Resensi Buku "Hamas, Kenapa Dibenci Amerika?"
Penulis: Tiar Anwar Bachtiar
Penerbit: Hikmah Populer (Kelompok Mizan)
Tahun: 2006
Mengedukasi diri sendiri adalah salah satu cara yang saya lakukan untuk menanggapi genosida Israel di Jalur Gaza, Palestina. Kita tidak bisa diam saja menyaksikan puluhan ribu manusia dibantai di depan kita dan kita harus melakukan aksi, sekecil apapun yang kita bisa, salah satunya dengan mengadukasi diri sendiri dan orang lain.
Dalam rangka itulah saya mulai membaca buku-buku terkait Palestina sejak Oktober 2023 dan ini salah satu buku yang sudah saya baca di 2024. Sebelumnya saya baca The Ethnic Cleansing of Palestinr karya Ilan Pappe dan The Question of Palestine karya Edward Said.
Sejak Operasi Badai Al-Aqsa yang dilakukan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023, narasi yang berkembang khususnya di media Barat adalah bahwa Hamas itu organisasi teroris. Muncul 00kecaman terhadap operasi tersebut, yang diklaim Israel menewaskan 1.200 orang, kendati kemudian muncul berita di media Israel bahwa orang yang tewas pada 7 Oktober itu karena operasi Hannibal, yang dilakukan sendiri oleh tentara Israel.
Sejak serangan tersebut, hoaks pun bertebaran. Ada yang menyebut Hamas memenggal puluhan bayi dan memperkosa perempuan Israel. Namun tuduhan-tuduhan ini tidak disertai bukti sama sekali, hanya klaim satu arah dari Israel si tukang bohong. Lucunya, sekelas Presiden AS Joe Biden, dan media-media ternama seperti New York Times dan CNN ikut terlibat dalam menyebarkan hoaks tersebut. Pathetic.
Siapa dan apa itu Hamas? Jawabannya bisa ditemukan di buku ini. Buku ini menjelaskan latar belakang berdirinya Hamas secara runut dan detail dengan bahasa yang cukup mudah dipahami.
Intinya, Hamas (Harakah Muqawamah Al-Islamiyyah) adalah kelompok perlawanan Palestina yang melawan penjajahan Israel di tanah air mereka. Hamas berdiri setelah Intifada pertama pada tahun 1987 di Gaza. Para pendiri Hamas dulunya adalah anggota Ikhwanul Muslimin yang berbasis di Mesir.
Dalam perjuangannya membebaskan Palestina dari penjajah Israel, Hamas tidak mau berkompromi dengan penjajah Israel. Hamas menolak dan mengecam normalisasi hubungan dengan Israel seperti yang dilakukan sejumlah negara Arab dan juga Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang waktu itu diprakarsai Yasser Arafat dengan Perjanjian Oslo. Ini yang membedakan Hamas dengan Fatah (Harakat Al-Tahrâr Al-Filistini), faksi yang lebih lunak terhadap Israel dan membuka ruang negosiasi. Sebenarnya tujuan mereka sama, Palestina merdeka, hanya saja cara dan pendekatan mereka berbeda.
Dalam buku ini juga dicantumkan lampiran Piagam Harakah Hamas, yang menjadi dasar pendirian Hamas, semacam undang-undangnya, terdiri dari 34 pasal. Dalam Pasal 13 disebutkan bahwa Hamas menolak berbagai prakarsa dan penyelesain damai melalui muktamar, konferensi, kongres internasional. Hal itu dianggap bertentangan dengan akidah Hamas. Mengurangi sebagian dari Palestina sama dengan mengurangi sebagian dari agama (Islam). Sebab patriotisme Hamas merupakan bagian dari agama. Jihad mereka adalah demi menegakkan panji Allah. Tidak ada alternatif bagi penyelesaian masalah Palestina, kecuali dengan jihad. Semua muktamar internasional dianggap buang waktu dan sia-sia.
Hamas menang Pemilu pada Januari 2006. Ini membuat Amerika geram, dan membekukan keuangan Palestina sehingga Palestina tidak bisa membayar gaji ratusan ribu pegawainya. Amerika mengeluarkan syarat, Hamas harus mengakui Israel. Tentunya ini tidak akan pernah dilakukan Hamas.
Sejumlah negara Arab mengakui Israel dan membuka hubungan diplomatik, yang terbaru pada 2020 adalah Uni Emirat Arab dan Bahrain. Bagi Hamas, ini adalah upaya Israel untuk mendepak negara-negara Arab dari pertarungan melawan Zionisme dan tujuan akhirnya untuk mengucilkan bangsa Palestina. Menurut Hamas, meninggalkan pertarungan ini justru berbahaya. Setelah menjajah Palestina, selanjutnya sasaran Israel bisa ke negara Arab lainnya, karena Israel berambisi menguasai wilayah dari Sungai Nil sampai Eufrat.
"Meninggalkan daerah pertarungan melawan Zionis adalah pengkhianatan terbesar yang patut mendapat kutukan," bunyi penjelasan dalam salah satu pasal dalam Piagam Hamas.
Ini sejalan dengan firman Allah dalam QS An-Anfal (8) ayat 16: "Siapa saja mundur dari menghadapi mereka di hari itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka jahanam. Dan amat buruklah tempat kembalinya."
Dalam salah satu pasal juga disebutkan Hamas berkomitmen untuk tidak menyerang warga sipil Yahudi-Israel yang tidak bersenjata. Ini jelas bertentangan dengan klaim Israel bahwa Hamas membunuh bayi dan warga sipil lainnya dalam operasi Badai Al-Aqsa. Hamas tidak membenci Yahudi sebagaimana digaungkan oleh musuhnya selama ini. Dalam salah satu pasal harakahnya, Hamas menegaskan bahwa umat Islam, Kristen, dan Yahudi bisa hidup dengan damai dan berdampingan.
Dulu saya tidak begitu paham apa itu Hamas. Tapi setelah membaca buku ini dan mengikuti berbagai pemberitaan, saya semakin salut dan hormat atas jalan perjuangan Hamas. Apalagi baru-baru dengan kisah heroik Yahya Sinwar, pemimpin Hamas yang syahid setelah berjuang sampai titik darah terakhir melawan penjajah Israel, benar-benar superhero di dunia nyata.
Kita juga bisa kok ikut berjihad bersama rakyat Palestina melawan penjajah Israel. Tidak mesti turun ke medan perang, cukup dengan hal kecil yang kita bisa: boikot, donasi, edukasi, sharing, posting, dan berdoa.
Hamas juga mengatakan jihad tidak terbatas pada memanggul senjata saja dan menumbangkan musuh. Hal yang saya sebut tadi juga jika diniatkan untuk berjuang melawan kemungkaran dan menegakkan panji Allah, maka termasuk jihad fi sabilillah.
"Siapa saja yang mempersiapkan seseorang yang berperang di jalan Allah maka dia (sama seperti orang yang) telah berperang, dan siapa saja yang menggantikan seseorang yang berperang (di jalan Allah) dalam mengurusi kekurangan dan keluarganya dengan baik, maka dia telah berperang," (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Tirmidzi).
So, jangan pernah lelah ya! Tetap boikot, posting, sharing, donasi kalau bisa, dan baca buku sebanyk-banyaknya untuk mengedukasi diri kita. Semoga Allah meridhoi.
I always say that if someone ask me 'do you condemn Hamas?', my answer definitely will be: Nope! Even I would rather marry Abu Obeida!
Jangan lupa baca buku!!! Long live resistance! Free Palestina, from the river to the sea!
Comments
Post a Comment