Resensi Novel "Rumah Tepi Danau" 

 


Penulis: Banana Yoshimoto

Penerbit: Odyssee


Belakangan ini Asian literature khususnya karya penulis-penulis Jepang kontemporer banyak diperbincangkan para komunitas pecinta buku. Penerbit-penerbit di Indonesia juga banyak menerjemahkan karya para penulis Jepang kontemporer ini.

Penulis Jepang kontemporer yang saya tahu cuma Haruki Murakami dan Kazuo Ishiguro (sebenarnya beliau warga negara Inggris tapi aslinya Jepang) dan itu pun saya baru baca satu buku karya beliau. 

Rumah Tepi Danau merupakan perkenalan pertama saya dengan Banana Yoshimoto. Nama dan buku-buku perempuan kelahiran 24 Juli 1964 ini sering saya lihat berseliweran di linimasa media sosial, salah satunya yang paling eye-catching adalah Kitchen karena sampulnya sangat menarik. Namun saya belum berkesempatan membaca Kitchen, mungkin next time.

Novel ini berpusat pada kehidupan perempuan bernama Chihiro, seorang pelukis mural yang baru saja ditinggal selama-lamanya oleh ibunya. Chihiro adalah anak tunggal dan memilih tinggal sendiri di apartemen. Dia juga seorang perantau, ogah berdiam di daerah asalnya karena malas berurusan dengan keluarganya yang menurutnya rese.

Lalu Chihiro berkenalan dengan seorang pria yang tinggal di seberang apartemennya, Nakajima. Mereka kemudian tinggal bersama, saling berbagi kegelisahan hidup dan kegalauan dalam menentukan arah hidup ke depan.

Buku ini diceritakan dengan gaya penuturan orang pertama, serasa kita mendengarkan curhatannya si Chihiro; soal kekalutannya, kesedihan, rasa rindu pada ibunya, dan keletihannya saat harus merawat ibunya di rumah sakit.

Jujur saja di awal buku ini agak membosankan karena alurnya cukup lambat, konfliknya juga datar-datar saja, dan saya bingung inti ceritanya tentang apa; apakah romansa Chihiro-Nakajima, trauma masa lalu, atau soal bunuh diri? 

Tapi kemudian di tengah-tengah buku kita akan menemukan kesimpulan bahwa ternyata 'oh ini nih ternyata intinya'. Memang ada unsur misteri, tapi tidak dibangun cukup intens dan horrific. Misteri ini kaitannya dengan trauma masa lalu Nakajima dan keberadaan rumah di tepi danau itu.

Saya suka bagaimana penulis mendeskripsikan pemandangan dan membangun suasana di sekitar rumah tepi danau. Membuat saya ingin ke sana dan mencicipi teh yang dibuat dari air di sebuah kuil di daerah itu. haha

Menurut saya ini perkenalan saya dengan Banana Yoshimoto yang impresinya baik lah. Tidak mengecewakan, tapi juga tidak yang 'booom' banget. Tapi saya tetap tertarik untuk membaca buku beliau yang lain. 

Lumayan seru. Terjemahannya juga bagus kok. Tapi saya kurang tahu apakah ini terjemahan langsung dari bahasa Jepang atau dari edisi bahasa Inggrisnya yang berjudul The Lake, karena tidak ada keterangannya di dalam buku. Walaupun ada beberapa typo atau kurang huruf, agak bisa dimaklumi. hehe

Kenapa ya kesan setiap saya membaca buku karya penulis Jepang itu temanya tidak jauh-jauh dari kesepian, kegalauan, kesendirian (loneliness), bunuh diri. Saya sebelumnya membaca beberapa karya penulis klasik Jepang seperti Natsume Soseki, Yasunari Kawabata, dan Yukio Mishima. Rahasia Hati karya Natsume Soseki itu membuat hati saya benar-benar kosong setelah membacanya. Efek post-readignya itu luar biasa 'pahit' tapi saya sangat menikmatinya. haha. Itu salah satu buku favorit saya sepanjang masa. Buku gilaaa.

Next baca karya penulis Jepang yang mana lagi ya? Jangan lupa baca buku! Happy reading, pals! XOXO


PS: Oh iya, aku suka banget sama tokoh Mino di buku ini. Mino itu temannya Nakajima, sosoknya juga ganjil, misterius. Baca deh biar gak penasaran.

Comments

Popular Posts