Review Film Aamir Khan Terbaru "Laal Singh Chaddha"
Sutradara: Advait Chandan
Pemain: Aamir Khan, Kareena Kapoor, Mona Singh, Naga Chaitanya, Manav Vij
Tahun: 2022
"Hidup seperti golgappa (bahasa Punjabi pani puri). Mungkin perutmu kenyang tapi hatimu selalu menginginkannya"
(Gupreet Kaur)
Film ini adalah adaptasi dari buku Forrest Gump karya Winston Groom dan juga film legendaris tahun 1994 pemenang Oscar dengan judul sama yang diperankan Tom Hanks dan penulis naskah Eric Roth. Honestly saya belum nonton film Forrest Gump dan baca bukunya, jadi review ini tidak bisa membandingkan keduanya. Film Forrest Gump sudah ada dalam wishlist tontonan saya dan akan saya tonton dalam waktu dekat, insyaallah.
Dari informasi yang saya baca, Aamir Khan sudah lama ingin remake Forrest Gump versi India. Aamir Khan bahkan menunggu sekitar satu dekade untuk mengurus hak film ini.
Saya sudah lama enggak nonton film Aamir Khan dan sudah menunggu-nunggu rilisnya film ini, syukurnya film ini masuk ke XXI Indonesia dan mulai diputar 12 Agustus, beda satu hari dari rilisnya di India, 11 Agustus. Saya tonton film ini di XXI Plaza Senayan, yang selalu memutar film-film India. Di Jakarta, tidak semua bioskop memutar film India, hanya beberapa saja.
Pada 13 Agustus 2022, ada tiga penayangan Laal Singh Chaddha di XXI PS. Ada jam 14.30, 17.40, dan 20.50. Saya awalnya ingin tonton yang jam setengah tiga, tapi saya sampai PS jam 14.50, film sudah mulai 10 menit. Akhirnya saya rela nunggu sampai jam sembilan malam biar tidak ketinggalan. Kenapa enggak ambil yang jam enam sore? Karena saya harus salat magrib dan waktu magrib itu jam 17.54.
Laal Singh Chaddha (Aamir Khan) mengalami gangguan disleksia, yang sangat sulit menyerap pelajaran. Sejak kecil, dia juga tidak bisa berjalan dengan normal sehingga harus memakai sepatu khusus yang dilengkapi penopang besi untuk membantunya berjalan. Laal kecil (cakep banget pemeran Laal kecil ini) tidak jarang menjadi bahan perisakan teman-temannya. Tapi ada teman baik hati yang selalu menemaninya, Rupa D'Souza (Kareena Kapoor Khan). Laal jatuh cinta sejak pertama kali bertemu Rupa, di hari pertama dia masuk sekolah. Lalu mereka menjadi sahabat sampai mereka dewasa, tapi Laal selalu ingin menikahi Rupa.
Cinta Laal begitu tulus. Dia adalah sosok baik hati, tidak menyukai kekerasan kecuali untuk membela Rupa, dan dia juga anak yang sangat penurut sama ibunya, Gurpreet Kaur (Mona Singh).
Film ini memiliki alur maju mundur. Laal dewasa sedang menuju Chandigarh menggunakan kereta. Di dalam kereta itu, dia menceritakan kepada para penumpang tentang kisah hidupnya mulai dari masa kecilnya sampai kuliah, masa ketika dia masuk menjadi anggota angkatan darat dan persahabatannya dengan Balaraju (Chaitanya) kemudian pergi bertempur ke kaki gunung Kargil melawan pasukan musuh dari Lashkar-e-Taiba Pakistan, dan menjadi pengusaha pakaian dalam.
"Hidup adalah cerminan dari pakaian dalammu."
(Balaraju) hahahah
Ini adalah film yang sungguh menghangatkan hati. Ketulusan Laal kepada semua manusia, bahkan kepada musuh negaranya saat dia bertugas sebagai tentara. Dalam kamusnya Laal tidak mengenal kata benci dan permusuhan, kecuali bagi orang yang menyakiti Rupa. Dia juga bukan sosok pendendam.
Saya sangat suka dengan cara ibunya mendidik Laal. Walaupun anaknya memiliki kelainan, tidak seperti anak-anak lainnya, ibunya selalu memperlakukan Laal layaknya anak normal dan meyakinkan anaknya bahwa dia bisa tumbuh menjadi anak yang akan membanggakan keluarganya. Ketika ada kekerasan berbasis agama di India, ibunya melarang Laal keluar rumah dan alasannya selalu "ada wabah malaria" yang sedang marak. "Malaria" adalah analogi tentang kekerasan, wabah yang bisa membunuh siapapun dan dia tidak ingin anaknya terkontaminasi.
Yang paling saya suka adalah persahabatan Laal dengan Mohammed paaji (Manaj Vij). Mohammed adalah musuh tentara India dari Pakistan yang diselamatkan Laal di Kargil. Sedih banget waktu Mohammed memutuskan kembali ke Pakistan dan memilih mendirikan sekolah agar anak-anak tidak dicuci otaknya untuk menjadi ekstremis dan teroris seperti dirinya di masa lalu.
Film ini juga mengandung pesan tersirat soal maraknya diskriminasi terhadap kelompok minoritas di India, salah satunya kelomopok Muslim. Mungkin tidak disampaikan secara gamblang maupun terang benderang, tapi munculnya poster besar Perdana Menteri India Narendra Modi saya tafsirkan mengarah ke sana dan seolah-olah berpesan ayolah pemimpin seharusnya menyatukan, bukan memecah belah.
Aamir Khan is such a versatile actor. Dia selalu maksimal dan berhasil menghidupkan tokoh-tokoh dalam film-filmnya. Sebagai guru di Taare Zameen Par, teroris di Faana, pemuda nelangsa karena cinta di Mann, dan pemain sirkus kembar di Dhoom 3.
Penampilan Kareena Kapoor juga keren sih di sini. Seorang perempuan miskin yang lalu bermimpi jadi bintang Bollywood dan sangat ambisius, dia ingin menjadi orang kaya raya karena kemiskinan telah membuatnya menderita.
Salut buat tim make up yang bisa menyulap Aamir Khan yang berusia 50 tahunan terlihat seperti pemuda 20 tahunan, juga Kareena yang terlihat jauh lebih muda dari aslinya. Ada juga Shah Rukh Khan yang jadi cameo dan wajahnya disulap menjadi pemuda belasan tahun hahahah.
Penggemar Bollywood dan Aamir Khan wajib deh tonton film ini. Soundtracknya juga bagus-bagus.
"Berjalanlah sendiri. Tinggalkan jalan kesedihan, berjalanlah sendiri."
Comments
Post a Comment