Resensi Buku "Kuda"

 

Pic source: Gramedia.com

Penulis: Panji Sukma

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun: 2022


"Pemangku kuasa berganti, sistem berubah, kecuali watak korup yang sepertinya telanjur mendarah daging."


Buku novel tipis hanya 100 halaman ini cukup seru, tapi masih banyak hal yang bikin saya penasaran dan tidak menemukan jawabannya sampai di akhir buku. Setelah menamatkan halaman terakhir, saya bilang "yaah gini doang?"

Walaupun demikian, saya sangat menikmati membaca keseluruhan ceritanya. Mengingatkan saya pada seorang tokoh politik ternama, yang mungkin memang penulis terinspirasi dari beliau haha

Kuda adalah nama tokoh utama dalam buku ini. Ia seorang pemuda anak dari seorang pembuat keris ternama, Empu Abimanyu atau Manyu dan Marini. Ibu Kuda meninggal ketika melahirkannya dan dibesarkan hanya oleh ayahnya.

Empu Manyu adalah pembuat keris yang menjadi langganan para pejabat di pusat. Ketika di zaman Orde Baru, banyak pejabat yang datang kepadanya untuk dibuatkan keris. Itulah sumber penghasilan Empu Manyu dan dikenal sangat dermawan di desanya.

Namun ternyata, ada rahasia besar yang disimpan Empu Manyu, khususnya terkait Kuda. Mengapa putranya dinamakan Kuda juga menjadi misteri dan tidak diketahui sebabnya.

Gara-gara Kuda pula yang membuat Empu Manyu bersengketa dengan sahabat dekatnya, Abdul Aziz. Abdul Aziz adalah seorang jenderal menantu petinggi militer di pusat. Dia pernah diasingkan ke Yordania. Karena Abdul Aziz pula, Empu Manyu banyak dikenal kalangan pejabat di pusat sebagai pembuat keris yang paling ampuh.

Alur buku ini memang tidak beraturan. Banyak sekali tokoh yang nanti pada akhirnya saling terkait satu sama lain, membentuk satu cerita utuh.

Saya suka dengan latar suasana desa zaman dulu dalam buku ini, mengingatkan saya pada syahdunya latar desa dalam trilogi Ronggeng Dukuh Paruk.

Saya harap cerita ini agak lebih panjang sedikit sampai pertanyaan saya terjawab. haha. Ada satu adegan yang ingin saya protes dalam buku ini ketika Empu Manyu dan Abdul Aziz saling serang. Tapi kenapa ajudan Abdul Aziz diem doang dan cuma jadi penonton melihat pertarungan dua orang itu? haha. Maaf ya agak spoiler dikit.

Tapi so far, ini cukup seru dan menarik. Ada unsur sejarahnya juga. Bisa dibaca sekali duduk karena hanya 100 halaman.

Jangan lupa baca buku, folks!


"Sungguh, dianggap kaya padahal miskin adalah beban hidup yang terasa menggerogoti jiwa. Tidak seperti emas yang meski jatuh di comberan tetap emas. Manusia sekali lepas sumur emas, jatuh ke comberan paling dalam penuh lumpur dan endapan tahi."

Comments

Popular Posts