Review Film "Conclave"

 


Sutradara: Edward Berger

Tahun: 2024

Pemain: Ralph Fiennes, Stanley Tucci, Carlos Diehz, Isabella Rossellini, John Lithgow, Sergio Castellito, Lucian Msamati 


Film pertama yang aku tonton di bioskop tahun 2025 dan memang pilihan yang enggak salah. Film ini rilis tahun 2024, hanya saja baru tayang di bioskop Indonesia sejak akhir Februari atau awal Maret gitu. Awal tertarik nonton karena ada Ralph Fiennes dan ditambah lagi film ini masuk nominasi Oscar dan juga Golden Globe.

Film ini sedikit mengingatkan sama film Angels and Demons yang diangkat dari novel Dan Browns dengan judul yang sama di mana dalam film itu ada juga adegan pemilihan Paus di Vatikan. Tapi menurutku ini film ini jauh lebih bagus dari ceritanya.

Saya nonton film ini di XXI Pondok Indah Mal 1, kebetulan lagi in my period, gak puasa, jadi saya memilih nonton yang jadwal 17.40, menjelang buka puasa. Sebelum pergi nonton, saya kan nonton trailernya dan baca komentar salah satu pengguna YouTube yang terkesan dengan sound mixing film ini. Saya jadi semakin enggak sabar nonton ke bioskop untuk mendapatkan experience mendengar sound mixing keren.

Dan benar dong, sound mixing dan scoringnya bagussss buangett. Saya paling suka mendengarkan scoring dan sound di film karena kesannya film semakin hidup dan suasana yang dibangun serasa makin nyata hehehehe.

Conclave ini diangkat dari novel dengan judul sama karya Robert Harris. Film dibuka dengan adegan kematian Paus yang meninggal karena serangan jantung. Setelah kematian paus, Dekan College of Cardinals yang dipimpin Dekan Thomas Lawrence dari Inggris, memulai proses conclave atau konklaf untuk memilih paus baru. Para kardinal dari berbagai negara dikumpulkan di Vatikan (walapun lokasi di film tidak disebutkan) untuk memilih pemimpin umat Katolik sedunia tersebut.

Ada empat kandidat terkuat yang awalnya muncul yaitu seorang konservatif dari Nigeria Joshua Adeyemi (Lucian Msamati), kardinal progresif dari AS Aldo Bellini (Stanley Tucci), seorang moderat dari Kanada Joseph Tremblay (John Litgow), dan tokoh tradisionalis dari Italia Goffredo Tedesco (Sergio Castellitto).

Namun kemudian tiba-tiba muncul seorang kardinal yang tidak pernah tercatat ada di dalam daftar peserta konklaf yaitu Kardinal Vincent Benitez (Carlos Diehz). Benitez adalah orang Meksiko tapi bertugas sebagai kardinal di Kabul, Afghanistan. Benitez diangkat sebagai kardinal oleh Paus pada tahun sebelumnya melalui surat rahasia.

Proses konklaf dipenuhi drama yang harus ditangani kardinal Lawrence. Terlebih sebelum meninggal, Paus dikabarkan sempat memecat kardinal Tremblay. Kematian paus yang mendadak juga penuh tanda tanya. 

Rahasia-rahasia dan dosa masa lalu sejumlah kandidat tiba-tiba muncul ke permukaan. Diduga terungkapnya rahasia-rahasia ini merupakan upaya penjegalan antar kandidat. Bahkan saya juga sempat suuzdon hahaaha kalau ini ulah kardinal Lawrence sendiri karena dia diam-diam berambisi jadi paus, walaupun dia mengakui secara terbuka bahwa dia tidak berkeinginan menduduki jabatan tersebut karena merasa tidak layak. Dia juga ingin mundur sebagai dekan jika proses konklaf selesai.

Kecurigaan ini semakin kuat karena suster Agnes (Isabella Rossellini) memergoki Lawrence masuk ke kamar mendiang paus yang sudah disegel. Di dalam kamar tersebut, Lawrence menemukan surat-surat di balik ranjang paus yang mengungkap indikasi Tremblay membayar para kardinal agar dipilih menjadi paus.

Proses konklaf juga sempat dikagetkan dengan serangan bom. Serangan bom memang tidak menyasar tempat penyelenggaraan konklaf, tapi hanya terkena dampak dan getarannya. Ini memicu perdebatan di antara para kardinal bahwa pelaku bom adalah Muslim yang ingin memulai perang. Namun kemudian ini dibantah oleh kardinal Benitez bahwa dalam terorisme, baik orang Kristen dan Islam juga menjadi korban.

Setelah berbagai drama tersebut, kecurigaan baru saya muncul bahwa kardinal Benitez yang berada di balik upaya-upaya penjegalan tersebut. Tapi bisa jadi saya salah hahaha. Di akhir film memang tidak terungkap siapa yang berada di balik upaya tersebut. 

Proses konklaf dilakukan selama tujuh kali pemungutan suara karena tidak pernah ada kandidat yang meraih 72 suara sehingga layak dinobatkan sebagai paus. Di awal-awal pemungutan suara, kardinal Adeyemi yang selalu memimpin dengan perolehan suara 30 lebih, namun kemudian dia gagal setelah 'dosa' masa lalunya terungkap dan dia tidak lagi mencalonkan diri.

Siapa yang akhirnya terpilih jadi paus? Apakah Lawrence atau Benitez yang berada di balik terungkapnya 'dosa' beberapa kardinal kandidat terkuat pengganti mendiang paus?

Dari awal plotnya berlapis-lapis dan mengejutkan, dugaan saya selalu meleset. Apalagi di akhir film. Ketika paus sudah terpilih dan semua tampak berbahagia dan menerima pemimpin gereja Katolik yang baru, Monsignor Raymond O'Malley (Brian F. O'Byrne), asisten Lawrence mendekati Lawrence dan menceritakan hal yang mengejutkan lagi tentang rahasia paus yang terpilih beberapa jam sebelum diumumkan ke publik.

Apakah pengangkatan paus batal? Kudu nonton. Bagus banget!

Selain saya suka scoring dan sound mixingnya, hats off buat akting Ralph Fiennes deh dan juga penampilan aktor lainnya. Ralph Fiennes dapat nominasi aktor terbaik Oscar karena film ini, tapi sayang kalah dari Adrien Brody, 

Saya juga suka dialog-dialognya, yang walaupun ada istilah-istilah dalam agama Katolik dan beberapa dialog dalam bahasa Latin, tapi gak bikin bingung penonton yang bukan agama Katolik. Angle pengambilan gambarnya juga sangat memanjakan mata. Saya juga suka pemilihan warna kostum pemainnya.

Pokoknya film ini tuh cocoknya ditonton di layar lebar atau bioskop karena memanjakan mata dan telinga. Suka banget.

Next movie date apalagi ya ke bioskop?

Comments

Popular Posts