Resensi Buku "The Art of Solitude" Desi Anwar
Judul: The Art of Solitude; What I Think When I'm On My Own
Penulis: Desi Anwar
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2020
Bahasa: Inggris
Kesunyian atau keheningan adalah salah satu hal yang saya sukai. Saya suka berada di tengah suasana sunyi di mana ketika bahkan saya hanya bisa mendengar tarikan napas saya sendiri. Tidak ada siapapun selain kita.
Dalam kesunyian dan kesendirian, saya biasanya merenungkan banyak hal. Dan bahkan mengkhayal hal-hal indah.
Kesunyian dan kesendirian bukan hal menyedihkan. Bahkan setiap kita membutuhkannya untuk menjernihkan pikiran kita, kondisi di mana kita bisa kembali pada diri kita.
Inilah yang ingin disampaikan dalam buku ini. Bahwa kesunyian itu ada manfaatnya. Tulisan-tulisan dalam buku ini juga hasil perenungan mbak Desi Anwar di saat dia tengah sendiri di tengah kesunyian.
"So that the Self is no longer a source of pain and anguish we want to escape from, but a refuge of comfort and liberation that we wish to go back to, again and again."
Buku ini ditulis ketika pandemi Covid-19, pada 2020. Buku cukup reflektif, mengajak kita untuk melihat ke dalam diri sendiri, memaknai arti kesendirian. Kesendirian tidak selalu buruk, tapi justru bisa membuat kita lebih mengenali, lebih mendengar, lebih merasakan diri kita sendiri.
Selain senang akan kesunyian, mbak Desi Anwar ternyata punya hobi yang sama seperti saya, melamun, mengkhayal (daydreaming) sejak masih kecil, sebagaimana yang beliau ceritakan dalam bab The Joy of Day Dreaming. Hehe
Dan memang mengkhayal itu sangat menggembirakan. Bahkan sampai saat ini saya masih suka mengkhayal sebelum tidur hehe.
Chapter lainnya yang saya merasa relate adalah "On Changing The Self". Alasannya sangat personal. Bulan Februari 2023 adalah bulan yang cukup berat. Saya mengalami kegagalan atas sesuatu yang sangat saya dambakan. Dalam setiap kegagalan itu, aku selalu menyalahkan diriku sendiri, sedih, merasa tidak bisa apa-apa, merasa sial, dan merasa nasib baik tidak pernah berpihak padaku.
Setelah membaca bab ini, saya merasa harus mengubah pikiranku bahwa kegagalanku tidak semata datang dari diriku, bukan karena aku sial, tapi biar aku bisa belajar lebih banyak, punya hati yang lebih lapang, dan tidak patah semangat.
".... when faced with failure, you can choose whether to be defined by it, (let's face it, i'm a loser, i have always been and this is just another proof etc.), or to be defined by your ability to deal with it, (things happen, so what, let's learn from this and move on, in any case it might be for the best, and so on)."
"..... at the end of the day, nothing is permanent, and it too will pass"
Desi Anwar juga menyoroti dampak kemajuan teknologi, dalam hal ini kecerdasan buatan (Artificial Intelligent/AI). Dalam bab "Beware of the Intelligent Machine", dipaparkan bagaimana algoritma internet bisa membaca kita dan bahkan bisa mengetahui siapa kita, hobi kita, ketertarikan kita terhadap berbagai hal. Bahkan AI ini lebih mengenal diri kita daripada kita mengenal diri kita sendiri. Ngeri juga kalau dipikir-pikir ya...
"And when this intelligence knows us even more than we know ourselves, it is only a matter of time that we are no longer the master of our own self, our own thought, and the choices that we make in life"
Walaupun buku ini ditulis dalam bahasa Inggris, tapi menurutku mudah dipahami bahasanya. Tulisannya cukup mengalir. Satu essay juga tidak terlalu panjang.
Oh iya saya baca buku digitalnya, pinjam di aplikasi iPusnas.
Buku ini membantu saya bagaimana mengelola emosi, mengolah pikiran agar tetap tenang dan zen. Juga mengajarkan kita, manusia, tidak boleh arogan dan sombong, merasa superior karena kita hanya butiran debu di tengah semesta yang luas ini. Keep grounded!
Dan sesuai judulnya, buku ini cocok dibaca di tengah suasana sunyi.
Jangan lupa baca buku! Xoxo
"You are the master of your emotions"
Comments
Post a Comment