Resensi Buku "Hope" - Kisah Inspiratif Pahlawan Masa Kini
Judul Buku : Hope; Para Pahlawan Pembawa Harapan
Penulis : Endah Sulwesi dan Kurnia Effendi
Penerbit : Bentang Pustaka
Gelar pahlawan mungkin tidak hanya disematkan untuk para pejuang yang
bertarung di peperangan demi kedaulatan dan kemerdekaan negara kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Namun gelar itu bisa disematkan kepada tujuh
orang yang hidupnya didedikasikan untuk orang-orang yang termarginalkan
dan sesuatu yang banyak orang tidak peduli terhadapnya. Merekalah
pahlawan pembawa harapan, sesuai dengan judul buku ini.
Buku ini mengandung kisah-kisah inspiratif tentang kisah para
pahlawan masa kini tersebut. Mereka adalah Dadang Heriadi, Chanee Brule,
Fauzanah, Irina Among Pradja, Derajat Ginandjar Koesmayadi, Irma
Suryati, dan Sinta Ridwan. Ketujuh orang ini adalah peraih Kick Andy
Heroes tahun 2012 lalu. Kisah mereka pernah ditayangkan dalam acara Kick
Andy yang ditayangkan Metro TV.
Membaca buku ini dapat memberi perspektif baru tentang kehidupan.
Setelah membaca buku ini, sejenak pikiran kita akan mengundang tanya:
“Apakah yang sudah kita perbuat untuk kehidupan? Untuk sesama?”.
Pahlawan-pahlawan ini tidak hanya berwacana, tapi bekerja nyata untuk
kehidupan orang banyak yang lebih baik.
Dadang Heriadi, pria asal Tasikmalaya ini mendedikasikan hidupnya
untuk merehabilitasi orang gila yang ditemui di jalanan. Orang dengan
gangguan jiwa yang orang sering memandang sebelah mata justru menjadi
sangat berarti bagi Dadang. Dadang yang sebelumnya seorang PNS di PLN
rela keluar dari pekerjaannya demi membantu orang-orang dengan gangguan
jiwa agar mereka bisa sembuh dan hidup normal kembali.
Ia bersama beberapa orang memprakarsai terbentuknya Yayasan Keris
Nangtung, tempat rehabilitasi orang dengan gangguan jiwa. Orang-orang
gila dikumpulkan disana, dibersihkan, diberi pakaian layak, diberi
makan, diobati dan berbagai kegiatan lainnya. Tak sedikit orang gila
yang berhasil sembuh. Meski bukan orang kaya raya, dengan segala
keterbatasan materi, Dadang tidak pernah surut dengan niatnya tersebut.
Lain lagi kisah Irina Among Pradja. Sama dengan Dadang, Irina rela
keluar dari zona nyamannya, dari profesi dokter kemudian menjadi ibu
guru bagi para pemulung.
Keterbatasan tak membuat Irma Suryati putus harapan. Meskipun sebagai
penyandang cacat, ia berusaha bangkit dari keterbatasan itu dan
berhasil memberdayakan orang-orang difabel yang senasib dengan dirinya
untuk tidak bergantung dari orang lain melalui pembuatan barang-barang
dari kain perca. Penyakit lupus juga tidak merintangi langkah Sinta
Ridwan untuk melestarikan aksara kuno.
Sementara itu, seorang pria kelahiran Prancis, Chane Brule
mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan owa-owa atau gibbon, hewan
primata langka yang terancam punah di hutan Kalimantan. Jauh-jauh dari
negara Eiffel tersebut ia datang ke Indonesia karena rasa cinta dan
kekhawatirannya akan kepunahan owa-owa.
Sedangkan Fauzanah atau akrab dengan panggilan Bu Yan mendedikasikan
hidupnya untuk Matematika. Ia mengajari anak-anak Matematika di
Puskesmas Matematika yang didirikannya. Dari sanalah lahir banyak
anak-anak berprestasi yang menang dalam Olimpiade Matematika di tingkat
nasional maupun internasional.
Kisah lainnya adalah tentang kebangkitan seorang pemuda setelah
bertahun-tahun kecanduan narkoba. Dia adalah Deradjat Ginandjar
Koesmayadi. Ginandjar juga seorang pengidap HIV. Melalui sepak bola, ia
mengubah stigma negatif orang terhadap penderita HIV. Ia pun mendapatkan
beberapa penghargaan tingkat internasional. Buku ini memberikan
pencerahan dan memuat kisah-kisah inspiratif. Orang-orang yang diulas
kisahnya dalam buku ini juga patut kita jadikan contoh untuk tetap
berbuat demi sesama di tengah segala keterbatasan yang kita miliki.
Memberi takkan pernah membuat kita rugi.
Comments
Post a Comment