Resensi Buku "Kelas Tiga di Malory Towers"
Penulis: Enid Blyton
Penerjemah: Djokolelono
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2010
Ini buku Enid Blyton pertama yang aku baca. Astaga. Udah setua ini tapi ini baru pertama kali aku baca buku karya penulis legendaris cerita anak-anak ini. Maklum dulu waktu kecil aku gak punya akses luas untuk mendapatkan buku-buku. Late is better than never, right.
My first impression setelah baca buku Blyton: seru. Aku baca buku ini karena nemu di Bookhive Taman Literasi Blok M dan aku pinjam. Insyaallah weekend ini aku balikin.
Aku bersyukur waktu cutiku akhirnya gak sia-sia karena aku habiskan membaca buku ini dan juga aku sela dengan lanjutin baca Babel by RF Kuang. Tadi aku baca buku ini di Kopi Kenangan Plaza Indonesia, lalu setengahnya lanjut di kos. Gak enak duduk kelamaan di kafe dan cuma beli satu minuman hehe.
Ini sebenarnya buku ketiga dari serial Malory Towers tapi enggak apa-apa dibaca gak berurutan karena ceritanya emang berdiri sendiri, seperti keterangan di pembuka bukunya.
Malory Towers adalah sekolah asrama khusus cewek, sekolah tingkat SMP gitu. Darrell kini sudah masuk ke kelas tiga dan bakal memulai petualangan baru yang seru dengan teman-temannya. Mereka punya teman baru pindahan dari Amerika, Zerelda, yang tingkahnya sangat belagu dan suka dandan menor karena bercita-cita jadi bintang film. Zerelda sering menganggap remeh anak-anak Inggris itu, yang dianggapnya jauh di bawah dia. Tapi sebenarnya Zerelda anak yang baik tapi terlalu obsesif.
Selain Zerelda, berbagai tingkah polah teman-teman Darrell lainnya seru untuk diikuti seperti Mavis yang punya suara indah tapi sombong dan terobsesi jadi penyanyi opera terkenal, Wilhelmina, si cewek tomboy pecinta kuda yang hanya mau dipanggil Bill, lalu ada Sally, Gwendoline, Alicia, Jane, dan lain-lain.
Melihat keseruan mereka dan dinamika pertemanan mereka, jadi mengingatkan saat masih sekolah dulu. Heuheu. Begitu juga dengan hubungan mereka dengan para guru mereka seperti Nona Potts, Nona Peters, dua guru dari Prancis yang mereka panggil Ma'zelle, kepala asrama, dan kepala sekolah.
Memang dalam buku ini gak ada petualangan yang cukup menegangkan, tapi enak saja diikuti dan dibaca sampai tuntas. Gak ada konflik yang intense juga. Betapa indahnya masa kanak-kanak dan remaja, gak perlu terlalu sibuk memikirkan kehidupan, hanya sibuk memikirkan pelajaran dan kehidupan sekolah.
Itulah salah satu alasan saya suka membaca buku anak-anak, selain seru dan memang selalu ada pesan untuk kita orang dewasa yang bisa membuat kita merenung tentang diri kita sendiri dan hidup kita. Membaca buku ini juga membuat saya bisa refleksi diri bahwa ya kadang apa yang kita inginkan tidak selalu kita dapatkan, kita juga harus menurunkan ego kita agar ekspekstasi kita tidak melukai kita, dan tentu pelajaran paling saya suka dari buku ini adalah jadilah diri sendiri, apa adanya, jangan angkuh dan sombong, kita bisa mencapai sesuatu jika kita mengubah diri kita dulu, berubah menjadi lebih baik, seperti dicontohkan oleh anak-anak Malory Towers.
Oh iya satu lagi, buku ini mengingatkan saya pada cerita Harry Potter. Ketika mereka datang ke Malory Towers di awal September dan siap-siap pulang ke rumah di akhir semester, ini mengingatkan saya ketika Harry cs bersiap-siap menuju Hogwarts pada September dan kemudian pulang saat libur akhir tahun. Pertemanan anak-anak Malory Towers juga mengingatkan saya pada persahabatan Harry, Hermione, dan Ron. Dan satu lagi, permainan lacrosse di mana Darrell jadi salah satu pemain tim sekolah mengingatkanku pada permainan quiditch, permainan yang sama-sama harus memasukkan bola ke gawang lawan.
Mungkin saja JK Rowling terinspirasi Malory Towers heuheu.
Btw, aku juga suka banget sama terjemahan Pak Djokolelono. Seru dan kocak abis. Ada juga kalimat langsung yang diterjemahkan "Masya Allah", mungkin kalimat aslinya "Oh my God" heuhe. Secara ini kan mereka di sekolah Kristen tapi ada kalimat "Masya Allah" heuhe. Terus ada lagi kata "nuar biasa". Awalnya aku kaget kirain typo tapi kok banyak banget bertebaran di buku setiap si Zerelda ngomong "luar biasa", selalu jadi "nuar biasa" wkwkwkwk. Aku jadi penasaran sama kalimat aslinya hahaha.
Jangan lupa baca buku! Xoxo!
Comments
Post a Comment