Review Film "Pengabdi Setan 2: Communion"

 


Sutradra: Joko Anwar 

Pemain: Tara Basro, Ratu Felisha, Egi Fedly, Bront Palarae, Ayu Laksmi, Nasar Anuz, Endi Arfian

Tahun: 2022


Lima tahun setelah Pengabdi Setan 1 (2017), Pengabdi Setan 2: Communion akhirnya rilis juga awal Agustus 2022. Ini salah satu film Indonesia yang saya tunggu walaupun awalnya parno juga setelah baca beberapa review atau pendapat orang-orang di Twitter. Saya masih 'trauma' sama film Makmum 2, yang buat saya kebayang terus sama hantunya karena sumpah serem banget. 

Akhirnya saya memberanikan diri untuk nonton Pengabdi Setan: 2 dan memilih nonton di siang hari aja, cari aman gesss. LOL. 

Adegan pembuka film cukup menjanjikan. Nuansanya sudah mulai mistis. Adegan pembuka dimulai pada tahun 1955 ketika Budiman Syailendra (Egi Fedly) yang dibawa sebuah mobil dan diapit dua orang menuju sebuah tempat. Budiman adalah wartawan majalah Maya, yang biasanya menulis soal misteri. Penampilan Budiman juga sangat mendukung, kerja di majalah misteri dan mistis dengan rambut gondrong tak terurus, terlihat sangat menyeramkan. 

Mobil tersebut membawa Budiman dibawa ke Lembang, ke tempat Mayor Heru Kusuma. Heru mengungkap sebuah temuan misterius, banyaknya mayat yang ditemukan di sekitar tempat kerjanya. Tapi Heru meminta Budiman merahasiakannya karena jika itu dinaikkan sebagai berita, maka akan mengganggu reputasi besar Indonesia yang saat itu menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika. 

Lokasi pindah ke Jakarta. Ke sebuah rusunawa mangkrak di pinggir pantai di wilayah Jakarta Utara. Rumah susun (rusun) atau apartemen mangkrak, tapi ada yang menempati saja sudah aneh menurutku. Gak make sense. Dari luar aja udah kelihatan seram, kok ada orang yang mau tinggal di dalamnya? Yah namanya juga film sih, yaudahlah. 

Di situ tinggal Rini (Tara Basro) dan adik-adiknya; Bondi (Nasar Anuz) dan Tony (Endy Arfian) juga bapak mereka (Bront Palarae). Kehidupan di rusun itu tampak berjalan seperti biasa. Tapi kemudian semua berubah ketika lift anjlok dan semua orang di dalamnya meninggal kecuali si bapak yang hanya luka sedikit. 

Setelah kejadian itulah lalu muncul horor. Pokoknya sepanjang film penonton bakal lihat pocong di mana-mana. Poci is everywhere hahaha. 



Dari awal yang cukup menjanjikan bahwa film bakalan makin seru, tapi menurutku jalan ceritanya enggak jelas, dialognya membosankan. Isinya cuma jumpscare, poci, orang-orang ketakutan, gelap karena mati lampu. 

Soal Rini yang ngide untuk ambil koper bapaknya itu juga awalnya gak jelas. Apakah karena penasaran apa kerjaan bapaknya? Udah deh, ntar spoiler lagi. 

In my humble opinion, Pengabdi Setan (2017) lebih bagus dari yang kedua ini kalau dari segi cerita. Cerita film pertama dan kedua memang ada kaitannya dan semua terjawab di yang kedua ini, tapi penyampaiannya kurang fokus,  malah lebih fokus ke poci-poci yang ada banyak bertebaran sepanjang film. 

Peran Ratu Felisha sebagai Tari di sini gak signifikan, tidak ada kaitan sama inti cerita. 

Tapi dari film ini saya suka setting jadulnya, tahun 1980-an, termasuk latar belakang politik saat itu di mana maraknya petrus atau penembak misterius yang dipekerjakan pemerintah Orde Baru untuk menembak mati orang-orang bertato yang diduga pelaku kriminal tanpa diadili. Ada juga sisipan-sisipan yang menyindir seksisme yang masih marak pada masyarakat, yang suka menilai perempuan dari pakaiannya. Saya juga suka penampilan Egi Fedly di film ini, keren banget. 

Last but not least, adegan yang paling seram bagi saya bukan pocinya, tapi hantu si ibu dan suaranya. Apalagi waktu manggil "Winaaaaa", anjritttt merinding sebadan-badan gue hahahaha


Comments

Popular Posts