Demi Bunga Matahari dan Kepedihan Vincent, Van Gogh Alive in Jakarta
Saya masih ingat betul perasaan yang meliputi hati Vincent Van Gogh saat menepi ke ladang di pinggiran Prancis, lalu mulai meluapkan perasaannya di atas kanvas. Begitu juga kepedihan dan kecemasan yang tiba-tiba menyelimuti hatinya ketika dia kembali ke kamarnya di loteng di rumah Dr Gachet.
Dr Gachet adalah dokter yang merawat Van Gogh, berasal dari Prancis. Dalam buku Leaving Van Gogh karya Carol Wallace, kisah hidup Van Gogh diceritakan dari sudut pandang Dr Gachet. Salah satu buku most heartbreaking yang pernah saya baca. Pedih, kelam, murung.
Awalnya saya cuma tahu Vincent Van Gogh itu pelukis, yang terkenal dengan masterpiece Starry Nightnya. Tapi setelah baca bukunya, saya jadi lebih tahu latar belakangnya, kisah hidupnya dari awal sampai kematiannya.
Inilah yang kemudian membuat saya ingin datang ke Van Gogh Alive in Jakarta, yang digelar sampai Oktober. Awalnya sering lihat postingan orang lagi ada di Van Gogh Alive di Singapura. Saya pengin banget ke sana karena ada bunga mataharinya. Dan ternyata yang di Jakarta juga ada bunga mataharinya. Jadi saya memutuskan saya harus ke sini.
Awalnya saya rencana ke sini Oktober atau September, karena saya mesti atur perbudgetan dulu. Tapi rezeki anak solehah, alhamdulillah, saya dapat tiketnya setengah harga, Rp100.000. Harga aslinya hampir Rp200.000. Akhirnya ya langsung meluncur hari Sabtu 5 Agustus 2023 ke Mal Taman Anggrek. Di tiketnya, jadwal saya jam 12.00. Ini pertama kali pula saya ke Taman Anggrek.
Ruang pamerannya menurutku enggak terlalu besar ya. Cuma ada beberapa section. Section pertama setelah pintu masuk, kita akan dibawa berkenalan dengan Vincent Van Gogh. Siapa dia, asalnya, dan sejarah lukisan-lukisannya yang dibagi jadi enam periode berdasarkan tempat tinggal dia.
Lalu di tahap perkenalan ini ada foto hitam putih Van Gogh muda dalam figura jadul. Juga di sini ada kamarnya waktu dia tinggal di Arles, kota di pinggiran Prancis.
Section kedua adalah salah satu alasan saya ke sini, bunga matahari. Ruangan ini penuh bunga matahari, walaupun bunga plastik. Tapi saya betah berlama-lama di sini. Ruangannya tidak terlalu besar, tapi tampak luas karena dindingnya cermin semua. Menurutku langit-langit di atas bunga-bunga akan jauh lebih bagus jika dibuat dari kaca atau cermin, bukan lempengan aluminium.
Next section adalah ruangan deskripsi soal masterpiece Van Gogh. Poster berisi penjelasan ini dibuat bilingual (Inggris dan Indonesia), sama seperti section pertama.
Beberapa masterpiece Van Gogh selain Starry Night adalah Almond Blossom dan beberapa lukisan bunga matahari. FYI, lukisan terakhir yang dibuat Van Gogh sebelum bunuh diri adalah Wheat Field Crows. :(
Lalu di section berikutnya adalah pemutaran video di ruangan yang cukup luas, dengan puluhan layar. Isi videonya adalah lukisan-lukisan karya Van Gogh dari enam periode mulai dari saat dia masih di Belanda lalu di Arles dan juga lukisan bertema self-potrait. Bagus banget menurutku. Kita jadi lebih dekat dengan karya-karya Van Gogh dan terlihat lebih jelas dan ekspresif. Mungkin karena medium layarnya yang gede-gede dan banyak. Jadi cukup puas. Apalagi ditambah dengan backsound yang pas, serasa kita dibawa flashback ke masa ketika lukisan itu diciptakan. So lovely!
Pemutaran video ini lumayan lama, sekitar 40 menitan.
Section berikutnya yaitu ruangan yang dipenuhi lampu menjuntai dari langit-langit. Dan di langit-langit itu ada lukisan Starry Night. Bagusss!
Keluar dari ruang lampu-lampu, ada section merch. Di sini ada berbagai merchandise mulai dari kaos, totebag, tumblr, dan lain-lain. Tapi ya harganya lumayan mahal menurutku. Ada juga tempat photobox, bayar Rp50.000. Di luar juga ada tempat photobox lagi.
Menurutku worth the price sih ke sini, mengingat ini event yang langka. Dan apalagi aku dapat setengah harga. Super worth it.
Next inginnya sih ke Van Gogh Alive yang di Singapore. Semoga kesampaian dan Allah kasih rezeki yang berlimpah ruah. Aamiin
Comments
Post a Comment