Review Film "Hotel Mumbai"


Source: Pinterest


Aura kengerian pasca menonton film ini tetap terasa walaupun telah keluar dari studio. Saya membayangkan teroris yang tadi dengan santainya membantai orang-orang tak berdosa masih berkeliaran di jalan, lalu menyelinap masuk halte bus, dan bahkan ada yang di dalam bus yang saya tumpangi bersiap melakukan aksi brutalnya.

Hotel Mumbai adalah salah satu film terbaik yang saya tonton tahun 2019 ini.  Sepanjang film berisi ketegangan, suara tembakan, dan kengerian. Hanya dalam beberapa adegan penonton diberikan kesempatan bernafas sejenak, dan bahkan di tengah pertunjukan kebrutalan itu diselipkan satu adegan lucu, walaupun hanya sejenak.

Hampir sepanjang film, saya merapal istighfar atas kekejaman itu. Betapa sedihnya saya melihat agama dijadikan dalih untuk membantai orang yang tidak punya salah.

Betapa herannya saya, kenapa manusia bisa sekeji itu, killing people carelessly, layaknya membunuh nyamuk. 

Film dibuka dengan adegan para pelaku teror ini menyeberang menggunakan perahu karet di perairan Mumbai. Dari sebuah pantai itu, mereka kemudian menuju stasiun kereta api, tempat serangan pertama.

Sementara itu, para staf Hotel Taj Palace Mumbai tengah bersiap menyambut keluarga Zahra (Nazanin Boniadi) dengan David (Armie Hammer). Zahra adalah seorang muslim yang memiliki anak out of wedding lock dengan David dan kemudian menikah. David adalah seorang warga Amerika.

Setelah melakukan aksi teror di stasiun kereta api, para pelaku ini kemudian melanjutkan aksinya di sebuah kafe dan lantas masuk ke Hotel Taj.  Di sinilah aksi kebrutalan yang paling sadis dan paling lama.

Walaupun diambil dari kejadian nyata, Hotel Mumbai mengambil sudut pandang dari keberanian para pegawati hotel khususnya kepala chef (Anupam Kher) yang begitu bertanggung jawab atas keselamatan para tamunya. Ada juga pelayan bernama Arjun (Dev Patel) yang seorang penganut Sikh berusaha membantu para tamu bersembunyi. Para pekerja hotel ini beranggapan tamu layaknya dewa yang harus dilayani dengan baik.

Saya tidak mau menulis lebih panjang karena takut spoiler, namun intinya film dapat membuka mata kita semua bahwa kebencian terhadap orang yang berbeda itu tidak boleh dipelihara karena sangat berbahaya. Mereka yang melakukan aksi teror ini adalah anak-anak muda usia produktif. Saya tidak yakin bahwa faktor ekonomi penyebab utama mereka melakukan ini, tapi ini akibat dari indoktrinasi sehingga mereka memiliki pemahaman yang sangat radikal.

Salah satu adegan yang menyesakkan dada saya adalah ketikan salah seorang pelaku, Imran menelpon ayahnya. Ayahnya dengan doa yang tulus mendoakan keberhasilan anaknya yang dikiranya tengah mengikuti pelatihan, padahal anaknya tengah melakukan teror. Imran pun menangis dan mungkin merasa sangat berdosa dengan aksi yang dia lakukan. Imran juga dijanjikan sejumlah uang yang akan dikirim ke orang tuanya jika bersedia melakukan aksi keji itu. 

Setelah menonton, saya berjanji saya akan lebih menyayangi orang-orang terdekat saya, menjadi orang yang penuh kasih kepada sesama dan menghargai orang lain. Semoga kejadian serupa tak akan pernah terjadi lagi di belahan dunia manapun.

Saya juga kemudian banyak mencari video dan literatur tengan aksi teror yang terjadi tahun 2008 itu. Tahun itu saya masih kuliah dan saya kok enggak begitu ngeh ya dulu dengan kejadian ini. Mungkin karena media online belum berkembang pesat seperti sekarang. 

Saya sih kasih film ini 10/10 deh. Keren banget. Wajib tonton!

Comments

Popular Posts