Israel Kekejamannya di Luar Nalar, Baca Buku Ini Bikin Naik Darah
Aku capek banget baca buku ini, bikin darahku mendidih. Kok ada entitas yang sekejam dan sekeji ini.
Sejak agresi Israel di Jalur Gaza, Palestina dimulai pada 7 Oktober 2023, kita sehari-hari disuguhkan dengan berita kekejaman pasukan Zionis tersebut. Sampai saat ini, sekitar 22.000 nyawa warga sipil melayang dibunuh Israel, sebagian besar anak-anak.
Setiap hari saya menulis isu agresi dan genosida Israel di media tempat saya bekerja, karena kebetulan desk saya di isu-isu internasional. Dan semakin hari, kebencian saya akan Israel laknat ini semakin menjadi-jadi.
Agar saya semakin memahami isu Palestina-Israel dan memahami akar konfliknya, saya membaca dua buku tentang Palestina: The Question of Palestine karya Edward Said dan The Ethnic Cleansing of Palestine karya Ilan Pappe.
The Question of Palestine, honestly bahasanya agak sulit dan menurutku lebih akademis. Tapi intinya buku itu membahas propaganda dan kekejaman Israel yang polanya selalu sama dari dulu ketika negara ini pertama kali berdiri sampai saat ini. Pak Edward Said juga membahas bagaimana Israel selalu memposisikan dirinya sebagai korban di mana setiap kritik atas apa yang mereka lakukan di Palestina sebagai sebuah anti semit atau anti-Yahudi.
Buku kedua, The Ethnic Cleansing of Palestine ini lebih mudah dipahami dari segi bahasa. Buku ini sendiri ditulis oleh sejarawan Israel dan dia membongkar habis kekejaman Israel ketika terjadi pengusiran besar-besaran orang Palestina dari tanah air mereka pada 1948. Peristiwa ini dikenal sebagai Nakba atau Bencana, di mana sekitar 750.000 orang Palestina terusir, ratusan desa dibakar, ribuan orang yang menolak terusir dari tanah mereka dibunuh dengan membabi buta.
Pokoknya buku ini bikin emosi dan darah tinggi. Aku sepanjang buku marah-marah terus.
Kekejaman Israel yang belakangan kita saksikan di Gaza juga telah dilakukan 75 tahun lalu dan itu masih berlangsung sampai sekarang. Astaghfirullah jahat banget banget banget.
Peristiwa Nakba terjadi ketika negara Israel baru terbentuk. Ketika itu sejumlah petinggi militer merancang Plan Dalet, pengusiran paksa rakyat Palestina di mana ditetapkan dengan sangat sistematis desa dan wilayah mana saja yang bakal diusir penduduknya.
Desa-desa itu kemudian dijadikan tempat menampung warga Yahudi yang sebagian besar pengungsi dari Eropa. Nama-nama desa dan daerah kemudian diganti agar ke-israel-israel-an wkwkwk bangsat!
Setelah mengusir orang-orang Palestina dan menghancurkan desa-desa mereka, desa-desa itu diubah menjadi pemukiman Yahudi. Lalu ada juga lahan yang diubah jadi taman-taman nasional dan tempat rekreasi. Untuk menutupi kekejamannya selama Nakba, Israel menanam pohon-pohon baru di lahan tersebut, menghilangkan identitas Palestina dengan menebang pohon-pohon zaitun maupun almond yang menjadi ciri khas masyarakat Palestina.
In the new development town of Migdal Ha-Emek, for example, the JNF did its utmost to try and cover the ruins of the Palestinian village of Mujaydil, at the town’s eastern entrance, with rows of pine trees, not a proper forest in this case but just a small wood. Such ‘green lungs’ can be found in many of Israel’s development towns that cover destroyed Palestinian villages (Tirat Hacarmel over Tirat Haifa, Qiryat Shemona over Khalsa, Ashkelon over Majdal, etc.). But this particular species failed to adapt to the local soil and, despite repeated treatment, disease kept afflicting the trees. Later visits by relatives of some of Mujaydial’s original villagers revealed that some of the pine trees had literally split in two and how, in the middle of their broken trunks, olive trees had popped up in defiance of the alien flora planted over them fifty-six years ago.
Syukurin, sampai pohon pun menolak tumbuh di atas lahan curian wkwkwk
This version continues to spout the familiar myths of the narrative – Palestine as an ‘empty’ and ‘arid’ land before the arrival of Zionism – that Zionism employs to supplant all history that contradicts its own invented Jewish past.
This is not part of a need to tell a different story in its own right, but is designed to annihilate all memory of the Palestinian villages that these ‘green lungs’ have replaced.
Saya selalu bilang looting, robbing everything is in every Israeli/Zionis's blood, karena emang bener. Mereka enggak hanya mencuri tanah, rumah, tapi juga harta benda orang Palestina lainnya.
Jaffa was also a particular victim of house robberies that took place in broad daylight. The looters took furniture, clothes and anything useful for the Jewish immigrants that were streaming into the country.
Bagi yang ingin memahami akar konflik Palestina-Israel, buku ini salah satu rekomendasi dan wajib baca sih menurutku. Setelah baca buku, saya semakin benci sama Israel, I never hate anything in this world like I hate that genocidal maniac regime!
Pokoknya jangan pernah berhenti bicarakan, bahas, sharing, posting soal Palestina. Penjajahan dan pembunuhan terhadap mereka telah berlangsung sejak 1947-1948.
Baca buku ini dan sebarkan terus kejahatan Israel laknat. I do hope we will witness the downfall of that terrorist state soon!
To my Palestinian brothers and sisters in Gaza and West Bank, we love you! We pray for you! You'll always be in my heart. I feel your suffering, I scream your cries. And I am so sorry we failed you.
Comments
Post a Comment