Resensi Buku "Laila & Majnun"

 



Penulis: Nizami Ganjavi
Penerjemah: Anton Kurnia
Penerbit: Mizan

Aku milikmu, betapa pun jauhnya dirimu.
Kesedihanmu membawa kesedihan bagiku
Tiada angin bertiup, tetapi embuskanlah wangimu kepadaku,
Tiada burung yang bernyanyi,
selain memanggil namamu untukku.
Setiap kenanganmu yang meninggalkan jejak
akan hidup selamanya dalam diriku.

Seperti rusa jantan, cinta terlacak dari aromanya, tak bisa disembunyikan; seperti matahari, ia menerobos awan.

Siapa yang tidak kenal kisah cinta termasyhur dari Jazirah Arab ini? Kisah cinta paling pilu, dikenang di seluruh dunia dan menginspirasi para seniman, penulis, untuk mengisahkan kembali cerita Laila dan Majnun ini dalam berbagai medium dan versi yang berbeda.

Kisah Laila & Majnun jauh lebih dulu ada dari Romeo dan Juliet, kisah sepasang kekasih sehidup semati yang masyhur dari Barat.

Saya tahu kisah Laila & Majnun, tapi cuma sekadar tahu dan baru 2023 ini saya membaca bukunya. Buku ini saya pinjam di Perpustakaan Nasional.

Perasaan membaca buku ini awalnya sebal, karena menurutku kisah cinta yang memang benar-benar gila, tidak masuk akal, dan tidak bisa selaras dengan logikaku. Tapi kemudian perasaan sebal ini terpental ketika saya menyadari betapa murni cinta Qais. Perasaan sedalam itu hanya dapat dipahami oleh para pecinta sejati. Saya belum sampai ke taraf itu sih.

Majnun itu adalah julukan bagi Qais, pemuda dari Bani Amir. Dia adalah putra seorang pemimpin kabilah Bani Amir, sang Sayyid yang kaya raya. Orang tuanya sangat lama menantikan kehadiran seorang putra dan kemudian lahirlah si Qais ini.

Setelah remaja, Qais dikirim ke sekolah oleh orang tuanya dan di sanalah cinta bersemi untuk Laila, seorang perempuan bak bidadari, yang kecantikannya digambarkan dengan sangat indah dan puitis dalam buku ini.

"Laila pun bersinar setiap pagi. Setiap hari kecantikannya semakin bertambah. Tak hanya Qais, kawan-kawan lelakinya di sekolah pun menjadi sadar akan kecantikan Laila. Secara terbuka atau sembunyi-sembunyi, mereka mulai menatap Laila. Jika berhasil sekilas saja menatap dagu Laila yang belah serupa limau berlesung indah, mereka merasa seperti delima yang rekah penuh sari buah, siap meledak oleh gairah."

Kisah cinta dua remaja ini sangat terkenal dan menjadi gunjingan warga. Karena mungkin pada zaman itu berpacaran itu hal tabu.

Orang tua Laila mengurung Laila dan melarang putrinya berhubungan dengan Qais bahkan menolak lamaran orang tua Qais yang datang melamar dengan baik-baik.

Qais semakin gila. Dia mengembara ke hutan, gurun, dan banyak menghabiskan waktunya di Pegunungan Najd. Dia meneriakkan perasaannya kepada pohon-pohon, bebatuan, debu gurun berpasir. Menulis syair indah tentang kerinduan dan kepedihan cinta tak sampai yang tidak terperikan.

"Jiwa Qais adalah cermin bagi kecantikan Laila..."

"Dia tidak hanya kehilangan kekasihnya, tetapi juga dirinya sendiri. Setiap orang dapat melihat pantulan api yang membakar hatinya di wajahnya, melihat darah mengalir dari lukanya. Dia menderita karena orang yang dia cinta, sang Kekasih, jauh tak terjangkau."


Kegilaan Qais tak ada obatnya. Dia berangkat haji ke Makkah bersama ayahnya, membawa harapan Qais bisa sembuh dari kegilaannya terhadap Laila. Tapi justru dia semakin dalam perasaan cinta menghujam jantungnya.

"Semakin jauh rembulannya, Laila, bersinar di angkasa, semakin tinggi Majnun mengibarkan panji cintanya!"

Semua nasihat yang disampaikan pada Qais pun mental. Tidak ada yang bisa menasihatinya, bahkan orang tuanya sekalipun. Termasuk pamannya, Salim Amiri, saudara ibunya, yang datang jauh-jauh mencarinya ke gunung.

Orang bodoh akan tertinggal seperti cacing tak berkaki, tetapi rubah yang cerdik bisa mengalahkan serigala yang lebih kuat (ayah Qais)

Jagalah hidupmu, selagi masih ada waktu. Carilah kawan baru dan bergembiralah. Tertawakan kemalangan musuhmu! (ayah Qais)

Laila digambarkan sebagai sosok perempuan yang pintar menutupi perasaan dan kesedihannya. Dia tampak biasa-biasa saja, tapi hatinya juga hancur didera kesedihan dan kerinduan kepada Majnun.

