Resensi Buku "Stories of the Caliphs; The Early Rulers of Islam"



 



Penulis: Denys Johnson-Davies

Ilustrator: Ashraf Abdel Azim

Penerbit: Bloomsbury, Qatar Foundation Publishing


Buku ini mengisahkan tentang kisah-kisah teladan dari sahabat Nabi Muhammad SAW di antaranya Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib semasa hidup beliau, khususnya ketika beliau menjabat sebagai khalifah atau pemimpin. Selain itu, ada kisah-kisah penuh pelajaran dari khalifah yang berkuasa di dunia Arab selepas para Khulafaur Rasyidin. Seperti kisah dari Khalifah Muawiyah, Umar bin Abdul Aziz, Harun Al Rasyid, Al Mamoun, dan lain-lain.

Membaca buku ini membuat mataku berkaca-kaca, mengagumi akhlak mulia para sahabat dan khalifah. Kisah-kisah ini menjadi refleksi untuk diri sendiri, semoga teladan mereka bisa menjadi panduan bagi diri sendiri untuk bersikap.

Betapa mulia akhlak dan keimanan mereka. Aku sangat mengagumi keteladanan Bapak Umar bin Khattab ra. Sembari berdoa dalam hati semoga aku bisa berjumpa dengan beliau di surga nanti. Aamiin yaa Allah.

Di sini diceritakan beberapa kisah yang menggambarkan kesederhanaan Umar bin Khattab seperti rumahnya yang sangat sederhana walaupun seorang pemimpin besar. Bahkan salah satu utusan Raja Persia yang datang menemui beliau di Madinah sampai heran, Umar tidak tinggal di istana megah sebagaimana raja-raja Persia. Ketika utusan itu tiba di Madinah, dia mendapati Umar sedang berbaring di atas pasir dengan perisainya sebagai bantal. Utusan ini pun mengagumi kesederhanaan Umar bin Khattab ra.

"Betapa hebatnya pria ini, yang ditakuti oleh seluruh raja-raja, tapi berlaku seperti ini! Wahai Umar, Anda bertindak adil, jadi Anda merasa aman dan tidur lelap, sementara raja kami bertindak keliru, karena itu dia takut dan tak bisa tidur," kata utusan ini kepada dirinya sendiri saat melihat Umar bin Khattab ra.

Saya juga jadi merindukan sosok pemimpin seperti Umar bin Khattab. Sederhana dan adil. Bahkan rela memanggul sendiri tepung untuk rakyatnya yang kelaparan. Umar ra juga punya kebiasaan berkeliling setiap malam memeriksa wilayahnya dan rakyatnya apakah mereka hidup tenteram dan aman. Masyaallah.

Ada tiga kisah teladan dari Ali bin Abi Thalib yang dikisahkan dalam buku ini. Salah satunya tentang kasus perebutan perisai dengan seorang Yahudi. Ali bin Abi Thalib kehilangan perisai yang kemudian beliau temui dipakai seorang Yahudi. Orang Yahudi ini mengklaim perisai itu miliknya.
Akhirnya mereka mendatangi hakim untuk memutuskan siapa pemilik perisai sebenarnya. Namun hakim mensyaratkan Ali bin Abi Thalib harus menghadirkan saksi yang dapat memperkuat bahwa perisai itu miliknya. Tapi saksinya adalah putra beliau sendiri, Hassan ra. Namun menurut hukum seorang anak tidak bisa menjadi saksi untuk ayahnya, Ali bin Abi Thalib tidak bisa menentang aturan hukum. Namun akhirnya Yahudi itu masuk Islam karena melihat kejujuran hakim dan Bapak Ali bin Abi Thalib yang tetap taat pada hukum walaupun beliau sendiri sebagai khalifah dan berkuasa.

Saya juga merindukan pemimpin seperti Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang dikenal karena kesederhaan beliau. Bahkan beliau pun hanya punya satu baju. Masyaallah. 

Salah satu kisah yang buat saya tersentuh adalah cerita berjudul Lilin. Pada suatu ketika ada utusan datang dari salah satu wilayahnya yang paling ujung. Saat utusan ini datang pada malam hari, Umar bin Abdul Aziz meminta pegawainya menyalakan lilin lalu mereka mengobrol terkait perkembangan wilayah dan keadaan masyarakat di sana. Lalu setelah selesai, si utusan ini bertanya keadaan Umar bin Abdul Aziz dan keluarganya. Umar memerintahkan lilin dimatikan dan diganti dengan lampu minyak.

Kenapa?

Karena lilin adalah properti pemerintah sedangkan lampu minyak adalah properti pribadinya. Beliau enggak mau ketika membahas masalah pribadi memanfaatkan properti pemerintah. MasyaAllah. 
Bayangkan, di mana elo bisa dapat pemimpin seperti ini di zaman sekarang? Yaa Allah Yaa Rabb.

Ada juga kisah lucu yang membuat saya tak berhenti ketawa hahaha.

Pertama waktu zaman Khalifah Harun Al Rasyid dari Kekkhalifahan Abbasiyah di Irak. Tentang seseorang yang diberi hadiah dan dihukum setelah memamerkan kemampuannya di hadapan sang Khalifah, memasukkan jarum ke dalam lubang jarum wkwkkwk.

Khalifah memberikan pria ini hadiah atas kemampuannya tapi kemudian dihukum. Pria ini heran kok malah dia dihukum. Terus kata sang Khalifah: "Saya memberikan dia hadiah karena kemampuan dan kepandaiannya, dan saya perintahkan dia dipukul karena membuang-buang waktunya atas sesuatu yang tak berguna." Hahahahaha

Kisah lucu juga berasal dari era Kekhalifahan Abbasiyah, yaitu di era kepemimpinan putra Harun Al Rasyid, Khalifah Mamoun. Ketika itu Mamoun bertanya kepada Imam Syafi'i kenapa Allah menciptakan lalat.

Imam Syafi'i kaget mendapatkan pertanyaan tidak terduga seperti itu. Lantas beliau menjawab: "Sebagai cara menunjukkan betapa raja dan penguasa itu tak penting."

Sang Khalifah tertawa mendengar jawaban itu dan menjawab: "Pasti tadi Anda lihat lalat hinggap di pipi saya."

Lalu Imam Syafi'i menjawab: "Benar. Anda bertanya sebuah pertanyaan yang saya tidak tahu jawabannya. Tapi waktu saya lihat lalat itu hinggap di bagian tubuh Anda di mana seorang tentara dengan seribu pedang dan tombak pun tak akan berani menyentuhnya, jawaban itu muncul." Hahaha.

Kisah lainnya adalah tentang Khalifah Mutawakkil yang pergi berburu. Sang Khalifah menembak seekor burung tapi lolos. Tapi salah seorang temannya bilang, "Wah hebat." Tapi sang khalifah marah, merasa diejek. Temannya lantas menjawab, "Enggak. Anda melakukan yang terbaik untuk burung itu." Hahahah

Buku ini tipis dan bisa dibaca sekali duduk. Ada ilustrasi juga. Kisah-kisah ini bisa dibacakan ulang untuk anak-anak, untuk mengenal lebih dekat para sahabat Nabi Muhammad SAW. Banyak ibrah yang bisa kita dapat. Semoga kita bisa meneladani beliau-beliau ini.

Jangan lupa baca buku! Xoxo!


Comments

Popular Posts