Resensi Buku "Iliad" Karya Homer
Sering dengar soal mitologi Yunani Kuno dan tokoh-tokohnya seperti Hercules, Achilles, Hector, dan lain-lain. Tapi gak paham. Akhirnya demi paham itulah saya membaca buku ini.
Sama seperti epik Mahabarata yang tokohnya sangat banyak, begitu juga dengan mitologi dari Yunani ini. Jika Mahabarata terkenal karena perang Baratayudha, legenda Yunani kuno ini terkenal karena perang Troya, perang besar antara bangsa Troya dan Yunani atau disebut orang-orang Akhaia di dalam buku ini.
Awal-awal baca buku ini saya gak begitu paham dan tokohnya sangat banyak, apalagi setiap nama tokoh sering kali ditulis dengan nama orang tuanya misalnya Jove, the son of Satur; Achilles, the son of Thethis etc etc.
Jadi selain baca, saya juga menonton video dan membaca artikel lain yang bisa membuat saya lebih paham soal kisah dalam buku ini.
Setelah paham, baru kemudian saya menikmati membacanya.
Iliad ini sebenarnya buku puisi yang ditulis Homer sekitar tahun 750-750 SM. Buku ini banyak versi terjemahannya, tapi saya memilih membaca terjemahan Samuel Butler, terdiri dari 24 bab.
Intinya ini adalah buku perang. Buku yang menceritakan kondisi di tengah medan perang dan bagaimana orang-orang itu berperang dan saling membunuh, dan yang menjadi inti cerita adalah bagaimana akhirnya Hector, tewas di tangan Achilles.
Perang besar ini dipicu kaburnya Helen atau Helena, istri Raja Sparta dari Yunani, Menelaus. Helen diculik kekasihnya, Paris dari Troya. Paris adalah anak dari Raja Priam.
Troya memiliki prajurit yang sangat kuat, salah satunya Hector, yang juga salah satu dari 50 anak Raja Priam. Hector adalah anak Priam dan Hecuba. Sedangkan Akhaia atau Yunani memiliki Achilles. Bagian terseru ketika memasuki babak di mana Hector akan bertarung melawan Achilles.
Dan ini dimulai dari Bab 19. Achilles muncul kembali untuk bertarung setelah kawan yang sangat dia cintai, Patroclus dibunuh Apollo. Apollo adalah anak dewa petir Jove. Jove berpihak pada Troya.
Patroclus dibunuh setelah dia membunuh Sarpedon, saudara Apollo yang juga ikut perang membela Troya.
Achilles telah lama diam di kapal karena senjatanya dirusak. Setelah tahu Patroclus tewas, dia sangat sedih dan ingin membalas dendam. Kesedihannya di dengar ibunya, Thethis, dewi penguasa laut. Akhirnya Thethis mendatangi putranya dan berjanji akan mendatangi Vulcan, dewa yang tinggal di gunung, untuk membuatkan senjata.
Senjata dan perisai buatan Vulcan ini sangat istimewa. Dia bisa memancarkan cahaya yang tembus sampai surga.
the gleam of Achilles’ wondrous shield strike up into the heavens. He lifted the redoubtable helmet, and set it upon his head, from whence it shone like a star, and the golden plumes which Vulcan had set thick about the ridge of the helmet, waved all around it.
( "..... kilau perisai menakjubkan Achilles menerjang ke langit. Dia mengangkat helm yang meragukan itu, dan meletakkannya di atas kepalanya, dari mana itu bersinar seperti bintang, dan bulu emas yang telah dipasang Vulcan tebal di sekitar punggung helm, melambai di sekelilingnya." )
Achilles memutuskan berpuasa. Dia tidak akan makan sebelum dia kembali dari pertempuran. Dewa Jove kemudian mengutus putrinya, Pallas Minerva, menuangkan ramuan kepada Achilles agar dia terbebas dari rasa lapar.
"dropped nectar and ambrosia into Achilles so that no cruel hunger should cause his limbs to fail him"
Untuk menghadapi orang Troya, Achilles juga memiliki dua ekor kuda yang bisa berbicara; Xanthus and Balius. Xanthus telah mengetahui kematian Achilles dan disampaikan langsung sebelum Achilles turun ke medan perang.
“Dread Achilles,” said he, “we will indeed save you now, but the day of your death is near, and the blame will not be ours, for itwill be heaven and stern fate that will destroy you. Neither was it through any sloth or slackness on our part that the Trojans stripped Patroclus of his armour; it was the mighty god whom lovely Leto bore that slew him as he fought among the foremost, and vouchsafed a triumph to Hector. We two can fly as swiftly as Zephyrus who they say is fleetest of all winds; nevertheless it is your doom to fall by the hand of a man and of a god.”
When he had thus said the Erinyes stayed his speech, and Achilles answered him in great sadness, saying, “Why, O Xanthus, do you thus foretell my death? You need not do so, for I well know that I am to fall here, far from my dear father and mother; none the more, however, shall I stay my hand till I have given the Trojans their fill of fighting.”
So saying, with a loud cry he drove his horses to the front.
Unsur-unsur puitik dari sebuah puisi yang diterjemahkan menjadi cerita panjang menurut saya masih dipertahankan dalam buku ini. Baca buku ini sekalian membantu saya belajar bahasa Inggris. Banyak kosakata baru dan penyusunan kalimat yang baru saya temui dalam buku ini.
Buku ini juga menurut saya agak ada unsur gore-nya. Karena ada part-part tertentu di mana penulis menggambarkan bagaimana para prajurit saling membunuh di medan perang, yang mana membuat saya perut saya ngilu. Darah di mana-mana, usus yang terburai dan semacam itu.
Mungkin menarik membaca kembali terjemahan yang versi puisi aslinya, bukan yang diubah menjadi prosa seperti ini. Dan saya juga tertarik membaca edisi Bahasa Indonesianya.
Saya berpikir JK Rowling terinspirasi menamai tokoh-tokoh dalam Harry Potter dan Fantastic Beasts dari buku ini, karena di Illiad ini sungai yang bisa bicara namanya Scamander, Profesor Minnerva McGonnagal mungkin juga terinspirasi dari Pallas Minnerva, dan ada tokoh namanya Hermione hehe.
Jangan lupa baca buku!
Comments
Post a Comment