Review Film "Taare Zameen Par"; Keajaiban Penderita Disleksia, Pelajaran Bagi Orang Tua dan Guru
Pemain : Darsheel Safary, Aamir Khan, Tisca
Chopra, Vipin Sharma, Sachet Engineer, Tanay
Chheda
Sutradara : Aamir Khan, Amole Gupta, Ram Madhvani
Durasi : 2 Jam 44 Menit
Rilis : 21 Desember 2007
Menonton film Taare
Zameen Par (Bintang Kecil Di Bumi) membuat saya tak bisa berhenti menangis
sejak beberapa menit pertama film ini. Entahlah apa yang membuat saya banyak
mengeluarkan air mata menyaksikan kisah ini. Tentu itu bukan kebiasaan saya,
menangis saat menonton film. Bukan karena saya tidak bisa menghayati setiap
tontonan, tapi memang bagaimanapun sedihnya sebuah cerita film, saya sangat
sulit untuk mengeluarkan air mata. Mungkin saat sedang menonton film ini
perasaan saya lagi sangat sensitif, entahlah, itu tak penting bagi saya.
Terpenting film ini telah berhasil menguras airmata saya dari awal hingga akhir
kisah seorang Ishaan melawan Disleksia.
Taare Zameen Par mengisahkan
seorang pelajar sekolah dasar (SD) kelas tiga, Ishaan Nandkishore Awasthi (9
tahun) yang mempunyai kelainan yang disebut disleksia. Disleksia adalah kondisi
ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang
tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis.
Akibat kelainan
tersebut, Ishaan selalu menjadi sasaran kemarahan gurunya di sekolah. Tak
jarang ia sering disebut "bodoh" dan bahkan "idiot". Karena
tak pernah berhasil menunjukkan peningkatan hasil belajarnya di setiap mata
pelajaran, untuk menyelamatkannya agar bisa naik kelas, karena sudah dua kali
ia tidak berhasil naik kelas, maka orang tuanya mengirimnya ke sekolah asrama
yang jauh dari rumahnya. Tentu dengan harapan Ishaan bisa membaca dan menulis.
Dan bisa berprestasi seperti kakaknya Yohan yang merupakan bintang di
sekolahnya.
Ishaan menolak keputusan
orang tuanya. Namun ia tetap dikirim ke asrama. Dengan berat hati, ia dilepas
orang tuanya. Disinilah keharuan juga sangat terasa, saat Ishaan berpisah dengan
ayah, ibu, dan kakaknya. Setelah berada di sekolah asrama, Ishaan tak juga
menunjukkan kemajuan. Ia masih tetap kesulitan membaca dan menulis.
Guru-gurunya mengeluhkan hal ini. Bahkan perlakuan yang sama dari guru juga ia
dapatkan di sekolah asrama. Sampai akhirnya ia putus asa untuk bersekolah.
Huruf-huruf ia ibaratkan bagaikan kalajengking yang siap menggigitnya. Ishaan
menjadi pendiam, sangat jarang mau berbicara. Di kelas ia selalu diam dan tak
bersemangat dalam mengikuti pelajaran.
Namun tak ada yang
menyadari baik orang tua maupun gurunya bahwa Ishaan, ternyata mempunyai
kecerdasan dan bakat luar biasa. Melukis adalah bakatnya yang terpendam. Sampai
ketika seorang guru seni, Ram Shankar Nikhumb melihat bakat yang dimiliki
Ishaan. Ram yang diperankan Aamir Khan ini tidak seperti guru lainnya yang
tidak bijaksana melihat kelainan Ishaan. Ram kemudian menelusuri sebab-sebab
kenapa Ishaan menjadi pendiam, pemurung, dan tak semangat dalam belajar. Ia
melihat buku tulis Ishaan dan mengamatinya. Dari sanalah ia mengetahui Ishaan
mempunyai kelainan Disleksia. Ram juga melihat betapa Ishaan mempunyai bakat
yang luar biasa dalam melukis. Ia melihat
Ishaan sebagai anak yang cerdas, namun selama ini orang tua maupun gurunya
tidak memperhatikan hal itu. Sehingga metode mengajar kepada Ishaan disamakan
dengan anak-anak lainnya. Bagi Ram, Ishaan tidaklah bodoh dan idiot seperti
yang diperkirakan guru maupun orang tuanya. Hanya butuh kesabaran dan teknik
khusus dalam mengajarinya.
