Masa Depan yang Paling Pasti adalah Kematian
Aku sangat kaget. Ketika tatapanku
tertuju pada sosok di hadapanku yang sedang terkulai lemah di atas ranjang kayu
itu. Kekagetanku semakin besar ketika aku lihat tubuh itu kini hanya tulang
berlapis kulit tipis. Tulang-tulang di tubuhnya menonjol keluar. Tulang
punggung, tulang lengan dan tangannya seolah-olah akan segera menyobek kulit
tipis itu. Ia tak berdaya. Untuk berjalan ke kamar mandipun yang jaraknya hanya
beberapa jengkal kaki dari kamar dimana ia berbaring, rasanya butuh tenaga yang
sangat besar. Itupun harus disangga oleh dua orang di kiri dan kanannya sebagai
pegangan.
Aku tercekat diam. Badan yang dulu kuat
itu kini semakin lemah tak berdaya. Dulu badan itu begitu liat dan kuat
walaupun matahari garang menyengat. Itulah badan yang dulu tiada mengenal lelah
bekerja demi anak-anaknya di sawah. Siang, malam. Tanpa henti walaupun nasib
baik tak selalu berpihak pada petani. Itulah tangan dan kaki yang kini sangat
kurus dan lemah, yang pernah menuntunku melewati setapak gulita setelah selesai
mengaji di surau kampung.
Melihat perubahan yang menurutku cukup
drastis ini, aku hanya bisa berdoa. Semoga tubuh tak berdaya itu kembali kuat,
badan yang kurus itu kembali berisi, dan segala penyakit yang bersarang di
dalamnya segera sirna berganti sehat. Aku terus berdoa dan berdoa, agar beliau
diberikan usia yang panjang.
Memang beliau saat ini telah memasuki
usia lanjut, sekitar 80 tahun (walaupun aku ragu, mungkin saja kurang atau
lebih karena orang tua dulu tak pernah mencatat tahun kelahiran anaknya). Tapi
aku terus berdoa agar beliau sehat seperti dulu kala.
Melihat kakekku seperti itu, aku berpikir
bahwa masa depan kita yang paling pasti adalah kita akan menua dan pasti mati.
Kematian bukan hanya untuk mereka yang berusia lanjut, tapi bisa saja kematian
itu menghampiri anak-anak muda usia 20-an, 30-an, 40-an, 50 tahun ke atas atau
bahkan anak-anak. Anak kecil saja bisa meninggal dunia, apalagi aku yang hampir
30 tahun. Itulah sekelabat yang terbersit di pikiranku.
Kematian adalah masa depan yang pasti,
tidak akan meleset bagi siapapun yang
hidup di atas bumi ini. Ia akan datang pada saatnya, bisa cepat atau lambat.
Selama masih ada waktu, mari persiapkan diri dengan baik. Isi hidup dengan hal
bermanfaat. Raih mimpi-mimpi, terus berkarya, perbaiki diri setiap hari. Tebar
kebaikan kepada sesama. Sehingga pada saatnya kita menua dan menunggu waktu
untuk kembali pulang, semua sudah tuntas terbayar. Dan anak keturunan kita
serta masyarakat mengenang kita dengan segala kebaikan.
Note:
Tulisan ini aku buat pada saat kakekku, bapaknya almarhum bapakku sedang terbaring sakit, sekitar awal Oktober 2014. Dan Allah SWT memanggil kakek kembali pada-Nya pada hari Ahad, 19 Oktober 2014. Al-Fatihah.
Comments
Post a Comment