Resensi Buku "100 Soneta Cinta" Pablo Neruda

 

Judul: 100 Soneta Cinta

Penulis: Pablo Neruda

Penerjemah: M Aan Mansyur

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun: 2019

Cinta ialah kota yang gila dengan manusia berkerumun memucat di beranda. 

(Soneta LXXI)

Rasanya sudah lama sekali enggak baca puisi. Dan akhirnya di awal tahun ini mulai membaca lagi buku puisi dan pilihan jatuh ke bukunya Pablo Neruda.

Waktu favorit saya membaca puisi adalah di malam hari. Ketika suasana mulai senyap di mana orang-orang telah berangkat tidur.

Kebiasaan saya membaca puisi adalah ditemani musik instrumen seperti musiknya Lindsey Sterling, Yiruma, The Piano Guys, dan lain-lain. Ini membuat saya semakin menghayati dan lebih berkonsentrasi dalam memaknai apa yang saya baca.

Ini adalah salah satu buku yang saya pinjam di Perpustakaan Nasional dan saya habiskan dalam dua malam. Sesuai judulnya, buku ini berisi soneta yang khusus dipersembahkan Neruda kepada istrinya, Matilde Urrutia. Sweet sekali ya huhuhu.

Buku ini dibagi menjadi empat bab atau bagian berdasarkan permulaan waktu; Pagi, Siang, Petang, dan Malam.

Sebagian besar isinya memang tentang pengungkapan rasa cinta seorang suami kepada istrinya. Melalui soneta ini, Neruda mengajak kita mengenang kembali masa-masa awal dia bertemu dan jatuh cinta kepada Matilde, kehidupan rumah tangga mereka, dan kesedihannya ketika Matilde lebih dulu berpulang, bagaimana dia menanggung kerinduan terhadap mendiang istrinya.

cinta adalah tabrakan hebat ledakan petir yang beradu,
dua tubuh yang rubuh ditaklukkan oleh setetes madu... 

(Soneta XII)

Dari beberapa soneta, kita bisa memahami bahwa penulis kelahiran Chili 12 Juli 1904 itu sangat menghargai istrinya, memuji bagaimana istrinya bisa mengurus berbagai hal dalam rumah tangganya seperti dalam penggalan soneta-soneta berikut ini:


Segala apa yang kaukerja menjadi bunga, sekaya bumi.

 (Soneta XXXIV)

Beginilah cara kau hidup menjadi segala apa yang hidup. 

(Soneta XXXIV)

Dan seluruh kesengsaraan kita pecah berhamburan, jiwa berembus bagai angin,
di sini di tempat di mana kita hidup
akan bersih kembali, dan tersaji lagi roti segar di meja. 

(Soneta XLI)

Indah, bukan?

Terjemahan Aan Mansyur juga sangat bagus dan sama indahnya dengan beberapa soneta dalam bahasa Inggris pernah saya baca.

Banyak soneta yang menjadi favorit saya, tapi yang paling saya suka adalah Soneta XVII. 





Pablo Neruda dianugerahi Nobel Sastra pada 1971. Dia meninggal tahun 1973 karena penyakit leukimia dan dimakamkan di Isla Negra bersama istrinya, Matilde. Bersama sampai liang lahat ya. Cinta mereka abadi dan terus abadi melalui karya-karyanya.


Hari ini ialah hari ini, dengan beban semua hari lalu, dengan sayap dari segala yang akan terjadi esok lusa; hari ini ialah lautan Selatan, alir air sungai purba, bangunan dari sebuah hari yang baru saja tercipta

 (Soneta LXXVII)

Saya selesai baca buku ini tepat pukul 01.00 pada 13 Maret 2023. Besok baca buku puisi apalagi ya?

Jangan lupa baca buku! Xoxo






Comments

Popular Posts