Untuk mengembalikan
kepercayaan diri Ishaan yang sudah berada di titik nol, Ram masuk ke kelas dan
menceritakan murid-muridnya mengenai tokoh-tokoh ternama yang berhasil
menggoreskan sejarah di dunia dengan karya dan pemikiran mereka. Tokoh-tokoh
yang diceritakan Ram awalnya mengidap Disleksia. Sebut saja Albert Einstein,
Leonardo Da Vinci, Walt Disney, Pablo Picasso, Neil Diamond, Agatha Christie,
dan aktor Bollywood Abishek Bachan.
"Kenapa aku
menceritakan ini kepada kalian?" tanya Ram kepada murid-muridnya. Ia
mengatakan orang-orang seperti ini adalah permata yang berhasil mengubah dunia.
"Mereka melihat dunia dengan cara berbeda. Pemikiran mereka unik dan tidak
ada yang mengerti. Mereka pun melawan. Sekarang mereka muncul sebagai pemenang
dan dunia dibuat terkejut," terang Ram memberi pencerahan. Ternyata
dulunya ia juga seorang pengidap Disleksia.
Cerita Ram di depan
kelas itu bisa membangkitkan semangat dan kepercayaan diri Ishaan. Ram kemudian
dengan sabar mengajar Ishaan membaca dan menulis dengan penuh kesabaran dan
kasih sayang. Sampai akhirnya Ishaan bisa membaca juga menulis. Hasilnya ia
bisa naik ke kelas berikutnya. Tak hanya itu, dala lomba lukis yang diadakan sekolahnya, Ishaan
berhasil menjadi juara. Lukisannya pun dijadikan sampul buku tahunan
sekolahnya.
Cerita ini sangat
menyentuh. Cerita yang dibangun dalam film ini berhasil membuka kesadaran
siapapun mengenai metode sebenarnya dalam mendidik seorang anak. Terlebih bagi
seorang anak pengidap Disleksia. Film ini ingin menyampaikan pencerahan kepada
kita semua baik orang tua maupun guru bahwa anak dengan Disleksia adalah sebuah
keajaiban. Jangan terlalu cepat menghakimi anak bodoh, idiot, dan stigma
negatif lainnya. Namun harus dicari dimana letak persoalannya. Intinya adalah
mendidiklah dengan hati. Menjadi seorang guru bukan hanya sekadar untuk
mengajar mata pelajaran, memberi soal-soal dan tugas tapi tugas utama adalah
mendidik. Tapi sayang banyak guru saat ini hanya mampu mengajar, bukan
mendidik.
Well, film ini wajib tonton. Baik anak-anak, terlebih orang tua
dan guru. Film ini membuat kita mempunyai cara pandang berbeda mengenai apa itu
Disleksia dan bagaimana menghadapinya. Film ini juga berhasil membuka jendela
berpikir kita sehingga kita bisa memandang sesuatu dengan lebih jernih.
Great job Aamir, Ishaan and all cast in this movie.
Oke well, selain menulis review ini dalam Bahasa Indonesia, saya mencoba untuk menulisnya kembali dalam Bahasa Inggris. Jujur, saya tidak punya kemampuan Bahasa Inggris seperti teman-teman lainnya, di tulisan ini pun saya yakin masih banyak kesalahannya baik dari tata bahasa mapun susunan kalimat. Ini salah satu bentuk pembelajaran saya saja. Semoga teman-teman yang membaca tulisan ini bisa mengerti. Hehehehhe...
Taare Zameen Par; A Lesson For
Parent and Teacher
I could not
stop crying since the early minutes when I was watching Taare Zameen Par
(Little Star on Earth). I did not know why I cried bloody. It was unusual for me.
