Review Film "Triangle of Sadness"

 


Sutradara: Ruben Östlund 

Pemain: Harris Dickinson, Charlbi Dean, Dolly de Leon, Zlatko Buric, Iris Berben, Vicki Berlin

Tahun: 2022


Film ini dibuka dengan adegan audisi supermodel yang diikuti sejumlah pria. Namun seiring jalannya cerita, ternyata film ini tidak membahas dunia modelling, melainkan dunia modelling itu hanya medium untuk menyampaikan satir terhadap kelas sosial dalam masyarakat modern.

Memang ada tokohnya yaitu Carl (Harris Dickinson) yang bekerja sebagai model dan juga Yaya (Charlbi Dean Kriek), tapi hanya sebatas itu, tanpa eksplorasi dunia modelling lebih jauh.




Film ini ada tiga part cerita. Di part pertama, fokus pada perdebatan antara Yaya dan Carl soal siapa yang mesti bayar di restoran sehabis mereka makan malam. Split bill ini menjadi pemicu pertengkaran sepasang kekasih tersebut.

Carl merasa selama ini dia yang lebih sering bayar sehabis mereka makan dan dia protes malam itu kenapa dia lagi yang mesti bayar, padahal penghasilan Yaya jauh lebih besar daripada dia. Carl sempat melontarkan kata "bullshit feminist" saking kesalnya hahaha


Yaya cantik banget. Aku terpesona pertama kali liat dia di sini




Part kedua, Carl dan Yaya liburan mewah naik kapal pesiar bersama orang kaya lainnya dari berbagai negara. Dia bertemu berbagai orang kaya yang tingkahnya aneh-aneh di dalam kapal tersebut.

Menurut saya part kedua adalah yang terbaik dan merupakan klimaks dari apa yang ingin disampaikan dalam film ini, menyindir kesongongan orang-orang kaya dan membahas kelas-kelas sosial di tengah masyarakat. Saya sangat suka dialog-dialog pada part kedua ini. Dialog yang kocak tapi gelap dan penuh sindiran atau satir.

Dialog yang paling saya suka adalah di meja makan ketika Yaya dan Carl duduk satu meja dengan pengusaha asal Rusia, Dimitry (Zlatko Buric). Dimitry melontarkan kata-kata tajam tapi dalam bentuk candaan kepada Yaya, bahwa dia hanya jual tampang sebagai influencer hahaha.

Yaya dan Carl naik kapal pesiar itu gratis, yang didapatkan dari pekerjaan Yaya sebagai influencer. 



Obrolan kemudian lanjut ketika Carl menanyakan apa pekerjaan Dimitry, yang lantas dijawab: "MENJUAL TAHI" hahahahaha. Dimitry berkali-kali menegaskan dan merasa bangga bahwa dia memang penjual tahi. LOL. The darkest dialogue ever!






Dimitry kemudian bertemu dengan kapten kapal, Thomas Smith (Woody Harrelson). Di tengah kondisi cuaca buruk yang merusak acara makan malam itu, kedua orang ini masih sempat mabok, ngobrolin berbagai hal berat macam sosialisme, komunisme, kapitalisme haha.

Adegan klimaks di part kedua ini agak mengganggu dan bikin enggak nyaman karena jorok tapi bagus dan dark comedynya dapet banget.


Part ketiga dan terakhir berpusat di satu pulau setelah kapal mereka tenggelam setelah diserang perompak. Hanya ada beberapa orang yang selamat sampai ke pulau tersebut.

Di pulau ini, tidak ada lagi kelas sosial yang membagi masyarakat atas si kaya dan si miskin. Tapi keduanya memiliki nasib yang sama. Sama-sama harus berusaha bertahan hidup dengan sumber daya seadanya. Di sini justru yang mengambil kendali adalah Abigail (Dolly de Leon), kepala kebersihan di kapal, seorang TKW asal Filipina.

Orang-orang kaya yang bersamanya justru sekarang bergantung padanya dan harus menurut padanya jika mereka mau mendapat jatah makanan karena hanya dia yang pandai menangkap ikan juga memasak haha. Bahkan dia juga bisa meniduri Carl yang umurnya jauh di bawah dia. haha

Selain bisa bikin kita menertawakan tingkah orang kaya, film ini juga mengajak untuk berpikir sejenak maksud dari kalimat-kalimat satir yang dilontarkan sepanjang film. Abis dibuat ketawa, terus dibikin mikir. Salah satu film dengan dialog terbaik menurutku. Tidak salah masuk nominasi Best Picture Academy Award dan sutradaranya mendapat Palme d'Or Cannes pada Mei 2022, penghargaan tertinggi dalam perhelatan Cannes Film Festival. 

Saya juga suka banget sama Yaya. Dia cantik banget, mirip Penelope Cruz. Tak hent-hentinya kumemuji kecantikan Yaya. Rest in peace, Charlbi :(

Triangle of Sadness juga mengingatkanku pada film Du Levande (2007), film yang juga dibuat sineas Swedia Roy Andersson. Du Levande juga film komedi gelap, berisi banyak satir atas fenomena sosial saat itu.

Comments

Popular Posts