Review "The Naked Traveler; 1 Year Round-the-World Trip Part 1 dan 2"
Judul :
The Naked Traveler; 1 Year Round-the-World Trip Part 1 dan 2
Penulis :
Trinity
Penyunting :
Nurjannah Intan
Perancang Sampul :
Labusiam dan Bara Umar Birru
Pemeriksa Aksara :
Pritameani dan Titish A.K.
Ilustrasi Isi :
Upiet
Ilustrasi Peta :
Agung Budi Sulistya
Penerbit :
B First (PT Bentang Pustaka)
Tahun :
2014
Halaman :
246 (Part 1) dan 262 (Part 2)
ISBN :
978-602-1246-14-6/978-602-1246-15-3
“Twenty years from now you will be more
disappointed by the things you didn't do than by the ones you did do. So throw
off the bowlines. Sail away from the safe harbor. Catch the trade winds in your
sails. Explore. Dream. Discover.”
(Mark Twain)
You don't have to be rich to travel the
world.
Kita tak harus menjadi kaya untuk berkeliling dunia.
Pesan itulah yang ingin disampaikan Trinity melalui buku-bukunya. Termasuk dua buku
The Naked Traveler; 1 Year Round-the-World Trip ini. Trinity ingin mengajak
orang Indonesia untuk traveling,
karena selama ini anggapan sebagian besar orang bahwa liburan ke luar negeri
hanya bisa dilakukan orang tajir dengan uang yang tanpa seri. Apalagi keliling
dunia selama setahun, tentu hanya bisa dilakukan orang-orang berduit. Tapi
fakta membuktikan bahwa siapa pun bisa, walaupun tentu dengan usaha keras.
Traveling bagi Trinity adalah sebuah investasi jangka
panjang. Dalam salah satu bagian di buku ini ia meyakinkan pembaca bahwa
perjalanan keliling dunia ke Eropa dan Amerika Latin tersebut tanpa biaya dari
sponsor, semua murni dari tabungannya sendiri.
Trinity lebih suka menghabiskan uang untuk membeli
pengalaman dengan berjalan-jalan daripada digunakan membeli barang-barang.
Keliling dunia ini dilakukan Trinity pada Oktober 2012 sampai Oktober 2013
bersama sahabatnya Yasmin. Bahkan Yasmin pu rela menjual rumahnya untuk jalan-jalan
keliling dunia. Wow salute!! Keputusan yang sangat berani.
Saya selalu suka gaya bercerita Trinity yang sangat
apa adanya, tidak jaim, jujur, dan memiliki sense
of humor yang tinggi. Dari awal buku di Part 1, saya sudah dibuat ngakak
sampai keluar air mata. Khususnya pada saat ia mengalami mencret di pesawat
Jakarta-Doha. Apalagi saat dia sampai di Bandara Doha dan tanya sama dokter
yang nggak begitu bisa Bahasa Inggris. Hahahahah
Perjalanan keliling dunia tepatnya ke 22 negara ini dimulai
dari Rusia dan beberapa negara Eropa seperti Finlandia, Slovenia, Polandia, dan
Jerman. Dari Jerman, Yasmin dan Trinity
terbang ke Brasil dan memulai petualangan di Amerika Selatan. Di Brazil mereka mengunjungi
beberapa pantai tersohor seperti Copacabana dan Ipanema.
Setelah Brazil lanjut ke Chile dan berkunjung ke
beberapa daerah; Patagonia, Valparaiso (dimana rumah Pablo Neruda berada),
gurun Atacama. Trinity batal ke Argentina karena visanya ditolak di Kedubes Argentina
di Jakarta. Ia juga gagal ke Bolivia karena tidak bisa memenuhi persyaratan
visa.
Tak hanya lucu, tapi saya pun terharu membaca emosi
Trinity saat sampai di Machu Picchu, Peru. Situs peninggalan bangsa Inca
tersebut telah menjadi destinasi impiannya sejak lama. Di Peru, ia juga mengunjungi
hutan Amazon.
“Kepuasan sesungguhnya adalah bila kita
bisa jalan-jalan dengan menggunakan uang hasil keringat sendiri! Satu lagi,
bila kita memang tidak korupsi uang dan waktu, tentu kita akan bebas memasang
foto diri lagi mejeng di depan Machu Picchu pada akun Twitter ataupun Facebook
sendiri.”
Di Ekuador; Trinity mengunjungi Kepulauan Galapagos
untuk melihat burung albatros berlatih terbang. Galapagos adalah wilayah kepulauan
yang memiliki flora dan fauna yang sangat unik, seperti yang diterangkan dalam teori
evolusi Charles Darwin.
Di buku Part 1, Trinity jujur banget mengakui kalau
dia memalsukan kartu pelajar demi berhemat. Karena di negara maju seperti Eropa
status pelajar sangat dihargai dan kerap mendapat diskon kalau berkunjung ke
tempat-tempat bersejarah seperti museum.
“Saya
mengaku bahwa saya memang memalsukan kartu dan saya tahu itu salah.”
“Pembelaan
saya: sebagai traveler dari negara yang jauh lebih miskin, saya punya alasan
kuat untuk bertahan hidup.” LOL
Di buku Part 2, Trinity masih berada di negara Amerika
Selatan diantarnya Kolombia. Disana ia belajar Salsa dan berkunjung ke Taganga,
Cartagena (mengingatkan tempat persembunyian terpidana korupsi M. Nazaruddin).
Kolombia adalah negara dengan tingkat kriminalitas tinggi dan terkenal dengan kartel
narkoba.
Di Kuba, Trinity menceritakan pengalamannya selama
sebulan hidup tanpa telpon pintar dan koneksi internet. Di negara komunis dan
terkenal dengan tokoh Che Guevara dan Fidel Castro, seluruh produk Amerika
dialarang masuk. Trinity mengunjungi monumen Che Guevara yang berlokasi di Santa
Clara. Di Kuba ia menginap di casa
particular; sejenis home stay yang
dikelola oleh warga atau home stay di
dalam rumah warga yang disewakan.
Dari Kuba pindah ke Jamaika. Jamaika juga menjadi
negara impian Trinity sejak lama karena mengidolakan Bob Marley. Akhirnya ia
sampai kesana dan berkunjung ke rumah penyanyi reggae tersebut di jalan Hope
Nomor 56 di Kingston, Jamaika. Di rumah itu, Trinity menangis karena telah
sampai pada impiannya. Setelah itu ia lanjut ke Meksiko, Guatemala, kemudian ke
Los Angeles. Ia lebih memilih pulang dari LA karena lebih murah.
Dijamin anda tak akan pernah bosan membaca buku ini.
Dua buku ini pun saya habiskan dalam waktu kurang sepekan. Sangat menghibur dan
informatif. Hampir sepenelitian saya tak satu pun saya temukan typo. Akhirnya saya berencana untuk
membaca buku TNT (The Naked Traveler) dari edisi 1, 2, 4. Loncat ke buku 4
karena buku 3 sudah saya baca. 4 out of 5
stars for #TNTrtw#.
Mantab ibu yanet, ulasan tulisannya asik, mengalir dan enak dibaca, ditunggu revew buku2 selanjutnya,,,,,keren
ReplyDeleteMakasiiiii broooh.... keep reading my post yak.. hahaha...
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete