Re, Perempuan Senja (Episode Pertama)
Episode Pertama
Dear Ambara
Ilalang,
I do apologize for
loving you. What was happened, it just because I love you and I'm still into
you deeply. I'm so sorry. I shouldn't let you in. I shouldn't get too close
with you.
Sekarang aku bisa
apa? Nggak ada Bar, aku nggak bisa apa-apa. Aku hanya bisa mencintaimu,
mencintaimu tanpa harapan. Membiarkan diriku tersiksa dan mungkin mati perlahan
karena mencintaimu.
Kamu ingat
kata-kataku? Aku pernah bilang bahwa jatuh cinta itu ibarat kita menyerahkan
sebilah pedang pada orang yang kita cintai. Sewaktu-waktu, orang yang kita
cintai akan menggunakan pedang itu untuk melukai kita dan kita tak bisa
mengelak. Dan sekarang kamu melukaiku dengan sebilah pedang itu.
Sekarang dalam
kondisi seperti ini, siapa yang harus disalahkan? Tuhan? Karena Dia tidak
menggariskan takdir aku dan kamu untuk bersama? Bukan salah Tuhan, salahmu yang
mengupayakan takdirmu sendiri. Kamu ingat, di awal perkenalan kita, aku pernah
katakan terkait jodoh, 90 persen usaha manusia dan 10 persen ketentuan Tuhan. Kamu
tertawa seolah tidak setuju denganku. Bukankah ketika kamu menyukai seseorang,
kamu akan berusaha mendekatinya, menarik perhatiannya, ingin selalu dekat
dengannya? Bukan hanya berdoa dan menerima keajaiban orang yang kamu sukai
tiba-tiba datang mengetuk pintumu membawa sekotak coklat, misalnya?
Demi Tuhan, Bara
sayang. Aku lelah malam ini. Kenapa mencintaimu harus seluka ini?
Perempuan Senjamu
Re
7 Februari 2005
Re
menutup buku hariannya. Ia memandangi surat yang ditulisnya itu. Ia menghapus
airmatanya secepat mungkin, agar jangan sampai jatuh di atas surat itu.
Re
terus menangis, merasakan kelelahan di sekujur hatinya. Ia lelah jatuh cinta
lantas dikhianati. Ia lelah jatuh cinta lantas ditinggalkan. Karena ia tak
mudah jatuh cinta seperti apa yang ia rasakan sejak bertemu Bara, laki-laki
yang ia jatuh cintai karena puisi-puisinya yang kerap ia baca di sebuah koran
Minggu. Renata tak menduga, ia bisa menjadi dekat dengan Bara. Semua bermula
dengan begitu cepat. Sama seperti bagaimana kisah itu berakhir. Sangat cepat
dan menyakitkan.
“Maafkan
aku yang mencintaimu. Maafkan aku belum bisa melupakanmu. Maafkan aku yang merusak bahagiamu. Semua salahku.” Re kembali
menangis.
(Bersambung)
Comments
Post a Comment