Liputan Malam Kesenian Rusia, Serasa Berada di Masa Perang Dunia II

 


Saya merasa seperti berada di abad ke-18 ketika mendengar lantunan lagu-lagu Rusia dibawakan para penampil di Malam Kesenian Rusia. Lagunya enak-enak walaupun saya tidak paham artinya, dan membawa saya terbang jauh ke suatu tempat yang jauh puluhan tahun silam pada masa ketika saya belum lahir, dan bahkan kedua orang tua saya belum lahir pada saat itu.

Vibe dan feeling seperti itu yang saya rasakan. Bahkan saat lagu perang dilantunkan, saya serasa tengah berada di suatu tempat yang sepi ketika diberlakukan jam malam ketika Perang Dunia II sedang berlangsung.

Suasana seperti itu saya rasakan saat dilantukan beberapa lagu Rusia seperti Kalina, Katyusha, Dia Tidak Kembali dari Perang, Tidak Mungkin Ada Perempuan Secantik Kamu (indah ya judulnya), Tentara Rusia Paling Kuat, Malam Hari di Pinggir Kota Moskow, dan Berbakti Pada Rusia.

Perasaan seperti itu juga yang saya rasakan ketika membaca buku All The Light We Cannot See karya Anthony Doerr. Buku itu latarnya memang saat PD II tapi bukan di Rusia melainkan Prancis dan Jerman.

Malam itu tidak ada yang membahas soal situasi terkini di Rusia, yang masih berperang dengan Ukraina. Tapi di sela-sela acara, terdengar teriakan "Uraaaa!", kata yang banyak terdengar di awal perang hehe

Asik dan seru. Ada juga lagu Sunda, Panon Hideung yang dibawakan dalam bahasa Rusia. Sebenarnya ada lagu Rusia yang melodinya sama dengan Panon Hideung dan dibawakan bergantian oleh Wakil Dubes Federasi Rusia untuk RI, Ibu Veronika Novoseltseva dan Pengurus GP Ansor Pusat, bapak Abdul Aziz Wahid.



Abdul Aziz juga tampil membawakan mars NU, Yalal Wathon yang diubah liriknya ke dalam bahasa Rusia.



Malam Kesenian Rusia berlangsung pada Kamis (16/3/2023) malam di kediaman Dubes Rusia, ibu Lyudmila Vorobieva. Para penampil malam itu juga berasal dari mahasiswa dan dosen Universitas Indonesia. Ada yang membacakan puisi karya penyair Rusia seperti Alexander Pushkin, F. Tyuchev, V. Shefner, R. Rozhdestvensky, dan M. Lermontov.

Lumayan seru. Hiburan gratis buatku menjelang akhir pekan hehe.

Dubes Rusia untuk RI, Lyudmila Vorobieva (dress krem) berdansa diiringi lagu Tidak Mungkin Ada Perempuan Secantik Kamu


Wakil Dubes Rusia, Veronika Novoseltseva (tengah)
 membawakan lagu Panon Hideung








Kalau liputan agenda dubes itu memang seringkali agak ketat. Awalnya saya gak dikasih masuk sama security alasannya harus laporan dulu sama humas kedubes Rusia. Saya disuruh nunggu lama di luar, padahal acara sudah mulai. Saya juga sudah menunjukkan undangannya, menunjukkan ID Pers saya. Tapi tetap aja disuruh diam enggak jelas di depan pintu.

Terus saya mikir, apa karena pakaian saya? Malam itu saya pakai kaos dan jeans, pakaian yang saya pakai ke kantor. Saya juga baru diinformasikan ada undangan itu siang, setelah sampai di kantor. Kalau sehari sebelumnya kan bisa dari kos pakai batik.

Akhirnya saya dikasih masuk setelah ada satu teman wartawan lain yang datang. Pas teman wartawan itu datang, langsung dikasih masuk. Terus saya tanya bapaknya, "Kalau saya gimana pak? Boleh masuk?" 

Akhirnya dikasih. Hadeeeeh. Gue juga enggak mungkin datang kalau gak diundang. Sedih dan kesel banget dikacangin. 

Abis liputan, langsung cari makan di dekat wisma dubes. Laper banget. Dan kaget pas bayar, ternyata murah banget, cuma Rp15.000 nasi lalapan pecel lele. Kukira makan daerah Kuningan yang kawasan elit itu mahal-mahal walaupun di street foodnya. Senang! Mana enak juga masakan bapak dan ibu yang jualan. Lebih kaget lagi temanku bayar Rp10.000, dia pesan bubur ayam.

Kenyang dan senang, kantong juga enggak kempes hahahah

Sekian pengalaman liputan seruku!

Xoxo


Tonton videonya di sini hehe:



Comments

Popular Posts