Formula dan Ilmu Mencapai Kebahagiaan - Uang Berlimpah Bikin Bahagia?
Judul Buku: The Science of Happiness: New Discoveries for a More Joyful Life (Time Special Edition)
Buku ini adalah pembuka tahun yang tepat. Aku mulai baca buku ini pertengahan Januari dan semoga dampaknya bertahan sepanjang tahun and beyond.
Ini sebenarnya kumpulan artikel yang pernah terbit di majalah TIME, lalu disatukan dalam satu buku. Isinya sesuai judulnya, ternyata kebahagiaan itu ada ilmunya. Jika ingin bahagia atau menemukan kebahagiaan, ternyata ada caranya. Intinya kebahagiaan itu jangan ditunggu, tapi kita ciptakan sendiri. Bagaimana caranya? Berikut saya beberkan hasil pembacaan saya, apa yang berhasil saya petik dari buku ini, lesssgooo:
1. Being Present
Bagaimana kita berada pada saat ini atau fokus pada apa yang ada di hadapan kita, apa yang sedang kita kerjakan. Being present itu mengesampingkan pikiran-pikiran tentang hal yang belum terjadi. Pusatkan pikiran pada satu hal yang ada di hadapan kita. Ini membuat apapun yang kita kerjakan menjadi lebih bermakna. Kita jadi tidak terburu-buru. Dan merasa lebih bahagia.
Melatih diri untuk being present itu bisa dengan meditasi, jalan-jalan melihat pemandangan, kurangi screen time.
2. Hadapi Ketakutan
Melatih ketahanan atau ketangguhan (resilience) di saat cobaan atau kesulitan hidup menimpa. Salah satunya dengan menghadapi ketakutan-ketakutan kita, bukan malah menghindarinya. Ketika stres melanda, bagaimana cara kita menghadapinya dapat berkontribusi dalam melatih resiliency kita.
3. Less Screen-Time
Ada berbagai cara untuk berbahagia. Salah satunya kurangi screen-time dengan berselancar di media sosial.
"Some research shows that heavy social-media users are less merry than others. One study published in the scientific journal PLOS One found that the more people went on Facebook, the more their life satisfaction levels declined."
4. Create Memories
Buku ini juga berisi artikel yang membahas bagaimana seharusnya kita spend money wisely biar enggak gampang habis. Salah satunya dengan menciptakan kenangan. Caranya membelanjakan uang kita untuk mendapatkan pengalaman baru. Memang sih nominal uang kita akan berkurang bahkan habis tapi kenangan dari membelanjakan uang untuk pengalaman akan terkenang sepanjang hidup kita.
Misalnya dari setiap uang yang kita hasilkan, sebagian kita sisakan untuk membeli pengalaman ini. Misalnya bikin budget untuk jalan-jalan atau hobi kita yang lain seperti nonton konser, beli tiket kunjungan ke museum, makan malam di restoran favorit, dan lainnya. Membeli pengalaman memberi efek kebahagiaan yang bertahan lama daripada menghabiskan uang untuk membeli barang.
"Spending on experiences, however, such as tickets to a play (or to Rome), rather than things, creates lasting contentment...."
5. Bersyukur
Faktor penting kebahagiaan lainnya adalah rasa syukur atau gratitude. Bukan hanya capaian-capaian besar dalam hidup yang patut disyukuri tapi hal sekecil apapun dalam hidup kita sehari-hari selalu layak dan wajib disyukuri, misalnya udara pagi yang kita hirup, pohon-pohon dan kicauan burung yang kita lihat dan dengar di taman saat lari pagi, makanan dan minuman yang kita nikmati, bahkan setiap oksigen yang kita hirup.
Disarankan juga untuk menuliskan gratitude note setiap hari atau seminggu sekali. Menuliskan hal-hal yang kita syukuri pada hari itu misalnya makan es krim, bisa jajan bakso goreng, jalanan yang lancar saat berangkat kerja, bisa duduk di TransJakarta etc etc.
6. Mindfulness
Mindfulness, hidup berkesadaran, ini juga berkaitan erat dengan being present yang saya simpulkan di atas.
Salah satu cara melatih mindfulness adalah dengan meditasi.
Soal mindfulness, meditasi, dan spiritual apakah ada kaitannya dengan kebahagiaan, dibahas di bagian akhir buku.
Scientists have been able to prove that meditation and rigorous mindfulness training can lower cortisol levels and blood pressure, increase immune response and possibly even affect gene expression. Scientific study is also showing that meditation can have an impact on the structure of the brain itself.
7. Punya Uang Berlimpah?
Hal yang juga menjadi pertanyaan banyak orang, "Apakah uang bisa bikin bahagia?" juga dibahas dalam artikel "Can Money Buy Happiness?".
Katanya sih begini:
Money can help you find more happiness, so long as you know just what you can and can’t expect from it.
Intinya kita tetap harus merasa cukup dengan penghasilan kita maka kita akan bahagia. Tidak membandingkan diri dengan orang lain atau selalu melihat ke bawah, bukan ke atas.
Oke. Selain hal yang saya sebutkan tadi, buku ini juga membahas apakah ada relasi signifikan antara pernikahan, memiliki anak, dengan kebahagiaan. Ada artikel yang membahasnya.
Menurut ekonom pemenang Nobel 2004, Daniel Kahneman, mengurus anak itu salah satu hal yang masuk dalam daftar paling bawah terkait hal-hal yang membuat manusia bahagia.
Ekonom lainnya, Andrew Oswald, membandingkan ribuan orang tua dan bukan orang tua di Inggris untuk mencari jawaban atas pertanyaan tersebut. Jawabannya: Bukan anak-anak yang membuat Anda kurang bahagia. Hanya saja punya anak itu tidak membuat Anda lebih bahagia.
“The broad message is not that children make you less happy, It’s just that children don’t make you more happy."
Tapi intinya punya anak ini apakah bikin bahagia, jawabannya tergantung dari kondisi kehidupan orang tua itu sendiri.
Intinya sih marriage and having children not for everyone. Orang yang menikah bisa saja mendapatkan kebahagiaan dalam pernikahannya, begitu pun yang memilih lajang bukan berarti hidupnya miserable, menyedihkan. Setiap orang punya jalan kebahagiaan sendiri entah itu single atau menikah.
Apa yang dipaparkan dalam buku ini berbasis hasil penelitian dan wawancara dengan para pakar ya. Saya suka bukunya, sangat insightful dan mencerahkan.
Semoga kita selalu berbahagia, bisa menciptakan kebahagiaan di setiap fase kehidupan yang kita lalui.
Hidup, walaupun enggak selalu indah, layak dirayakan dan disyukuri setiap hari.
Xoxo
Comments
Post a Comment