertidurlah engkau dengan puas dan pulas
Engkau akan terbangun
mendapati sayapmu yang tak lagi rekat
Dan kita
akan mencumbui sisa waktu tanpa sayap
Pada akhirnya aku dan kau
Satu dan sama
11
Desember 2011
8. Ialah Aku
Ialah aku
rupa dupa luka
kau sulut melalui
pelataran bibirmu yang beku
15
Desember 2010
9. Nyeri Hati
Ada nyeri dihati
yang kau perigikan hati hati
serta sembunyi
Menetaskan serapah tumpah
diwajahmu yang merah darah
seakan tak bersalah
Dan kini aku bersarang lelah
KDI,
22 Desember 2010
10.
Wajah
Bertopeng Merah
lelah mengembara di sarang luka
mematahmatahkan amarah
meranggaskan dedaun serapah
ruah diwajah sabarmu
yang bertopeng merah
28
Desember 2010
11.
Pesta
Malam
dentum gendang ini
silahkan tendang hati ini
biar mengalir menderas
alirilah urat-urat yang berpaut nyeri
bermuara pada hati bengkak retak
dentum gendang
liuk pinggang
riuh rendah
mabuk dalam kesahajaan
rakyat berpesta
jangan selesai lalu tandas
teruslah riuh namun jangan rendah
semakin tinggi
lalu meninggi
naikkan
naikkan lagi
jangan sampai disini
karena belum selesai
ku mengobati nyeri
28
Desember 2010. Puisi ini tercipta pada saat aku datang ke pasar malam di
Lapangan Masbagik menonton acara konser penyanyi Cilokaq.
12.
Sabak
Dua Ribu Sepuluh
sabak telah dipenuhi cerita-cerita
sabak dua ribu sepuluh
penuh peluh
meluap luap
air mata asin
duka
perih
pedih
berat
jika ingatan adalah sabak
sudah ku pecahkan lumat-lumat
kubuat dia jadi abu
sepotongpun tak kusisakan tinggal di amigdalaku
sabak dua ribu sepuluh
sabak duka nestapa
sabak yang menandai
sepotong jiwaku pergi
31
Desember 2010
13.
Pulanglah
Pada Tanah
Pendarmu ialah hitam dan sihir
begitu mahir kau ukir
pada hatimu yang fakir
dan
Aku bermimpi dan harap
kamu segera tandas
bagai ampas kopi
yang menyerah pada gelas
pada alir air ia tuntas
tandaslah
lindanglah
pulang pada tanah
5
Januari 2011
14.
Do’a
kuhujan hujamkan tangis
lewat langit mataku
yang simpan sekebun duri kerinduan
pada yang kutakutkan akan menjauh
pada yang kutanyakan makna peluh
pada yang kutasbihkan namanama
pada yang kuceritakan segala rasa
pada yang kumengadu lenguhlenguh derita
akankah Dikau?
dengar jawab
lalu
amienkan
amienkan
amienkan
5
Januari 2011
15.
Suci
suci. . .
dimanakah sembunyi?
kumenanti engkau mati
dalam genggam duri
kau menari nyeri
suci. . .
jangan sembunyi
mulutku tak bosan mendaki do'a
bertutur debur kata
suci. . .
jangan sembunyi
kataku adalah do'a
menimpamu entah esok lusa
suci. . .
jangan berbangga hati
jangan merasa paling suci
karena Ilahi Penilai Sejati
KDI,
11 Januari 2011
16.
Ceritera
Tamat
Amarah
Merah
Mendarah
Resah
Kalbu
Sendu
Kelu
Malu
Fikir
Melintir
Desir
Al-Basyir
Suara
Parau
Mengudara
Sengau
Lamatlamat
Melumat
Diriku dirimu yang hanya semat
Pada ceritera yang tamat
KDI,
11 Januari 2011
17.
Kisahmu
Kisahku
Aku ingin kamu segera
tuntas terkelupas
tamat terlumat
Hidupku hidupmu
terjebak dalam
jaringjaring hitam legam
kelam mendalam
tenggelam karam
pecah
terbelah
lelah
kisahmu kisahku
kalah
KDI,
11 Januari 2011
18.
Setitik
Puisi
.
Silahkan rasai
lalu terjemahi sendiri
1
Februari 2011
19. Rindu Masa Hujan
aku rindu masa-masa hujan
ketika aku merindukan
dan menyanyikan tentang
kekasihku yang silam
Hilang tanpa makna
namun tergores tanpa luka
20. Letih
Biarkan aku melunglai terpekur
ditepi ketiadaanku
diujung kefanaanku
Mengembalikan semua drama yang letih kulakonkan
mengembalikannya pada parit-parit
dangkal disepanjang jalanan yang luka
oleh desing dan asap kepulan mematikan
21. Habisi Aku
habisi aku tidak dengan kata-kata
tapi dengan pedang yang berkilau bagai permata
menembus dada yang semakin
rapuh oleh luka
22. Telaga
aku mengaca pada telaga
dari mataku kulihat
mengalir darah
karena kata-kata tak bisa lagi
menerjemahkan segala luka
maut yang berkilau
bagai pisau berayun
seakan menembus dada yang bertahun
telah melepuh
tertimbun luka
23. Menatap Bulan
Engkau menyuruhku menatap bulan,kawan
sedangkan bulan menggantung dimataku.
Engkau menyuruhku menatap bulan,kawan
sedangkan bulan menggantung dimataku
JOIN NOW !!!
ReplyDeleteDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.cc