When I am watching movie, I never cried even how sad that movie is everyone
thinking about. I could not. My heart never made it. It doesn't mean I am not a
good spectator, I am sure I am really good spectator.
Perhaps when I was watching this movie, I was in a bad mood or something like I got sensitive
inside. I think that is not so important, the most important is, that Taare Zameen
Par got success to dried out my tears from beginning to the end of Ishaan's
story about how he tried to force Dyslexia.
According to
Wikipedia, Dyslexia is characterized by difficulty with learning to read
fluently and with accurate comprehension despite normal intelligence. This
includes difficulty with phonological awareness, phonological decoding,
processing speed, orthographic coding, auditory short-term memory, language
skills or verbal comprehension, and/or rapid naming.
Ishaan
Nandkishore Awasthi is nine years old student with Dyslexia. He is on third
year of elementary school. He failed twice to get the next level of his study. He is not able to read well, he is also not able to write as well. Because of that problems, his teachers were
always getting angry and desperate how
to teach him. His teachers are not able to identified the problem that Ishaan
facing alone.
Ishaan's
parents also don't know what the problem exactly. They just said that Ishaan is a
lazy boy, stupid, and badly idiot. Then Ishaan's parent, Mr. and Mrs. Awasthi
decided to send his second son to a boarding school that is located very far away from their
home. Ishaan was crying and trying to refuse
his parent's plan. But it did not work. Finally he was sent to boarding school and
aparted with his parent and old brother.
In his new
school, there was no any progress in his study. He still find hardness how to
read, as well how to write in a good way. The teachers treated him badly and did not understand
about Ishaan's problem. Unfortunately, Ishaan got desperate to study at school.
In his mind, the letters are always change like a scorpion n going to kill him. Ishaan is
going to die slowly.
In fact and
no one realize, Ishaan has a great skill in painting. Ram Shankar Nikhumb,
teacher of art in Ishaan's school find that skill of painting. Ram is a very
wise teacher. He tried to find Ishaan's problem and try to solve it. Ram
knew that Ishaan has a dyslexia problem. In Ram's mind, Ishaan is not a stupid boy
as everyone thinking about. But just need patient to help him how to deal with this
problem.
Ram tries to
taking back Ishaan's confident. In a day, when came into the class, Ram told
the students about very important person in this world as Albert Einstein,
Pablo Picasso, Agatha Christie, Walt Disney, Neil Diamond, Leonardo Da Vinci
and Bollywood's actor, Abishek Bachan.
Those
important persons also had a dyslexia problem
in their life. But now, world noted them as very important person. "Why I
told this to you?," Ram asking to his students. He answered that they are
like a diamond who changed the world. "They see the world with difference way.
Their ideas are unique and no one understand with it. They are going to force.
But now they are the winner and world are so surprising," Ram
enlightening. Ram also had a dyslexia problem years ago.
The story
that Ram told about in the front of class touched Ishaan's heart and bring back
his confident. Then Ram teached him how to read and write with compassion and
patient. The days later, Ishaan is able to read and understand how to write well. About
his skill in painting, he won a painting competition in his school.
The story of
this movie is so touchable. This movie bring an enlightment how to teach children in an exact way. Especially for dyslexia. This movie bring out the new
point of view for us how to deal with dyslexia. The main point is,
this movie is getting us how to teach with compassion. It is so important to watch, not just for parents,
but also for all teacher in this world. Happy watching !!!
Saya disleksia dn film ini sangat mirip perlakuan sekolah kepada saya film ini sangat menggambakan masa kecil saya
ReplyDeleteSalam kenal. . . udah mampir... sedih ya. . seharusnya guru bisa mengenali murid2nya yang terindikasi disleksia, bukan malah memarahinya. . film ini yang membuat saya nangis dari awal sampai akhir cerita..
ReplyDeleteWhoaaa, kayanya ini film wajib tonton deh, terima kasih reviewnya Yanet, akan saya cari ah!
ReplyDeleteIya mbak, it's worth-waching movie.. :)
Deletehem kalau dulu guru tau. mungkin saya bukan siswa bodoh
ReplyDeleteJOIN NOW !!!
ReplyDeleteDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.cc