Resensi Buku "Fira dan Hafez" - Cinta Sejati dan Ketegaran Fira
Judul Buku : Fira dan Hafez
Penulis : Fira Basuki
Penerbit : Grasindo; Juni 2013
Cinta adalah misteri tak berakhir. Pun tidak ada sesuatu yang bisa menjelaskannya (Rabindranath Tagore)
Definisi cinta yang dikatakan oleh penyair India, Rabindranath Tagore
tersebut mungkin bisa menggambarkan kisah hidup seorang Fira Basuki.
Tepatnya kisah cinta yang menghiasai hidupnya.
Iya, cinta memang dapat dikatakan sesuatu yang sangat abstrak, tak
teraba secara nyata, namun hanya bisa dirasa. Rasa cinta yang
dianugerahkan kepada setiap hati manusia tak selalu berakhir bahagia,
tapi terkadang berakhir nestapa.
Berbicara cinta memang tak ada habisnya. Cinta adalah inspirasi luar
biasa yang tak akan pernah habis dieksplorasi melalui berbagai medium.
Buku Fira dan Hafez, salah satunya.
Membaca buku yang dapat disebut autobiografi sang penulis ini dapat
meyakinkan kita, pembaca tentang keberadaan cinta sejati. Iya, cinta
sejati itu memang ada. Tapi persoalan kita bertemu dengan cinta sejati
itu adalah persoalan waktu. Fira Basuki, seorang penulis, jurnalis, dan
pemimpin redaksi majalah wanita ternama ini menemukan cinta sejatinya
setelah puluhan tahun berstatus sebagai janda.
Fira dan cinta sejatinya atau yang disebutnya sigaraning nyawa
(garwa) yang dalam bahasa Jawa berarti setengah nyawa, dipertemukan
secara tak terduga. Dalam sebuah acara, tak sengaja ia bertemu dengan
Hafez, seorang pria yang lebih muda 11 tahun darinya. Singkat kata,
mereka pun jatuh cinta.
Menjalin hubungan dengan seorang wanita yang usianya jauh lebih tua
dari si pria belum terlalu dianggap lumrah dalam budaya kita. Namun
Hafez tetaplah yakin dengan keputusannya untuk menikahi Fira. Akhirnya
jalan pernikahan dipilih untuk mengikat hubungan cinta mereka.
Tak lama setelah menikah, akhirnya Fira mengandung buah cintanya
dengan Hafez. Kehidupan mereka semakin bahagia dengan kehadiran calon
bayi di rahim Fira. Sebelumnya Fira pernah menikah dengan pria Filipina
dan dikaruniai seorang puteri bernama Syaza Calibria Galang berusia 11
tahun. Calon bayi di rahim Fira adalah anak pertama dari Hafez. Maklum,
Hafez belum pernah menikah sebelumnya.
Kehidupan pernikahan yang bahagia, suami yang sangat menyayangi dan
mencintainya, serta calon bayi yang dikandungnya menjadi harta tak
ternilai bagi Fira. Tapi siapa sangka, ujian Tuhan selalu datang tak
terduga. Cinta sejati itu haruslah berakhir. Dalam waktu usia pernikahan
seumur jagung, Hafez meninggal dunia secara mendadak.
Bisa dibayangkan bagaimana seorang Fira Basuki diuji oleh Tuhan.
Masih dalam suasana pengantin baru, hamil muda, pernikahan berjalan
sekitar empat bulan, ia harus ditinggal oleh suami untuk selama-lamanya.
Selain mengisahkan cerita cinta Fira Basuki dan Hafez Agung Baskoro,
buku Fira dan Hafez ini juga berkisah bagaimana Fira Basuki bangkit dari
kesedihannya. Ketegaran dan keikhlasan Fira dengan ujian hebat dapat
menjadi pelajaran berharga. Bahwa hidup memang tak lepas dari ujian dan
cobaan. Dalam hidup, kebahagiaan dan kesedihan seakan berlomba-lomba
menghampiri manusia. Sekarang sedih, besok bahagia, sekarang bahagia,
besok bisa jadi akan ada kesedihan. Fira Basuki bisa melaluinya,
kuncinya ikhlas dan tegar.
Published on Suara NTB, 16 Agustus 2013 (www.suarantb.com)
Comments
Post a Comment