Review Film "The Grand Budapest Hotel"

 



Sutradara: Wes Anderson

Tahun: 2014

Pemain: Ralph Fiennes, F. Murray Abraham, Adrien Brody , Willem Dafoe, Jude Law, Saoirse Ronan, Lea Seydoux, Tilda Swinton, Tony Revolori, Tom Wilkinson


Dibuka tahun 1985, saat Penulis (Tom Wilkinson) memulai ceritanya tentang buku yang dia tulis, The Grand Budapest Hotel. Dia mengisahkan bagaimana saat dia muda yang diperankan Jude Law bertemu dengan pemilik The Grand Budapest Hotel, Mr Moustafa (F. Murray Abraham). Dari sanalah segala cerita bermula.

Penulis bersama cucunya


"Ini kesalahan besar yang sangat umum. Orang mengira imajinasi penulis selalu datang di tempat kerja, mengira penulis selalu dapat ide tak berujung akan kejadian dan peristiwa. Mengira bayangan cerita penulis muncul begitu saja. Padahal justru kebalikannya. Saat masyarakat tahu kau seorang penulis, mereka akan jadi karakter dan peristiwa bagimu selama kau bisa pertahankan kemampuan melihatmu dan mendengar dengan saksama, cerita-cerita ini akan terus menghampirimu sepanjang hidup. Bagi yang sering mengisahkan cerita orang lain, kisahnya akan lebih banyak diceritakan. Kejadian yang diceritakan padaku persis seperti yang kutuangkan di sini dan dengan cara yang sepenuhnya tak terduga" (Penulis)


Gambar berpindah, beralih puluhan tahun ke belakang, dibuka dengan latar pegunungan saat senja, bak lukisan. Kita memang enggak perlu kaget dengan sinematografi Wes Anderson, selalu memanjakan mata.

Di sekitar pemandangan indah itulah, di dekat pemandian air panas Nebelsbaf, di bawah Alpine Sudetenwaltz berdiri megah hotel tersebut.



Di dalam hotel itu, ada Penulis Muda (Jude Law) yang sedang menginap di sana. Di sanalah dia berkenalan dengan Zero Mustafa, yang dulunya sebagai orang terkaya di Zubrowka. Penulis Muda dan Mustafa lalu berkenalan, ngobrol, dan cerita kembali lagi ke puluhan tahun ke belakang. Mustafa yang mudanya dipanggil Zero (Toni Revolori), mengisahkan bahwa dia memiliki hotel itu tanpa membelinya atau didapatkan secara cuma-cuma. Dan dari sana dia mulai menceritakan masa mudanya, seorang imigran gelap yang datang ke Eropa, sampai bagaimana dia bisa memiliki hotel tersebut.

Penulis Muda (kanan) dan Mr Moustafa


Saat Mustafa mulai mengajak kita mundur ke belakang, kita disambut dengan Monsieur Gustave (Raplh Fiennes) dan istrinya yang jauh lebih tua, Madame D (Tilda Swinton), pemilik hotel. Gustave dulunya seorang karyawan di hotel itu, lalu menikah dengan Madame D dan sekarang dia yang diserahkan tanggung jawab oleh istrinya untuk mengelola hotel. Keluarga Madame D berpikiran bahwa Gustave seorang gay dan menikahi si Madame karena ingin menguasai hartanya. Saat pergi ke sebuah kota tanpa suaminya, Madame D tiba-tiba diberitakan meninggal di sebuah koran. Dia lalu mewariskan lukisan seorang anak laki-laki yang memegang apel untuk suaminya, lukisan maestro yang nilainya sangat tinggi. Keluarga Madame D tak terima. Dibantu Zero yang menjadi asisten dan orang kepercayaannya, Gustave mengambil diam-diam lukisan tersebut dan meminta Zero menyimpannya dan melelangnya, dengan janji bagi hasil.

"Kekasaran hanyalah ekspresi ketakutan. Orang-orang takut takkan dapat keinginan mereka. Orang paling menakutkan dan tak menarik hanya butuh dicintai. Lalu mereka akan mekar seperti bunga." (Monsieur Gustave)


Film ini dibagi menjadi beberapa bagian cerita, yang fokus utamanya tentang Gustave dan kisah hidupnya yang diburu keluarga Madame D, Dmitri (Adrien Brody) dan Jopling (Willem Dafoe) yang ingin membunuhnya. Gustave juga dituduh merencanakan pembunuhan Madame D lalu dipenjara. Dia lalu kabur bersama tahanan lainnya. Dalam berbagai fase yang dia lalu, Zero selalu setia mendampingi dan membantu Gustave. Termasuk menyelamatkan lukisan tersebut, dibantu kekasihnya, Agatha (Saoirse Ronan).

Seperti film Wes Anderson lainnya yang sudah saya tonton, The French Dispatch, film ini sangat memanjakan mata. Sinematografinya mantap abis, angle-angle pengambilan gambarnya itu indah banget. Color gradingnya ya mirip-mirip sama The French Dispatch yang ciri khas Anderson banget, pastel tapi terkesan hangat dan vintage (sesuai latar waktu).

Pernikahan Zero dan Agatha, disaksikan Monsieur Gustave


Penulis Muda di lobby Grand Budapest Hotel

Anderson juga menurut saya orang yang sangat detail. Misalnya saja, kotak kue Mendle's bakery yang dijual hotel itu sangat eye catching dengan warna pinknya yang manis. Juga desain cover buku The Grand Budapest Hotel itu menarik. Begitu juga dengan kostum para pemainnya, khususnya kostum tahanan itu lucu menurut saya.

Jika menonton The French Dispatch seperti membaca majalah (terinspirasi dari majalah The New Yorker), nonton film ini ya seperti membaca buku, dengan latar waktu yang maju-mundur-mundur-maju. Film ini terinspirasi dari tulisan Stefan Zweig (lahir di Wina, 1881, meninggal tahun 1942 di Petropolis).

Yang saya enggak sangka sama sekali dalam film ini adalah Tilda Swinton, yang benar-benar terlihat sangat tua. Bahkan saya sama sekali tidak mengenalinya sampai saya membaca kredit di akhir film, hahaha. Salut banget sama tim make up-nya. 

Saya penasaran dengan film-film Wes Anderson lainnya. Soalnya begitu indah, sayang untuk dilewatkan.

"Lihatlah, masih ada sedikit cahaya yang tertinggal dari peradaban biadab ini yang dulu disebut kemanusiaan. Itulah yang kita berikan dalam kesopanan, kerendahanhatian."  (Monsieur Gustave)

Comments

Popular Posts