Jatuh Cinta dengan Diri Sendiri



Saya kerap mendengar pesan dari para bijak bestari untuk mencintai diri sendiri. Ketika kita telah bisa mencintai diri kita sendiri, kita akan berani menunjukkan kepada dunia, kepada sekeliling kita bahwa kita bangga menjadi diri sendiri. This is me, this is the real me, tanpa perlu consent orang lain.

Kita akan lebih berani menyatakan pandangan kita, berpenampilan sesuai dengan diri kita, karena kenyamanan diri sendiri adalah lebih penting dari consent orang lain. Dan di usia 30-an, saya berhasil menemukan diri saya, saya berhasil mencintai diri saya dengan lebih dalam, saya semakin mengenali diri sendiri.



Bulan April adalah bulan kelahiran saya dan beberapa hari lalu saya berulang tahun ke-32 tahun. Saya single. Di usia seperti ini, 30 tahun ke atas, kerap dianggap usia kritis bagi perempuan lajang. Stigma perawan tua masih berlaku di kampung-kampung dan disematkan bagi perempuan yang belum menikah hingga usia 30 tahun lebih. Banyak teman-teman saya di kampung yang telah menikah, punya anak dua, dan bahkan ada yang telah menikah lebih dari sekali. Tak jarang saya dibandingkan dengan mereka dan pertanyaan kapan menikah sudah tak perlu dibahas karena itu kerap saya dengar dari keluarga maupun teman-teman sendiri.

Saya tak lagi persoalkan pertanyaan 'kapan nikah' itu. Karena hidup saya terlalu singkat hanya untuk memikirkan pernikahan. Jadi saya selow saja, menikmati dan merayakan hidup serta berbahagia.

Kembali ke judul tulisan ini, jatuh cinta dengan diri sendiri, mungkin karena itulah saya saat ini merasakan sangat asyik sendiri. Kehadiran laki-laki tak terlalu mendesak bagi saya. Saya merasa cukup dengan diri saya sendiri.

Bukan berarti saya tak memiliki ketertarikan pada pernikahan. Saya tertarik dengan pernikahan, tapi bagi saya itu bukan suatu pencapaian yang harus saya kejar. Terpenting adalah kebahagiaan diri sendiri dan rasa cinta untuk diri sendiri tak akan berkurang.

Di usia ke-32 tahun ini, saya bersyukur kepada Tuhan karena kehidupan yang luar biasa ini. Di ujung usia ke-31 tahun, saya merayakannya dengan salat, berzikir, baca Alquran dan berdoa mengucap syukur dan mendaraskan harapan-harapan. Dalam doa, saya meminta Tuhan menyampaikan salam cinta, salam hormat, dan terima kasih saya kepada almarhum bapak yang telah membesarkan, mendidik, dan menyekolahkan saya. Tak lupa juga saya mendoakan ibu saya agar di sisa usia ini saya bisa selalu membahagiakan dan berbakti kepada beliau.

Saya pun tak lupa menghadiahi diri saya dengan sejumlah hadiah karena bagi saya usia 32 adalah luar biasa, entah kenapa, mungkin karena saya bisa lepas dari masa lalu. Saya menghadiahi diri saya sebuah ponsel Samsung A20, hadiah termahal yang mampu saya beli  hahahah. Tak lupa juga saya hadiahi diri saya dua buku tentang feminism seperti gambar di atas.

Semoga saya bisa terus merdeka, berbahagia, dan semakin mencintai diri sendiri. Happy birthday to me. Hahaha




Comments

Popular Posts