Resensi Buku "Babel"

 



Judul: Babel

Penulis: RF Kuang

Bahasa: Inggris


But that’s the beauty of learning a new language. It should feel like an enormous undertaking. It ought to intimidate you. It makes you appreciate the complexity of the ones you know already.


Finally, selesai juga saya baca buku ini. Saya mulai baca buku ini bulan Juni 2024 dan selesai 3 Januari 2025. Tapi tetap saya masukkan buku ini ke reading list 2024 hehehe. Why did take such a long time? Karena saya membacanya disela dengan banyak buku lainnya. Dan juga kadang muncul reading slump dan buku ini lama saya anggurin.

Saya beli buku ini di Google Play Book yang waktu itu lagi diskon jadi Rp18.000 doang. Buku ini cukup ngehype di X or Twitter, dan saya dapat info diskon buku ini juga dari booktwt. Dan ini buku pertama RF Kuang yang saya baca. Trilogi Poppy War masih jadi wishlist saya. Semoga bisa segera kebeli ya bukunya.

Ini adalah salah satu buku terseru dan paling keren yang saya baca di 2024. Gokillssssss. Isinya daging semua. Memang awalnya saya ngerasa ini buku "berat", banyak istilah linguistik, tapi ternyata sangat enjoyable dan ketika tiba di pertengahan, it is unputdownable. Hehe

Most of all, yang paling saya suka dari buku ini adalah the idea of crushing colonialism. It is relatable with the issue we are witnessing now in some parts of the world, especially the ongoing genocide in Gaza, Palestine.

But the most thing I hate from this book, the death of my favourite character hahahah. How come, miss RF Kuang? LOL. But I wont tell who is that character, biar gak spoiler.

Ignore my rant, now lets back to the review....


Babel adalah sebuah menara atau gedung di Universitas Oxford di mana terdapat Royal Institute of Translation. Ini semacam sacred place dan telah menghasilkan banyak translator atau penerjemah hebat. Di atas Babel ini juga terdapat Radcliffe Library. FYI, Profesor Lovell juga alumni Babel dan bekerja di sini.

Robin Swift datang dari Canton, China, dibawa Profesor Lovell ke Inggris dan dikuliahkan di Royal Institute of Translation. Robin awalnya tidak terlalu cakap berbahasa Inggris, tapi sebelum masuk ke Oxford, Profesor Lovell mendatangkan banyak guru les untuk Robin seperti Mr Felton (guru bahasa Latin), Mr Chester (guru bahasa Yunani), dan Profesor Lovell mendidiknya dengan sangat keras.

Long story short, Robin berhasil masuk Babel dan bersahabat dengan Ramiz Rafi Mirza atau Ramy, Victoire, dan Letty. Persahabatan mereka mengingatkan saya pada persahabatan Harry, Hermione, dan Ron di Harry Potter dan saya juga merasa Babel ini vibesnya mirip dengan Hogwarts.

Robin tiba-tiba didatangi Griffin, alumni Babel yang membelot dan diajak bergabung dengan Hermes Society. Hermes Society adalah kelompok underground yang menentang koloanisme dan menganggap Babel sebagai simbol yang mendukung proyek kolonialisme Inggris dan mereka ingin melakukan perlawanan dengan mencuri buku-buku dari hasil terjemahan Babel. Mereka merekrut para Babblers, sebutan untuk mahasiswa yang sekolah di Babel.

Robin awalnya hesitate tapi dia mau saja mengikuti apa kata Griffin. Dan aktivitasnya itu dirahasiakan dari sahabat-sahabatnya. Namun he didnt realize Victoire dan Ramy juga bagian dari Hermes Society. Seperti Robin, Ramy dan Victoire datang dari negara jajahan kolonial. Ramy berasal dari Calcutta, India, sedangkan Victoire dari Haiti. Dan tujuan dari Hermes Society itu sejalan dengan nilai-nilai yang mereka yakini bahwa kolonialisme harus dilawan. Ramy yang paling vokal penentangannya terhadap kolonialisme dan lecturing his pals vehemently about that.

Perjalanan tugas kuliah ke China empat sekawan itu bersama Profesor Lovell mengubah segalanya. Sepulang mereka dari China, Robin membunuh Profesor Lovell di kapal. Victoire, Ramy, dan Letty membantu Robin menutupi peristiwa itu dengan membuang mayat Profesor Lovell ke laut, kemudian menutupi kematian pria yang juga ayah kandung Robin itu.

Bagian ini sangat seru dan menegangkan tapi entah ada juga lucunya yang bikin saya ngakak. Setelah peristiwa pembunuhan itulah petualangan seru dimulai dan terbukalah kedok Babel dan orang-orang di dalamnya selama ini. Robin pun bertekad untuk menghancurkan Babel, meruntuhkan simbol kolonialisme tersebut.

Character development Robin di sini membagongkan. Si anak lugu, polos, pemalu itu tiba-tiba jadi orang yang meyakini kekerasan salah satu cara untuk menghancurkan kolonialisme.

The way Babel hoards materials isn’t just,’ said Robin. ‘Oh! It’s not just!’ ‘It’s not right,’ Robin continued angrily. ‘It’s selfish. All our silver goes to luxury, to the military, to making lace and weapons when there are people dying of simple things these bars could fix. It’s not right that you recruit students from other countries to work your translation centre and that their motherlands receive nothing in return.’


Salah satu dialog antara Robin dan Profesor Lovell yang saya suka, antara colonized and colonizer:

‘It is a nation mired in superstition and antiquity, devoid of the rule of law, hopelessly behind the West on every possible register. It is a nation of semi-barbarous, incorrigibly backwards fools—’

‘It’s a nation of people,’ Robin snapped. ‘People you’re poisoning, whose lives you’re ruining. And if the question is whether I’ll keep facilitating that project, then it’s no – I won’t come back to Canton again, not for the traders, and not for anything remotely related to opium. I’ll do research at Babel, I’ll do translations, but I won’t do that. You can’t make me.’


Di dalam buku ini juga bertebaran asal usul banyak kata-kata. Banyak banget bagian yang aku highlight di buku ini. Gak cuma ceritanya yang seru tapi juga banyak ilmu yang bisa kita ambil dari buku ini. Such a good read!

I need to tell you here that I hate Letty so much! Hahaha.

So yeah, that's all!

Jangan lupa baca buku! Xoxo!

Babel is the crux, Anthony; it’s the source of all the Empire’s power. We’ve only got to seize it.

This is how colonialism works. It convinces us that the fallout from resistance isentirely our fault, that the immoral choice is resistance itself rather than the circumstances that demanded it.’

Comments

Popular Posts