Resensi Buku "My Name Is Red" Orhan Pamuk
Judul : Namaku Merah Kirmizi (My Name Is Red)
Penulis : Orhan Pamuk
Penerjemah : Atta Verin
Penyunting : Anton Kurnia
Penerbit : PT Serambil Ilmu Semesta
Tahun : 2006
ISBN. : 979-1112-40-1
Halaman : 726
Butuh waktu lumayan lama sampai buku ini bisa
aku selesaikan. Sampai dua kali perpanjangan di Perpustakaan Kota Mataram,
tempat dimana buku ini aku pinjam. This
is the thickest book I ever read since I was born 28 years ago. LOL.
Aku baca buku ini mulai bulan Februari
pertengahan dan selesai Maret pertengahan. Sekitar sebulan, dan itu waktu yang
cukup lama bagiku. Sempat jeda juga karena aku sulit memahami ceritanya di
awal. Masih bingung. Tapi pada akhirnya tetap aku lanjutkan.
Kenapa aku tertarik baca buku ini? Utamanya karena
buku ini pemenang Nobel sastra tahun 2006. Waktu masih kuliah, aku sempat baca
ulasannya di koran Kompas dan aku berniat harus baca buku ini suatu saat, dan Thanks God, kesampaian akhirnya.
Jujur saja aku cukup sulit memahami buku ini
pada awalnya, karena banyak sekali tokoh-tokoh yang diceritakan. Apalagi buku
ini syarat dengan latar belakang sejarah masa-masa kejayaan kesultanan dan
penaklukan bangsa-bangsa. Serta berbagai istilah dan ulasan tentang seni lukis
dan ilustrator. Aku baru menikmati buku ini dan mulai paham arah ceritanya setelah
setengah bagian buku tebal ini aku baca.
Benim
Adim Kirmizi, dalan
bahasa Turki diceritakan dengan POV 1 di setiap babnya. Dari 59 bab yang ada,
tokohnya berbeda-beda dan tidak hanya manusia seperti Hitam, Shekure, Tuan
Osman, Esther, Kupu-kupu, Bangau, Zaitun, Pembunuh, Enishte, tapi ada juga
anjing, sesosok mayat, setan, pohon, merah, dan lainnya.
Setting dalam buku ini adalah Istanbul, waktu
kesultanan Ustmaniyah masih berjaya di ujung abad keenambelas. Sultan yang
berkuasa pada saat itu menginginkan ada sebuah karya yang menunjukkan
kejayaananya pada saat berkuasa yang bisa ditunjukkan kepada bangsa lain,
khususnya bangsa Barat. Sultan kemudian menugaskan pembuatan buku tak biasa yang
dihiasi ilustrasi para seniman terkemukan saat itu.
Banyak pertentangan yang akhirnya bermunculan
terkait seni ilustrator ini, khusunya terkait gaya yang harus dipedomani para
ilustrator. Ada kelompok yang ingin karya ilustrator murni dari gaya yang diciptakan
sendiri, tanpa mengacu pada hasil karya ilustrator Barat. Hal itu menurut
sebagian ilustrator adalah sesuatu yang salah karena dianggap meniru gaya orang
kafir. Dan ada juga kelompok yang menganggap tidak masalah mengikuti gaya
ilustrator dari Barat.
Kisah misterius pun muncul setelah dua orang
seniman atau ilustrator dibunuh oleh seseorang yang juga misterius. Yang
pertama dibunuh adalah miniaturis handal Elok Effendi dimana tubuhnya
dibenamkan di dalam sumur kering. Dan yang kedua adalah Enishte Effendi,yang
merupakan salah satu empu yang mengajari banyak ilustrator.
Sultan kemudian memerintahkan agar pembunuh Elok
dan Enishte segera ditemukan dengan memeriksa seluruh miniaturis. Hitam yang
merupakan keponakan sekaligus menantu Enishste diminta untk memecahkan misteri
tersebut bersama Tuan Osman, Kepala Iluminator Istana. Jika pembunuh tak segera
ditemukan, konsekuensinya seluruh miniaturis akan disiksa.
Salah satu petunjuk yang digunakan untuk
menyelidiki adalah kertas yang ditemukan bersama Elok Effendi di dasar sumur.
Kertas tersebut bergambar lukisan kuda yang hidungnya tak selesai secara
sempurna. Untuk meneliti gambar kuda tersebut, Sultan mengizinkan Hitam dan
Tuan Osman memasuki Ruang Penyimpanan Harta untuk memeriksa lukisan-lukisan
yang disimpan disana untuk melihat lukisan kuda tersebut mengacu ke milik
siapa.
Berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan di
dalam Ruang Penyimpanan Harta, ada tiga orang yang disangka melakukan
pembunuhan tersebut yaitu Kupu-kupu,Bangau, dan Zaitun. Ketiga orang ini adalah
murid Tuan Osman.
Memang membosankan di awal-awal buku ini. Tapi
akhirnya aku penasaran juga siapa sebenarnya pembunuh Elok dan Enishte dan apa
motivasinya. Bagian yang paling aku suka juga saat diceritakan kisah cinta
Shekure dan Hitam. Shekure, seorang janda yang suaminya diperkirakan tewas pada
saat perang melawan bangsa Persia. Hitam memendam perasaannya ke Shekure selama
12 tahun.Shekure memiliki dua anak dari suami pertamanya; Orhan dan Shevket.
Hitam juga seorang miniaturis yang banyak belajar dari pamanya, Enishte.
Hubungan Shekure kembali terjalin dengan Hitam
setelah Shekure kembali ke rumah ayahnya. Sebelumnya ia tinggal di rumah
mertuanya, tapi karena sering digoda Hasan, adik iparnya, ia akhirnya
memutusukan kembali ke rumah. Sebelum menikah, mereka saling berkirim surat
yang dititipkan melalui seorang perempuan Yahudi bernama Esther yang juga
penjual pakaian dan perhiasan keliling dari rumah ke rumah.
Aku suka dengan terjemahan buku ini. I do appreciate the translator. Beda
dengan buku Orhan sebelumnya, Istanbul yang diterbitkan penerbit yang sama, aku
kurang sreg dengan terjemahannya.
Ada juga kata-kata yang typo, tapi bisa dimaklumi karena begitu tebalnya buku ini. Those don’t really matter, terpenting
tetap bisa dipahami. Ketidakkonsistenan penggunaan kata dalam buku ini juga aku
temukan. Khusus untuk kata "frustrasi". Di awal-awal buku ini,
frustrasi ditulis tanpa r atau “frustasi”. Aku jadi bingung sebenarnya mana
yang benar. Tapi di bagian tengah, ditulis frustrasi. Tapi kembali lagi
digunakan kata frustasi.
Sepele sih memang tapi membingungkan juga yang
mana sebenarnya yang benar antara frustrasi
atau frustasi. Setelah buka KBBI, kata frustasi tidak aku temukan, yang
benar adalah frustrasi.
Bintang 4 untuk buku ini. Walaupun rumit, tapi
harus dibaca. Kita diajak untuk berkelana di masa lalu. Menjejaki tanah
Istanbul dan sejarah masa lalu.
Comments
Post a Comment