Resensi Buku "An Abundance of Katherines"
Penulis: John Green
Penerjemah: Poppy D. Chusfani
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Kau bisa mencintai seseorang. Tapi kau tidak bisa mencintai sebesar kau merindukan mereka
Buku ini benar-benar menghiburku dan bikin ketawa ngakak. Pilihan tepat membaca buku ini di tengah hari-hariku yang cukup gloomy and feelin' blue.
Aku bisa ketawa ngakak karena kesompralan dua sahabat; si Yahudi 'sesat' Colin Singleton dan si Arab Muslim Hassan yang tidak mau kuliah tapi rajin solat hahaha.
Ini adalah buku kedua John Green yang kubaca setelah The Fault in Our Stars, buku yang sangat hype di kalangan book blogger beberapa tahun lalu, dibahas di mana-mana, apalagi ada filmnya ya.
Tapi entah kenapa aku lebih suka kisah petualangan si Colin dan Hassan, padahal buku ini banyak yang kasih bintang 2 di Goodreads. But yeah as long as I enjoyed it and made me laugh, it is a good book to me. Hehe
Bintang utama dalam buku ini adalah Colin, si anak ajaib dan pintar, yang suka membuat anagram dari berbagai kata yang dia temui. Colin ini terobsesi dengan perempuan bernama Katherine dan dia telah memacari 19 gadis bernama Katherine.
Namun kemudian dia patah hati setelah diputuskan Katherine XIX. Dia lalu stres dan ingin healing ke luar daerah, road trip, dan dia mengajak Hassan. Mereka menuju suatu daerah kecil bernama Gutshot untuk melihat makam Archduke Franz Ferdinand yang diklaim dimakamkan di sana.
Lalu dua sompral ini bertemu Lindsey Lee Wells, putri tunggal Hollis Wells pemilik pabrik tekstril terkenal di daerah itu. Hassan dan Colin tinggal di rumah Hollis dan mereka diberi pekerjaan selama dua minggu dengan bayaran 500 dolar.
Sembari bekerja, Colin juga berusaha menemukan teori matematika terkait kegagalan percintaannya dengan para Katherine haha
Apakah Colin akan tetap terobsesi dengan Katherine lagi setelah 19 kali gagal? Atau malah bisa jatuh cinta dengan perempuan bernama lain, Lindsey misalnya? Haha
Aku sebenarnya lebih suka dengan kesompralan dan kekocakan Hassan dan Colin, dan tidak begitu tertarik dengan kisah percintaannya. Apalagi banyak penjelasan rumus matematika yang enggak aku pahami dan itu juga pelajaran yang aku benci. Pengen skip aja rasanya pas ketemu bagian haha
Banyak part yang bikin ngakak, salah satunya waktu mereka ikut berburu babi hutan bersama pacar dan teman-teman Lindsey. Lalu Hassan dan Colin dikejar babi hutan dan disengat tawon hahahahaha
Jokes-jokesnya juga banyak yang bikin ketawa.
Salah satu part yang aku suka ketika Lindsey, Colin, dan Hassan ditugasi Hollis mewawancarai orang yang pernah atau masih bekerja di pabrik tekstil, salah satunya Starnes. Starnes menceritakan masa mudanya dan kisah cinta dengan istrinya, Mary, yang meninggal lebih dulu.
"Muka Caroline lebih jelek daripada dosa... " (Starnes) hahahah
"Mary meninggal tahun 1997. Serangan jantung. Dia selalu baik dan aku selalu buruk, tapi kemudian dia meninggal, dan aku tidak." Huhu
Buku ini cukup menghibur dan aku juga suka dengan terjemahannya yang rasanya seperti mendengar dua anak muda Indonesia becanda dengan kesompralan mereka, bukan Amerika.
Panggilan si Hassan ke Colin adalah si Sesat. Colin menuduh Hassan ingin membuatnya pindah agama hahahaha
Mungkin bakal menarik untuk membaca buku karya John Green selanjutnya.
Jangan lupa baca buku! Xoxo :)
"Sesungguhnya, cewek adalah benteng tak tertembus berisi hal-hal yang tidak diketahui."
Membaca buku mampu sedikit meredakan otaknya. Tanpa Katherine, tanpa Teori dan tanpa harapan untuk menjadi berarti, Colin hampir tidak punya apa-apa. Tapi ia selalu punya buku. Buku adalah Tercampak sejati: letakkan saja dan mereka akan menanti sampai kapan pun; pusatkan perhatian dan mereka akan selalu membalas cintamu.
NB: si Hassan bisa serius juga haha
Orang-orang menembak setiap waktu. Itulah kenapa banyak orang tewas. (Hassan)
Matur nuwun resensinya
ReplyDelete