Dalam kesedihannya, Laila menciptakan syair-syair yang dikirimkan melalui angin kepada sang kekasih. Syair-syair indah seperti juga syair ciptaan Majnun yang sangat membuat orang terpesona ketika mendengarnya.

"Tercipta dari derita cinta dan kerinduan, puisi mereka memiliki daya penawar untuk memupus kesedihan dunia."

Laila dilamar Ibnu Salam, pemuda kaya raya yang diberi julukan "Yang Bernasib Mujur". Lalu mereka menikah, yang semakin memperparah penderitaan Qais.

Kisah cinta gila ini juga menumpahkan banyak darah. Ketika itu, Naufal, Pangeran Badui yang berhasil membuat Majnun berubah walau hanya sementara. Bahkan Naufal rela berperang dengan kabilah Laila demi Majnun. Namun pertumpahan darah itu tetap tidak bisa meluluhkan hati ayah Laila, agar mau menikahkan anaknya dengan Majnun.

"Biarlah kesedihan yang ditimbulkan cinta ini menjadi pelipur jiwaku! Aku tak peduli bahwa tiada obat penyembuh lukaku! Selama kau tak terluka, segala penderitaanku bukanlah apa-apa." Penutup balasan surat Majnun kepada Laila, setelah bertahun-tahun akhirnya Majnun menerima surat Laila dari seorang perantara.

Bagian tersedih saat Qais bertemu ayahnya untuk terakhir kali dan juga beberapa tahun kemudian bertemu ibunya untuk yang terakhir kali juga.

"Bukankah begitu seorang ibu di mana pun? Tanpa pertanyaan, tanpa permintaan, dia hanya mengikuti panggilan kelembutan dan rasa kasih sayang."

Awalnya aku menganggap kegilaan Majnun sangat tidak masuk akal dan menurutku dia menyebalkan. Tapi kemudiaan aku sadar bahwa cinta Majnun adalah cinta yang paling murni, yang merdeka, tanpa keinginan apapun kecuali mencintai.

Majnun bertemu dengan Salam, pemuda dari Baghdad, seseorang yang juga terluka karena cinta. Salam menyukai syair-syair Majnun dan menyusul pria gila itu ke gunung dan ingin hidup bersama Majnun, menjadi muridnya. Namun dia tidak sanggup dan memilih kembali ke Baghdad, karena dia belum mengenal cinta seperti murninya cinta Majnun ke Laila.

"Menurutmu aku ini siapa? Seorang pemabuk? Orang bodoh yang sakit cinta, budak perasaanku, hilang akal karena hasratku? Pahamilah: aku telah bangkit dari segalanya, aku adalah Raja Cinta dalam keagungan. Jiwaku dimurnikan dari kegelapan gairah, kerinduanku dibersihkan dari nafsu yang rendah, pikiranku terbebas dari rasa malu. Aku telah menghancurkan indra di ragaku. Cinta adalah inti keberadaanku. Cinta adalah api dan aku adalah kayu yang dibakar oleh nyala api. Cinta telah merasuk dan menghiasi rumah diriku. Diriku telah melepaskan keterikatannya dan pergi. Kau membayangkan bahwa kau melihatku, tetapi aku tak ada lagi: yang tersisa hanyalah yang dicintai."

"Dan kau percaya cinta ini, yang begitu berat dengan kesedihan, bisa mengering? Tidak pernah, kecuali jika bintang-bintang di langit telah memudar. Menurutmu cinta ini bisa dicerabut dari hatiku? Lebih baik kau menghitung butiran pasir di gurun!"

Buku ini ditulis dalam bentuk prosa, berasal dari 3.600 baris puisi yang ditulis Nizami pada abad ke-12 dan 13.

Saya suka banget sama terjemahan bahasa Indonesianya, yang juga ditulis dengan sangat indah. Membaca ini tidak membosankan. Tiap babnya juga pendek-pendek. Buku ini juga disertai beberapa ilustrasi.

Ada beberapa diksi yang kutemukan mirip dengan puisi Chairil Anwar.

"Bagi manusia lain, dia hanyalah binatang jalang, dari kumpulannya terbuang." (Bab 35 "Majnun dan Binatang Buas"

Typo parah di judul Bab 37 "Majnun Berdoa kepada Binatang-Binatang", seharusnya "Majnun Berdoa kepada Bintang-Bintang" karena dalam bab ini mengisahkan Majnun menumpahkan isi hatinya kepada planet-planet atau bintang di atas langit sana. Venus disebut juga bernama Zahrah. Sedangkan Jupiter adalah Musytari, indah ya bahasa Persia.

Salah satu buku terbaik yang kubaca tahun ini. Kisah ini juga dianggap dekat dengan sufistik, penggambaran seorang hamba yang sangat mendamba cinta dari Tuhan semesta alam.

"Waspadalah terhadap ucapan sembrono! Sebelum kau menembakkan panahmu, ujilah busurnya: apakah senarnya terlalu kendur, apakah lenganmu terlalu lemah? Kata-kata bisa ditembakkan lebih cepat dari anak panah, tetapi rasa malu dan penyesalan akan menjadi ganjarannya."

Jangan lupa baca buku!

Xoxo

Comments

Popular Posts