Review Film "Shamshera"

 



Sutradara: Karan Malhotra

Tahun: 2022

Pemain: Ranbir Kapoor, Sanjay Dutt, Vaani Kapoor, Ronit Roy, Saurabh Shukla, Iravati Harshe, Craig McGinlay


Shamshera adalah film terbaru Ranbir Kapoor di layar lebar setelah vakum empat tahun dan film pertamanya yang rilis setelah menikah dengan aktris Alia Bhatt. Film yang diproduksi Yash Raj Film (YRF) ini promosinya cukup gencar namun tidak sebagus sejumlah kritik yang saya baca soal film ini. Bahkan NDTV memberi rating 1 dari 5 untuk film ini.

Sebagai penikmat film India, menurut saya film ini sangat memanjakan mata dari segi efek visual. Adegan pertama film dibuka dengan tampilan visual yang keren di sebuah kota India kuno fiktif bernama Rajputana pada tahun 1871, diiringi suara narator yang mengisahkan tentang orang-orang suku Khameran serta scoringnya yang menggetarkan. Saya suka dengan scoring film yang memberikan kesan gagah haha.

Suku Khameran ini berada dalam strata terendah kasta masyarakat India. Mereka dianggap pencuri, sampah, serangga. Mereka tinggal di hutan dan kemudian disingkirkan ke Kaza di India utara setelah kekaisaran Mughal merebut wilayah tersebut.

Suku Khameran ini dipimpin Shamshera (Ranbir Kapoor). Shamshera juga memiliki sahabat bernama Pir atau Pir Baba (Ronit Roy) di mana mereka berjuang bersama mengatasi penindasan dan diskriminasi di Kaza karena kasta mereka.

Orang-orang kaya di Kaza meminta bantuan penjajah Inggris mengusir orang-orang Khameran ini. Inggris menerima permintaan tersebut ditukar dengan 5.000 koin emas.

Lalu pasukan Inggris menyerang orang-orang Khameran dan mereka kalah. Lalu Shamshera menerima surat meminta mereka menyerah dan mereka akan diberikan daerah khusus sehingga mereka tidak lagi tinggal di hutan dan Shamshera menerima tawaran tersebut. Ternyata itu merupakan jebakan dari  polisi India yang jahat dan bersekongkol dengan pasukan Inggris, Shudh Singh (Sanjay Dutt). 

Orang-orang Khameran dibawa ke benteng di mana mereka diperbudak. Shamshera menyadari kesalahannya dan berusaha mencari jalan keluar untuk menyelamatkan kaumnya. Namun dia gagal dan justru dia dianggap pengkhiatan oleh kaumnya lalu dihukum. Dia meninggal setelah dirajam, meninggalkan istrinya yang sedang hamil tua (Iravati Harshe).

Waktu beralih ke 1891, 25 tahun kemudian. Anak Shamshera, Balli yang juga diperankan Ranbir Kapoor telah beranjak dewasa. Balli selalu dipanggil anak pengkhianat oleh warga dan berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada ayahnya.

Balli pergi mencari Doodh Singh (Saurabh Shukla), sahabat ayahnya dulu. Setelah bertemu Doodh Singh, mereka pun berusaha membebaskan orang-orang Khameran yang diperbudak di benteng Kaza. Dia lalu pindah ke daerah bernama Nagina dan menyebut dirinya sebagai Shamshera. 

Dibantu istrinya, Sona (Vaani Kapoor) dan orang Khameran lainnya yang tinggal di Nagina, dia mulai menjarah orang-orang kaya Kaza, mengumpulkan emas untuk diserahkan kepada penjajah Inggris sebagai syarat pembebasan orang-orang Khameran yang masih diperbudak.



Inti ceritanya seperti itu. Efek visualnya memang keren banget. Cerita juga oke, tapi menurutku penyampaiannya masih ada bolong-bolongnya, ada bagian-bagian yang enggak jelas yang mungkin terlalu dipaksakan tapi tidak relevan atau tidak ada kaitannya sama sekali atau tidak dijelaskan maksudnya apa dan penonton diminta menebak sendiri, seperti misalnya kemunculan gagak hitam yang menjadi penolong di beberapa adegan salah satunya ketika orang-orang Khameran diserang pasukan polisi yang dipimpin Shudh Singh. 

Adegan yang juga membuat saya bingung waktu si Balli tiba-tiba di atas bukit batu lalu terjun ke sumur yang menghubungkan ke terowongan rahasia. Hmm

Menurut saya, kemampuan akting pemain dalam film ini yang layak dapat pujian adalah pemeran istri Shamshera sekaligus ibunya Balli. Keren banget. Selain itu tentu saja Sanjay Dutt yang memang selalu cocok berperan sebagai penjahat.

Saya lebih suka akting Ranbir sebagai Shamshera daripada Balli. Chemistry dengan pemeran istrinya itu klop banget. Vaani Kapoor lumayan sebagai pemanis. Seorang penyanyi zaman tahu 1890-an tapi pakaiannya tampak sangat modern haha. Tapi ya tariannya bagus.

Ada beberapa adegan slow motion di film ini yang menurutku cukup mengganggu, kenapa harus pakai slow motion sih? Tapi ya sudahlah. Kekesalan itu bisa terobati dengan soundtracknya yang semuanya saya suka. Saya juga paling suka sama bocah-bocah suku Khameran, salah satunya si Kesu dan sangat terhibur dengan tarian mereka saat membawakan lagu Ji Huzoor.

Lirik-lirik lagunya juga sangat puitis, khususnya di lagu Fitoor yang cukup hot hahaha. FYI, video versi YouTube beda sama di film hahaha.

Dalam salah satu lagu, saya paling suka lirik ini:

You are the phoenix, that shall rise again.



Overall, cukup menghibur dan menggembirakan nonton film ini walaupun ada beberapa hal yang "hmmm kok gini?". Mata dimanjakan efek visual keren, scoring yang bikin merinding dari awal, dan lagu-lagunya. Nonton film India itu memang mestinya di layar lebar.

Comments

Popular Posts