Review Film "Zozo"
Sutradara: Josef Fares
Tahun: 2005
Pemain: Imad Creidi, Antoinette Turk, Elias Gergi, Carmen Lebbos, Yasmine Awad, Viktor Axelsson
"Apakah ada negara tanpa perang?"
Perang hanya menyisakan duka, duka bagi mereka yang tak berdaya, tidak memiliki senjata, warga sipil. Anak-anak yang kehilangan orang tua, orang tua yang kehilangan anak-anak mereka.
Perang tidak ada untungnya kecuali kehancuran dan kesedihan yang tak terperi, serta rasa trauma yang panjang.
Itulah yang digambarkan dalam Zozo. Film ini tidak intens menggambarkan peperangan, tapi lebih menyorot ke dampak perang.
Zozo (Imad Creidi) kehilangan orang tua dan kakak-kakaknya saat perang melanda Lebanon. Ibunya (Carmen Lebbos) dan ayahnya (Charbel Iskandar) terbunuh ketika bom menghantam kawasan permukiman warga.
Serangan udara terjadi ketika Zozo dan keluarganya sedang bersiap untuk berangkat ke Swedia, di mana kakek (Elias Gergi) dan neneknya (Yasmine Awad) tinggal. Impian untuk pindah ke negara yang damai dan tanpa perang itu akhirnya kandas.
Zozo juga kehilangan kakak laki-lakinya Dani (Jad Stephan). Dia akhirnya berjalan sendiri membawa tas berisi paspor dan anak ayamnya, dengan harapan bisa sampai di bandara.
Rita dan Zozo |
Dengan bantuan polisi, Zozo akhirnya bisa terbang ke Swedia, lalu dipertemukan dengan kakek dan neneknya. Hidup memang berjalan baik, tapi trauma masih menghantuinya.
Zozo berhalusinasi bertemu ibunya |
Ini salah satu film perang yang sedih banget. Awalnya saya pikir ini berlatar belakang Palestina. Di dalam film tidak dijelaskan mengapa terjadi perang dan siapa saja pihak yang terlibat perang, tiba-tiba ada serangan udara, tiba-tiba ada bom. Mungkin karena film ini ingin fokus menyorot warga sipil yang paling menderita karena perang, khususnya anak-anak, sehingga soal perang itu tidak jadi bahasan utama.
Saya suka part-part yang menggambarkan kedekatan Zozo dan Rita, kehangatan kakek nenek Zozo, dan pertemanan Zozo dengan Leo (Viktor Axelsson). Leo merupakan teman sekolah Zozo di Swedia. Leo itu kutu buku, suka menyendiri, korban bully dan perlakuan abusive ayahnya.
Kakek Zozo (kursi roda), bersama Zozo dan Leo |
Leo dan Zozo |
Comments
Post a Comment