Review Film Dokumenter "The God of Ramen"

 



Sutradara: Takashi Innami 

Tahun: 2013 

Narator: Soshuke Tanihara 

Musik: Joe Hishaishi


Warung ramen Taishoken di Tokyo itu tak pernah sepi pengunjung. Para pelanggan datang pada pagi hari agar bisa berada di antrean terdepan. Mereka rela menunggu berjam-jam asal dapat menyantap ramen buatan Kazuo Yamagishi. 

Taishoken baru mulai buka pada pukul 11.00, tapi antrean telah mengular sejak pagi. Warung ini pun hanya buka empat jam dalam sehari, hanya sampai pukul 15.00. Khusus Rabu, warung biasanya tutup dan digunakan Yamagishi untuk ke rumah sakit, memeriksakan kakinya. 

Ini adalah dokumenter yang menceritakan tentang sejarah Taishoken dan kiprah Yamagishi sebagai pionir usaha ramen. Kesuksesan Taishoken diikuti dengan munculnya warung ramen di berbagai tempat, bahkan menggunakan nama Taishoken, tapi pencatutan nama ini tak dipermasalahkan Yamagishi. 

Usaha ramen pertama kali dirintis bersama istrinya, Fumiko saat merantau ke Tokyo. Dia dan Fumiko adalah sepupu yang sama-sama berasal dari Yamanouchi, Prefektur Nagano. 

Setelah Fumiko meninggal karena kanker perut, dia dibantu adik perempuannya. Dan usaha itu bertahan sampai 40 tahun, sebelum dia memutuskan pensiun karena usianya yang semakin tua. 

"Aku senang menjual ramen dengan kualitas terbaik. Bukan yang mahal. Cukup enak dan murah. Aku ingin pelangganku pulang dalam keadaan kenyang. Itulah ramenku." 

Ini adalah film dokumenter yang membuat hatiku hangat. Melihat senyuman Yamagishi yang begitu hangat menyapa dan melayani pelanggannya, wajahnya yang teduh dan tenang, membuat saya merasa bahagia menontonnya. 

Yamagishi juga orang yang sangat rendah hati. Orang-orang yang datang untuk belajar membuat ramen disambut dengan baik. Dia mempunyai banyak murid yang dipekerjakan di warungnya. Dia pun tak segan berbagi resep rahasia ramennya. Banyak muridnya yang sukses membuka restoran ramen setelah belajar pada Yamagishi, salah satunya Kuriyama, yang menjadi pengusaha ramen sangat sukses di Jepang. 

Kuriyama sangat menghormati gurunya itu. Di masa tua Yamagishi, dia lah yang mengurus gurunya, bersama mantan murid-murid yang lain. 

Ramen adalah Yamagishi, mendunianya ramen tak lepas dari kiprahnya. Itulah juga salah satu alasan pelanggannya rela datang dari jauh dan antre sejak pagi demi menikmati ramen racikan Yamagishi. 

Seorang pelanggan yang antre sejak pukul 08.00 ditanya apa yang jadi ciri khas Taishoken,  dan dia menjawab: Kazuo Yamagishi. 

"Beliau. Layaknya agama. Jika beliau bilang enak, maka akan enak," ujarnya. 

Aku nonton film ini saat penyelenggaraan Japanesse Film Festival (JFF) online. Nonton ini juga setelah baca review beberapa orang di Twitter yang katanya bagus banget. Dan iya, memang bagus dan membuat bahagia. 

Kazuo artinya anak pertama. Dan ternyata Yamagishi lahir pada bulan April, sesuai dugaanku sebelumnya mendengar wawancaranya di film ini. Dan sepertinya zodiaknya Taurus, karena aku seperti bercermin. 

"Aku hidup tidak untuk mengejar kebahagiaan. Aku siap mati kapan saja." 

Karena kebahagiaan telah terpatri di dalam dirinya, jadi kebahagiaan itu tak perlu dicari karena sudah ada di dalam diri. 

Nonton film ini juga efeknya bikin laper, jadi pengen makan ramen.


Comments

Popular Posts