Review Film "Drive My Car"

 


Sutradara: Ryusuke Hamaguchi 

Tahun: 2021 

Pemain: Hidetoshi Nishijima, Toko Miura, Reika Kirishima, Park Yu-rim, Jin Dae-yon, Sonia Yuan, Masaki Okada, Satoko Abe 


"Waktu tetap berputar. Masa lalu dan masa kini memudar"


Film ini ramai dibicarakan dan diapresiasi di Twitter, terlebih setelah masuk nominasi Oscar 2022. Saya tentu penasaran. Tapi awalnya saya menduga film ini tentang orang balapan mobil. LOL. Hahaha. 

Iya memang latar utamanya salah satunya di dalam mobil. Tapi ceritanya jauh meleset dari dugaan saya. Film ini membuat saya terkesima. 

Drive My Car ini merupakan adaptasi cerita pendek dari buku Haruki Murakami yang berjudul Onna No Inai Otoko Tachi (Men Without Women). Mengisahkan tentang seorang aktor teater Yusuke Kafuku (Hidetoshi Nishijima) yang ditinggal mati istrinya, Otto Kafuku (Rieka Kirishima). 

Drive My Car membawa kita menyelami kesedihan Kafuku, kesedihan yang tidak pernah dia ungkapkan tapi diam-diam mengendap dan semakin dalam. Mobil merah yang selalu dia kendarai sendiri kemana-mana sembari mendengarkan rekaman dialog drama yang dibawakan istrinya adalah saksi kesedihannya. Berkendara adalah salah satu cara Kafuku menguraikan kesedihannya. 

Sebenarnya kesedihan Kafuku tidak hanya bermula ketika dia menemukan istrinya tergeletak tak bernyawa di rumah mereka. Tapi ketika dia dan Otto kehilangan putri mereka yang berumur empat tahun karena pneumonia. Sejak kehilangan anak mereka, hidup mereka tak pernah sama lagi, walaupun hidup mereka tampak baik-baik saja. 

Kafuku sangat mencintai istrinya. Ketika dia melihat istrinya berhubungan seks dengan aktor muda, Koji Takatsuki (Masaki Okada) di dalam kamar mereka, Kafuku tidak bereaksi apapun dan pergi menenangkan diri tanpa sepengetahuan istrinya. Kesedihan dikhianati ia pendam sendiri. 

"Oto mengkhianatiku secara wajar saat dia mencintaiku. Kami benar-benar sangat terikat, lebih dari siapapun. Dia terus menahan dirinya, di tempat yang tidak kulihat, di suatu tempat yang begitu kelam." 

"Yang paling kutakutkan adalah kehilangan dia."

Kafuku dan Otto punya kebiasaan unik saat berhubungan seks. Mereka bercinta sembari mendengarkan cerita fiktif Otto tentang seorang perempuan muda yang menyusup ke rumah laki-laki gebetannya, masuk ke kamar, dan masturbasi. Karena Otto selalu lupa kelanjutan ceritanya, Kafuku menulisnya dan mengingatkan Otto sampai sejauh mana ceritanya. 

"Dia mendengar keheningan. Keheningan yang begitu kuat  bagai suara dari alat bantu dengar, mengisi ruangan." 

Setelah kematian Otto, Kafuku pergi ke Hiroshima menggunakan mobilnya untuk audisi calon pemain pementasan teater "Paman Vanya", adaptasi dari cerita Anton Chekov. Kafuku adalah sutradara sekaligus pemain teater yang menggunakan multibahasa dalam pementasannya, bahkan ada juga yang memakai bahasa Indonesia. 

Di Hiroshima, Kafuku bertemu Misaki Watari (Toko Miura), perempuan muda yang ditugaskan menjadi sopirnya, yang disiapkan tim audisi di sana. Kafuku awalnya menolak karena lebih suka berkendara sendiri, tapi akhirnya dia mau tak mau menerima. 

Kafuku dan Misaki adalah sosok yang mirip. Sama-sama pendiam, tenang, bicara seperlunya, dan memendam kepedihan yang sama. Misaki kehilangan ibunya dalam bencana tanah longsor dan dia merasa bersalah. Dia harus melanjutkan hidup dengan merantau sendiri ke Hiroshima, bermodal kemampuan menyetir. 

Awalnya hubungan sopir dan penumpangnya ini sangat kaku. Lama-lama mereka saling terbuka dan berbagi kesedihan hidup yang mereka alami. 

Saya suka sosok Misaki yang agak sinis, jutek, cuek, dan masa bodo. Saya juga sangat suka dengan Kafuku yang sangat berkharisma, pembawaannya tenang, dan bisa mengelola emosinya dengan baik. 

Film ini durasinya hampir tiga jam, tapi tidak terasa membosankan. Dialognya sepanjang film sangat indah dan menyentuh. Kesedihan itu tidak hanya bisa kita rasakan melalui dialog antar tokohnya tapi juga kemampuan pemainnya mengekpresikan kesedihan melalui gerak tubuh dan penjiwaan. Ini seperti membaca puisi tapi dalam bentuk gambar bergerak. Gila bagus banget film ini. 

Ada satu adegan yang paling saya suka ketika Kafuku dan Misaki merokok di dalam mobil. Itu maknanya sangat dalam. Selain itu saya juga paling suka adegan di dalam mobil di mana Kafuku ngobrol sama Koji Takatsuki. Kenapa Takatsuki yang meniduri Otto bisa semobil? Takatsuki terpilih memerankan Paman Vanya dalam audisi lalu mereka berkenalan. Maaf spoiler. Hehe 

"Meski menurutmu kau mengenal seseorang dengan baik, walaupun kau sangat mencintainya, kau tak bakalan bisa tahu hati seseorang. Kau cuma akan terluka. Tapi jika kau berusaha, harusnya kau bisa tahu ke dalam hatimu sendiri dengan baik. Pada akhirnya yang mesti kita lakukan adalah jujur pada hati kita dan menghadapinya dengan ikhlas. Jika kau mau memperhatikan seseorang maka satu-satunya pilihanmu melihat diri sendiri dan mendalam." 

"Kita harus jalani hari-hari yang sangat panjang dan melewati malam-malam yang panjang. Kita harus sabar menghadapi cobaan yang ditakdirkan kepada kita. Meski kita tak bisa beristirahat, kita akan terus bekerja untuk orang lain baik sekarang maupun kita sudah tua. Dan di saat ajal kita tiba, kita akan pergi dengan tenang. Dan di alam baka (great beyond), kita akan bilang pada-Nya apa yang kita derita, kita menangis, kalau hidup itu sulit. Dan Tuhan akan kasihan pada kita. Lalu kau dan aku melihat sesuatu yang cerah, yang indah bagaikan mimpi di depan mata kita. Kita akan bersuka cita (we shall rejoice) dan dengan senyum manis (tender smile) di wajah kita, kita melihat kembali kesedihan kita saat ini. Dan akhirya kita bisa beristirahat." 

Sumpah ya, kalian harus nonton ini. Bagus banget. Tak heran film ini masuk nominasi Best Picture Oscar.

Comments

Post a Comment

Popular Posts