First and Last Library Date 2024 at Perpusnas

Thanks buat mas-mas yang fotoin. Kayanya mereka dari pesantren gitu hehe


Entah bagaimana ceritanya kenapa tahun 2024 aku enggak main dan pinjam buku ke Perpustakaan Nasional. How come? Dan itu baru aku sadari di penghujung 2024, di bulan Desember. Agak menyesal sih.

Setelah menyadari itu, aku berjanji sebelum 2024 berakhir, aku harus library date ke Perpusnas dan pinjam buku untuk mengawali bacaanku di 2025. So, pada Minggu, 29 Desember, untuk pertama dan terakhir di 2024, aku ke Perpusnas.

I consider library as a sacred place, so I need to dress well to enter this place. Jadi aku ke sini make up, pakai baju bagus, hehe.





Hari itu aku berangkat sudah siang dan sampai ke Perpusnas sekitar 14.30, waktuku enggak lama karena tempat ini tutup pukul 16.00 di akhir pekan. Hari itu sangat ramai as always, di TransJakarta dan halte juga full karena musim anak sekolah liburan juga. Setelah sampai, aku langsung ke loker taruh barang dan naik ke lantai 22, lantai favoritku karena di sini ada section buku-buku fiksi dan sastra.

Aku langsung pilih sejumlah buku yang akan aku bawa ke meja kasir peminjaman. Surprisingly, kata petugasnya pointku bertambah jadi aku boleh pinjam lima buku, dari sebelumnya cuma empat buku. MasyaAllah, alhamdulillah, aku super super happy. Jadi aku langsung pinjam lima buku khusus buku-buku sastra atau ada juga fiksi kontemporer. Aku ingin di 2025 lebih banyak membaca buku-buku sastra whether it is prose or poetry, fiksi, dan buku karya penulis Palestina.

Lift menuju Babel wkwkw



Setelah memilih buku untuk dipinjam, aku duduk membaca buku Frans Nadjira "The Calling of the Words". Ini buku kumpulan puisi pak Frans Nadjira yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan juga tentang lukisan-lukisan pak Frans. Dalam kata pengantar disebutkan bahwa puisi-puisi Frans Nadjira menyuarakan visi-visi dalam jiwanya ketika sedang berkontemplasi atau bertafakkur, sedangkan lukisan beliau mendemonstrasikan suara-suara dalam jiwanya. Ini sejalan dengan apa yang disampaikan Octavio Paz, puisi adalah bentuk-bentuk lain dari suara.

Sayang sekali aku tidak bisa menamatkan buku ini karena perpustakaan keburu tutup. Buku ini juga koleksi yang tidak bisa dipinjam dan hanya boleh baca di tempat. Jadi nanti kapan-kapan aku akan balik lagi untuk melanjutkan baca. Semoga nanti aku bisa temukan letak bukunya di mana karena kadang random aja ditaruhnya.

Salah satu yang bikin malas kalau ke Perpusnas adalah antrean lift-nya. Lamaaaaa sekali. Apalagi waktu akan turun, mesti nunggu lama karena lift selalu penuh. Ada lima lift tapi yang dioperasikan itu tiga. Dua untuk prioritas. Tapi seringnya lift yang dua itu digunakan security untuk menjemput orang-orang yang masih di atas, lift ini langsung meluncur tanpa harus berhenti di setiap lantai. Jadi mending tunggu dijemput satpam aja biar cepat wkwkw.

Harapannya semoga ruang baca atau koleksi dipindah ke lantai agak bawah. Hal ini juga banyak yang menyuarakan di X. Banyak yang ngeluh soal lift dan jauhnya letak ruang koleksi ini. Semoga keluhan-keluhan itu sampai di pejabat Perpusnas agar menjadi perhatian.










Setelah balik, aku makan bakwan malang di depan, di trotoar Jalan Medan Merdeka Selatan. Aku belum makan dari pagi. Lumayan enak bakwannya, harganya standar aja Rp15.000 per porsi. Abis makan, aku nyeberang ke halte dan salat asar. Kali ini aku memutuskan pulang naik TransJakarta koridor 8 (Lebak Bulus-Pasar Baru) karena koridor 1 (Blok M-Kota) ramai polllll! Jadi aku naik dari halte Balai Kota dan transit di Juanda, lupa nama koridornya. Dan alhamdulillah bisa duduk di paling belakang.





Niatnya kan mau tidur. Tapi tiba-tiba ada bocil masuk sama kakeknya dan dia langsung nyelonong mau dipangku aku. "Aku capek," kata si bocil hahahaha. Jadi aku suruh dia duduk di dekatku, gak perlu dipangku. Abis itu sepanjang jalan ngobrol sama ni bocil. Namanya, Alfian. Dia abis jalan-jalan ke Bogor sama kakek dan neneknya. Sepanjang perjalanan dia ngobrol mulu wkwkwk

Dia kan bawa kapal-kapalan dari stereofoam dengan stiker warna mirip bendera Palestina. Terus aku tanya itu bendera apa dan dia bisa jawab kalau itu bendera Palestina haha. Nih bocah turun di halte Jelambar dan sebelum turun dia salaman dong cium tanganku hahaha. Terus dia tanya aku tinggal di mana. Setelah aku jawab, bilang gini, "Wah jauh ya. Tapi nanti aku boleh main gak?" Hahaha. Jadi aku bilang, "Semoga nanti kita ketemu lagi ya, dadah Alfian".

Random banget ketemu bocil seru wkwkw

Aku turun di PIM untuk salat magrib dan jalan-jalan sebentar, beli es teh The Halal Guy di foodcourt dan lanjut baca buku Babel sampai ketawa karena bagian yang aku baca kocak banget ketika Ramy, Robin, Letty, dan Victoire membahas mau diapakan mayat Profesor Lovell wkwkw

Jam 21.00 lewat aku balik biar enggak ketinggalan bus S21. So yeah, that's my day. Alhamdulillah.

Semoga 2025 ini lebih banyak baca buku dan lebih sering library date. Here's to amazing, beautiful, abundance, safety, healthy, prosperous, joyful of 2025!

Happy New Year!!!!!!!!!

Comments

Popular Posts